BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya perkembangan dunia rancang bangun akhir akhir ini mengakibatkan perencanaan semakin selektif dalam memilih jenis konstruksi yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh desain seaman mungkin tanpa menghiraukan ekonomis dari struktur itu sendiri. Demikian halnya untuk pekerjaan suatu sambungan konstruksi, sambungan harus didimensi sesuai syarat yang telah ditentukan. Dimana sambungan tidak boleh mengalami perubahan bentuk yang permanen dan kelemahan bahan. Sehingga tidak terjadi pemindahan tegangan yang diperkenankan pada konstruksi itu sendiri. Setiap struktur adalah gabungan dari bagian bagian tersendiri atau batangbatang yang harus disambung bersama (biasanya diujung batang) dengan beberapa cara. Kekuatan alat sambungan sekurang-kurangnya harus sama kuat dengan konstruksi yang disambung, hal ini dimaksudkan agar pada suatu keadaan batas, kehancuran yang terjadi bukan pada alat sambung melainkan pada konstruksi yang disambung. Sehingga konstruksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Perencanaan sambungan pada struktur baja biasanya lebih rumit dibandingkan dengan perencanaan sambungan pada struktur beton. Sambungan balok dan kolom pada konstruksi beton direncanakan monolit (menyatu kaku) sehingga asumsi yang menyatakan sambungan jepit sempurna dapat diterima. Khususnya untuk sambungan pada konstruksi baja, sambungan adalah tidak monolit, karena pertemuan antara balok kolom tidak merupakan satu kesatuan. Jenis jenis sambungan pada konstruksi baja dan juga jenis jenis alat penyambungnya
sangat mempengaruhi kekakuan dari sambungan balok kolom, sehingga asumsi yang menyatakan bahwa pertemuan balok kolom adalah jepit sempurna harus ditiliti. Pada perencanaan sambungan baja, banyak hal hal yang belum diketahui secara jelas, sehingga digunakan asumsi asumsi untuk menyederhanakan penganalisaan dari sambungan baja tersebut. Dengan asumsi asumsi tersebut beserta percobaan di laboratorium dibuat rumus rumus standart yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan di lapangan. Bagaimanapun efisiensi atau ketelitian suatu elemen struktur dasar didesain, bila hubungan yang diperlukan tidak memadai, akibatnya dapat sangat membahayakan, misalnya berupa keruntuhan total strukturnya. Pentingnya hubungan yang memadai secara struktural dan ekonomis tidak dapat dimungkiri. Baja merupakan salah satu bahan yang dipakai dalam perencanaan struktur yang mempunyai sifat sifat penting yaitu homogen, isotropic dan daktalitas tinggi, selain itu yang menjadi syarat utama dalam perencaaan struktur baja adalah kekuatan, kestabilan dan kekakuan. Jenis alat sambung yang umum digunakan pada konstruksi baja adalah sambungan dengan menggunakan alat sambung seperti paku keling, baut, pin, dan las. Masing masing dari jenis alat sambung ini mempunyai karakteristik dan keistimewaan yang berbeda. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan masing masing alat sambung tersebut, maka penulis ingin menganalisa perihal sambungan dengan alat sambung baut mutu tinggi dan mutu biasa. Serta dalam thesis ini akan dibahas pengaruh kekakuan sambungan dengan menggunakan baut mutu tinggi pada konsole yang dibandingkan dengan baut mutu biasa pada konstruksi baja. 1.2 Perumusan Masalah Pada pekerjaan desain suatu bangunan khususnya bangunan rangka batang kekakuan pada sambungan tidak diperhitungkan meskipun sambungan memberikan
sumbangan kekakuan lain. Untuk itu akan diperhitungkan kekakuan pada sambungan yang menghasilkan prilaku sambungan lebih mendekati pada keadaan yang sebenarnya maka dalam thesis ini akan dianalisis bagaimana pengaruh kekakuan dengan menggunakan baut mutu tinggi dan mutu biasa. Sambungan yang ditinjau adalah suatu jenis sambungan yang menahan momen yang bekerja pada ujung dari batang pada konstruksi baja. Sambungan ini merupakan jenis sambungan sederhana yang menahan momen, yang terdiri dari dua buah baja siku yang diletakkan diatas sebagai penahan tarik dan dibawah sebagai dudukan. Alat yang dipakai sebagai penyambung adalah baut. Sambungan ini tidak cukup kaku untuk menahan adanya rotasi/perputaran sudut diantara bagian bagian yang disambung. Dari perbandingan antara momen dan perputaran sudut yang terjadi akan didapat kekakuan sambungan tersebut dalam masalah ini perencanaan masih dalam batas elastis bahan. model yang akan dianalisa dalam thesis ini terlihat dalam gambar 1.1. Gambar I.1 Sambungan Balok Konsole Dari model tersebut maka dihitung kekakuan struktur yang sebenarnya akibat adanya sambungan dengan baut mutu tinggi dibandingkan dengan baut mutu biasa.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari analisa kekakuan sambungan adalah membandingkan kekakuan struktur dengan baut mutu tinggi dan mutu biasa. Selama ini dalam analisa struktur, kita umumnya tidak memasukkan harga dari kekakuan sambungan kedalam kekakuan struktur. Disini dilihat sejauh mana kekakuan sambungan itu berpengaruh terhadap kekakuan struktur, sehingga kita dapat menilai apakah perhitungan selama ini mendekati yang sebenarnya. 1.4 Pembatasan Masalah Karena luasnya ruang lingkup masalah yang timbul dari keterbatasan alat uji, maka perlu dibuat pembatasan masalah yang akan dibahas, sebagai berikut: 1. Beban yang bekerja adalah beban terpusat 2. Alat sambung baut mutu tinggi dan mutu biasa 3. Sambungan yang dibahas adalah sambungan pada konsole 4. Perhitungan masih dalam batas elastis 5. Percobaan dilakukan sampai sambungan beruah bentuk 6. Kolom diperkaku sehingga tidak terjadi robahan bentuk pada badan dan sayap kolom 7. Agar beban rencana mampu memberikan rubahan bentuk pada sambungan, direncanakan balok dari propil IWF 1.5 Metodologi Penulisan Metode yang digunakan adalah dengan metode litaratur dan metode pengujian (eksprimental) di laboratorium. Metode Literatur bertujuan untuk mengadakan studi kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku-buku, jurnal-jurnal lainnya yang berhubungan dengan perencanaa sambungan yang menggunakan alat sambung baut pada konstruksi baja. Dan juga untuk mengetahui dan mendapatkan spesifikasi
maupun peraturan-peraturan atau syarat-syarat dari konstruksi baja yang dikeluarkan Pemerintah. Untuk membuktikan dan menjawab permasalahan diatas dilakukan suatu penelitian langsung di laboratorium dengan proses sebagai berikut: a. Persiapan/pemeriksaan tegangan bahan Langkah ini bertujuan untuk pemeriksaan tegangan yang diijinkan untuk bahan seperti pelat IWF, pelat siku penyambung, dan alat sambung baut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar tegangan yang sesungguhnya untuk keperluan perhitungan. b. Pembuatan benda uji beserta dudukan Dalam pengujiannya, benda uji diletakkan dalam suatu coran ready mix dengan karakteristik beton K-225 agar benda uji benar-benar kokoh dan tidak terjadi perubahan bentuk saat balok konsole diberi beban, dimana benda uji ini dikerjakan dan dibuat di lokasi proyek. c. Perencanaan/persiapan pengujian benda uji Untuk pembuatan pelat penyambung, alat sambung baut dan untuk pengelasan juga dilakukan di lokasi proyek. Jumlah sampel siku yang diambil dalam pengujian ini adalah sebanyak empat buah dengan dua ketebalan berbeda yaitu siku 50x50x5 dan siku 60x60x6. Pengujian empat buah benda uji ini dilaksanakan di lokasi proyek, Jl. Perintis Kemerdekaan.
1.6 Sistematika Penulisan BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : PENDAHULUAN : TINJAUAN PUSTAKA : PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN : HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA DATA : KESIMPULAN DAN SARAN