Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
Mendorong Pengelolaan Hutan Lindung oleh Pemerintah Daerah di Jawa Timur

POLICY PAPER No 04/2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

Kemitraan Kehutanan di Jawa Barat-Banten

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

1 BAB I. PENDAHULUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

BAB IV PENUTUP. Pada Bab IV ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

Kajian Tinjauan Kritis Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. (local wisdom). Kearifan lokal (local wisdom) dipahami sebagai gagasangagasan

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KERJASAMA PEMANFAATAN HUTAN LINDUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN OLEH: ZULKIFLI HASAN MENTERI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

2016, No dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

KEPUTUSAN DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO) NOMOR: 001/KPTS/DIR/2002 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI

2017, No Kehutanan tentang Kerja sama Pemanfaatan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tent

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.89/Menhut-II/2014 TENTANG HUTAN DESA

2 Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

Transkripsi:

POLICY PAPER No 03/2014 Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah Oleh : Totok Dwi Diantoro Agus Budi Purwanto Ronald M Ferdaus Edi Suprapto

POLICY PAPER No 03/2014 Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah Oleh : Totok Dwi Diantoro Agus Budi Purwanto Ronald M Ferdaus Edi Suprapto

Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah Oleh: ARuPA Agustus 2014 1. Kemitraan Kehutanan Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung-gugat. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dinyatakan bahwa untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil, dilakukan pemberdayaan masyarakat setempat, melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat setempat tersebut dilakukan melalui Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, dan Kemitraan. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui hutan desa dilakukan dengan memberikan hak pengelolaan kepada lembaga desa. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui hutan kemasyarakatan dilakukan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan kepada kelompok masyarakat setempat. Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan dapat dilaksanakan pada kawasan hutan yang telah diberikan ijin pemanfaatan hutan, atau pada kawasan hutan yang telah diberikan hak pengelolaan hutan kepada badan usaha milik negara (BUMN) bidang kehutanan. 1 1 Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan (PP 6/2007 pasal 1 ayat 10). Hak pengusahaan hutan adalah hak untuk mengusahakan hutan didalam kawasan hutan produksi, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan (PP 6/1999 pasal 1 ayat 9). Saat ini ada 6 BUMN bidang kehutanan, yaitu: Perum Perhutani (di Jawa) dan PT Inhutani I V (di luar Jawa). Page 1

Gambar 1. Kemitraan Kehutanan dalam PP No. 6 Th. 2007 Sebagai turunan dari PP No. 6 th. 2007, khusus untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui Kemitraan, telah terbit Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat melalui Kemitraan. Dalam Permenhut tersebut, yang dimaksud dengan Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Page 2

Dengan terbitnya Permenhut tentang Kemitraan Kehutanan tersebut, ditegaskan bahwa semua Pengelola Hutan, Pemegang Izin, dan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) wajib melaksanakan pemberdayaan masyarakat setempat disekitarnya melalui Kemitraan Kehutanan dengan menggunakan prinsip prinsip kesepakatan, kesetaraan, saling menguntungkan, lokal spesifik, kepercayaan, transparansi, dan partisipasi; yang dituangkan dalam naskah Perjanjian Kerjasama Kemitraan. 2 2. Hutan Lindung di Jawa Tengah Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intruisi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan SK Menhut No.359/Menhut-II/04 tanggal 1 Oktober 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Jawa Tengah, di Jawa Tengah terdapat hutan lindung seluas 84,430 Ha. Persentase luasan tersebut adalah sebesar 11,15 % dari luas kawasan hutan di Jawa Tengah, atau sekitar 2,59 % dari luas daratan di Jawa Tengah. Dari hutan lindung seluas 84,430 Ha tersebut, berdasarkan penafsiran citra Landasat 7 ETM+2009/2010, lahan yang berhutan hanyalah seluas 67,8 Ha, sedangkan yang tidak berhutan ada seluas 16,6 Ha. 2 Pengelola Hutan adalah Instansi/Badan Usaha (BUMN/BUMD/KHDTK) yang diserahi tugas pengelolaan hutan yang meliputi kegiatan memperoleh hak untuk mengelola kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan adalah Badan Usaha yang memperoleh izin untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH terdiri dari: KPH Konservasi, KPH Lindung, dan KPH Produksi. Page 3

Tabel 1. Luas Hutan di Provinsi Jawa Tengah Sumber: Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2011-2013 Pengelolaan hutan lindung di Jawa Tengah dilakukan oleh Perhutani sebagaimana tercantum dalam PP No. 72 Tahun 2010 pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah melanjutkan penugasan kepada perusahaan untuk melakukan pengelolaan hutan di hutan negara yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten, kecuali hutan konservasi berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Sebaran lokasi hutan lindung di Jawa Tengah yang dikelola oleh Perhutani dapat dilihat di Lampiran (Peta Kawasan Hutan Lindung Provinsi Jawa Tengah). 3. Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah Sebagaimana pada kawasan hutan produksi, kemitraan kehutanan yang dilaksanakan oleh Perhutani pada kawasan lindung juga dilakukan melalui program PHBM (Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat). Namun demikian, PHBM pada kawasan hutan lindung tidak dilaksanakan di semua lokasi hutan lindung di Jawa Tengah, tapi terbatas hanya di lokasi lokasi yang tekanan penduduknya tinggi. Dengan demikian terlihat bahwa tujuan implementasi program PHBM pada kawasan hutan lindung tersebut pada dasarnya hanyalah Page 4

merupakan cara yang ditempuh oleh Perhutani untuk menjaga kawasan hutan lindung dari gangguan masyarakat sekitar. Pada lokasi lokasi kawasan hutan lindung yang tekanan penduduknya tinggi, Perhutani melaksanakan program PHBM dengan terlebih dahulu membentuk LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) pada setiap desa yang menjadi sasaran program PHBM. Setelah LMDH terbentuk, kemudian dilakukan penandatanganan MoU (nota kesepahaman) antara LMDH dengan Perhutani KPH setempat. Dari MoU tersebut, selanjutnya kedua belah pihak membahas dan menyepakati SPKS (surat perjanjian kerjasama) untuk pelaksanaan program PHBM pada satu luasan lokasi tertentu, biasanya di daerah pegunungan. Karena kegiatan budidaya pada kawasan hutan lindung hanya bisa dilakukan secara terbatas, tidak diperbolehkan ada budidaya tanaman semusim (tanaman pertanian). Implementasi PHBM dilakukan secara tematik, untuk satu komoditas tertentu misalnya kopi, buah-buahan, hijauan pakan ternak, dan bambu cendani. SPKS selain menentukan lokasi dan luasan hutan yang di-phbm-kan, juga mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak, dan tentu saja juga mengatur persentase bagi hasilnya. Meskipun kelihatannya secara normatif PHBM itu bagus; ada kesetaraan dalam proses negosiasi, ada perjanjian yang mengikat kedua belah pihak, ada sharing bagi hasil, dll. Namun dalam implementasinya di lapangan, sangat jauh dari kondisi normatif tersebut. Dimulai dari pemilihan desa desa kenapa disitu ada program PHBM, biasanya disebabkan karena kepentingan Perhutani untuk mengamankan kawasan hutan negara yang ada di desa tersebut, bukan disebabkan karena itikad untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya hutan negara yang ada di desa tersebut. Selain itu juga biasanya implementasi program PHBM dilakukan oleh para petugas lapangan Perhutani karena ada beban target dari atasan untuk melaksanakan PMBH di sekian desa, membentuk LMDH di sekian desa. Dalam pembentukan LMDH pun jauh dari proses yang demokratis dimana masyarakat menentukan sendiri pengurusnya. Seringkali yang dijadikan pengurus adalah orang orang yang ditunjuk oleh Perhutani, Page 5

sehingga peran pengurus LMDH menjadi terbalik, dari yang seharusnya menyuarakan kepentingan masyarakat khususnya petani hutan, malah menjadi lebih banyak menyuarakan kepentingan Perhutani. Dengan demikian maka sesungguhnya program PHBM Perhutani masih sangat jauh kalau mau disebut sebagai bentuk kemitraan kehutanan. Sampai saat ini, setahun setelah terbit Permenhut tentang pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan kehutanan, belum kelihatan tanda tanda Perhutani akan mengimplementasikan Permenhut tersebut menggantikan program PHBM yang selama ini dilaksanakan. Padahal sudah jelas disebutkan dalam Permenhut tersebut pasal 19 ayat (2) bahwa pelaksanaan PHBM Perum Perhutani harus menyesuaikan dengan peraturan tersebut. Terlepas dari implementasi PHBM pada kawasan hutan lindung yang masih jauh dari bentuk ideal kemitraan kehutanan tersebut, bagaimanapun juga tetap harus diingat bahwa kawasan hutan lindung harusnya lah dikelola dengan tujuan utama untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan. Perhutani sebagai badan usaha milik negara yang salah satu tugasnya adalah mengelola hutan lindung agar fungsi lindungnya tetap terpelihara seharusnya melaksanakan tugas tersebut sebagai mandat utama. Namun alih alih menempatkan tugas tersebut sebagai mandat utama, Perhutani malah menganggap pengelolaan hutan lindung sebagai beban usaha. Menurut laporan tahunan Perhutani tahun 2012, pengelolaan hutan lindung dikategorikan masuk sebagai beban usaha bersamaan dengan beban usaha yang lain yaitu beban pemasaran, beban umum & administrasi. Jumlah beban usaha dari sektor hutan lindung tahun 2012 sebesar Rp. 842.045.637,00. Tapi di sisi lain, meskipun pengelolaan hutan lindung ditujukan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, dan meskipun Perhutani sudah mengkategorikan pengelolaan hutan lindung sebagai beban usaha; pada kenyataanya tetap saja Perhutani juga melakukan kegiatan usaha pada kawasan hutan lindung. Beberapa jenis usaha yang dilakukan oleh Perhutani pada kawasan hutan lindung antara lain: produksi getah pinus Page 6

dan kopal, ekowisata, sumberdaya air, tanaman obat, kopi, dan produk produk non kayu lainnya. 4. Rekomendasi Perum Perhutani pada dasarnya adalah badan usaha milik negara yang dibebani pencapaian keuntungan perusahaan. Menjadi tidak tepat saat kemudian Pemerintah menugasi Perum Perhutani untuk mengelola hutan lindung yang tujuan pengelolaannya adalah guna menjamin kelestarian fungsi lindung, bukan mengejar keuntungan finansial. Hutan lindung di Jawa Tengah sebaiknya dikelola oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah sebagaimana pengelolaan hutan hutan lindung di luar Jawa. Dengan demikian perlu ada revisi PP no. 72 tahun 2010, hutan lindung dilepaskan pengelolaannya dari Perum Perhutani, dan kemudian dikelola oleh KPHL. Jika hutan lindung di Jawa Tengah dikelola oleh KPHL, maka pemberdayaan masyarakat setempat tidak dilakukan melalui Kemitraan Kehutanan, tapi melalui Hutan Desa atau Hutan Kemasyarakatan. 3 3Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Hutan Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. Page 7

Referensi Pustaka Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat melalui Kemitraan. Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2011 2013. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 682 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Laporan Tahunan Perum Perhutani Tahun 2012. Page 8

Page 9

u AR PA Karanganyar 201 RT 10 RW 29 Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta T/F : 0274 551571 E: arupa@arupa.or.id www.arupa.or.id f : lembaga arupa t : @lembagaarupa