BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN JENIS SCULLING SWEEP ROWING KAYAK CANOE CANOE POLO

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tidak hanya kondisi fisik yang mesti dilatih, tetapi aspek lain pun perlu dilatih

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang melelahkan selama waktu tertentu. Kemudian tujuan olahraga prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan kondisi fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasinya. Untuk mencapai hal itu, atlet dituntut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE PYRAMID SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PEMAIN BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Latihan kondisi fisik yang tepat memegang peranan penting dalam sukseskan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

III.PERSIAPAN / FAKTOR LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Dayung merupakan salah satu jenis cabang olahraga aerobic. Air sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu yang terencana, seperti yang diungkapkan Rusli Lutan dkk (1991:57)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

PERENCANAAN YANG BAIK MERUPAKAN SALAH SATU ELEMEN PENTING DALAM BAGAIMANA MELATIH YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

2015 PERBANDINGAN LATIHAN KEKUATAN SISTEM SUPERSET DENGAN SISTEM SET TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

GENERAL FITNESS TRAINING

METODE LATIHAN. Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari FIK UNY 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

2015 PENGARUH LATIHAN WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga futsal kini menjadi olahraga permainan yang diminati dari

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan bagi atlet yang menunjukkan prestasi dan pembinaan atlet, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membuat progam latihan untuk pembinaan kondisi fisik seorang atlet. Hal ini

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2014 PENGARUH METODE LATIHAN SMALL SIDED GAMES DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS ANAEROBIK

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Ladder Training Dengan Metode Repetisi Terhadap Kelincahan Gerak Pada Atlet BolaBasket SMAN 10 Bandung

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

LATIHAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE CIRCUIT TRAINING TERHADAP HYPERTHROPY OTOT

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga judo merupakan olahraga kompetitif yang memberikan

MEMBENTUK DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI MELALUI METODE LATIHAN MAXEX.

1. Futsal mengasah teknik pemain 2. Futsal mengasah fisik pemain 3. Futsal mengasah pengetahuan taktis pemain 4. Futsal mengasah mental pemain

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERSATUAN BOLABASKET SELURUH INDONESIA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan peningkatan prestasi dalam setiap cabang olahraga merupakan sesuatu hal yang selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan sepanjang hidup manusia, bahkan selama olahraga itu dikenal sebagai kebutuhan hidup. Peningkatan prestasi olahraga bersifat dinamis progresif, artinya; setiap fase waktu selalu berubah dan cenderung meningkat seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan prestasi tersebut dibutuhkan latihan. Yang dimana latihan menurut Harsono (1988:101) bahwa: Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. Dalam suatu pembinaan olahraga prestasi, pembinaan kondisi fisik sangatlah diperhatikan. Dikarenakan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Harsono (2001:4) bahwa: Latihan kondisi fisik mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif, dan yang tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin meningkat. Tujuan dari pembinaannya pun untuk meningkatkan dan membantu atlet mencapai prestasi. Untuk hal itu seorang atlet dituntut mempunyai kemampuan. Menurut Omosegaard (1996) yang dikutip oleh Dikdik et al (2010:49) mengatakan bahwa Tecnique, tactics, physique, and psychology are all importance areas of sport. Maksudnya kemampuan yang harus dimiliki yaitu teknik, taktik, fisik dan psikologi, semuanya memiliki peranan penting dalam aktifitas olahraga. Terkait dengan hal tersebut Harsono (1988:100) mengatakan bahwa Ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara

2 seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental. Berdasarkan pendapat di atas, keempat aspek tersebut sangatlah penting untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa komponen tersebut yaitu : kekuatan (Strength), kelentukan (Flexibility), kecepatan (Speed), dan daya tahan (Endurance). Salah satu komponen fisik yang cukup dominan dalam olahraga dayung yaitu strength yang pengertiannya menurut Harsono (1988:176) mengatakan kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Oleh karena itu bentuk latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan tahanan (resistence exercises) dimana sekarang lebih dikenal dengan weight training. Menurut Harsono (1998:185) mengatakan bahwa Weight training adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu. Pada latihan tersebut seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban. Ada 3 jenis kekuatan, yaitu kekuatan maksimal (maximal strenght), kekuatan yang cepat (speed strenght/power), dan daya tahan kekuatan (strenght endurance). Dalam meningkatkan otot dan kekuatan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan atau dengan semaunya, akan tetapi harus dilakukan dengan bertahap dan sesuai dengan skemanya. Dalam gambar 1.1 Dikdik (2008:31) menggambarkan skema tahapan membentuk otot dan kekuatan, yaitu: Penyediaan energi aerob dan anaerob Diameter otot Koordinasi intramusculer Kecepatan kontraksi otot dan koordinasi Daya tahan kekuatan Kekuatan maksimal Kekuatan yang cepat Gambar 1.1. Skema Tahapan Membentuk Otot dan Kekuatan (Dikdik,2008) Menurut tipe kontraksinya latihan tahanan digolongkan menjadi tiga katagori. Seperti apa yang dikatakan Harsono (1988:179) latihan-latihan tahanan, menurut

3 tipe kontraksi ototnya, dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu kontraksi isometris, kontraksi isotonis dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu kontraksi isokinetis. Dalam latihan beban atau weight training sebagian besar peneliti melihat bentuk latihan pembebanan yang diberikan terkadang menggunakan prinsipprinsip yang itu-itu saja dan tidak bervariasi, yang dapat mengakibatkan atlet terkadang merasa bosan dengan sistem latihan seperti demikian. Untuk itu peneliti mencoba memberikan variasi dengan menggunakan sistem pyramida pada latihan pembebanan. Dikdik (2008:35) mengatakan bahwa Pyramid sistem: mulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi (Hypertropi) dan diakhiri dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi (KI). Diantara bentuk latihan sistem piramida untuk meningkatkan kekuatan adalah bentuk latihan skewed pyramid dan flat pyramid. Skewed pyramid menurut Bompa (1999:54) mengatakan: The skewed pyramid is proposed as an improved variant of the double pyramid. The load is constanly increased throughout the session, except during the last set, when it is lowered (80-85-90-95-80 percent). Maksud dari kutipan di atas adalah latihan skewed adalah latihan diusulkan sebagai variasi peningkatan dari latihan double pyramid. Yang dimana beban secara konstan meningkat sepanjang sesi, kecuali pada waktu set trakhir, ketika bebannya diturunkan (80%-85%-90%-95%-80%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 95 percent 80 percent 85 percent 90 percent 80 percent Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Menggunakan Sistem Skewed Pyramid (Bompa,1993a)

4 90 percent 90 percent 90 percent 90 percent 90 percent 80 percent 80 percent Warm-up 60 percent Gambar 1.3 Pola Latihan Menggunakan Sistem Flat pyramid (Bompa, 1993a) Sistem flat pyramid menurut Bompa (1999:54) adalah the flat pyramid represents the best loading pattern for achieving maximum MxS benefits. Maksudnya adalah latihan tersebut merupakan latihan yang terbaik untuk mencapai manfaat maksimal MxS. Dengan pola dimulai dengan pemanasan 60 persen, diikuti dengan 80 persen dalam awal latihan, kemudian menstabilkan beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika ingin menambahkan variasi pada akhir latihan beban dapat direndahkan.teori tersebut pendapat dari Bompa (1989:54) mengatakan : This type of loading pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a set of lower load may be used. Dari kedua sistem latihan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan strength atau kekuatan. Namun apakah dari kedua sistem ini terdapat peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan apakah juga dapat meningkatkan massa otot. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbandingan latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, penulis merumuskan dalam enam pertanyaan: 1. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

5 2. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan massa otot? 3. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal? 4. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan massa otot? 5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal? 6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan massa otot? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan judul dan masalah penelitian yang penulis tetapkan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terhadap peningkatan massa otot. 3. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 4. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid terhadap peningkatan massa otot. 5. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 6. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. D. Manfaat Penelitian Setelah diketahui hasil dari penelitian, maka yang penulis harapkan adalah seperti yang tertera pada halaman 6 :

6 1. Secara teoritis dapat dijadikan sembangan informasi dan keilmuan bagi dunia kepelatihan terutama bagi atlet, pelatih, dan organisasi, tentang kegunaan latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Dengan demikian dapat dimanfaatkan dalam rangka pemberian variasi latihan untuk program peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. 2. Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak yang berkaitan dengan perkembangan dunia olahraga yaitu para pakar, dan guru olahraga. 3. Menjadi bahan masukan bagi yang akan melakukan penelitian terutama dibidang olahraga yang permasalahannya ada hubungan dengan penelitian ini. E. Batasan Penelitian Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, pembatasan ruang lingkup permasalahan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada dua macam sistem latihan, yaitu sistem latihan skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid. Kemudian diteliti pengaruhnya terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI Bandung, yang mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Dayung yang telah menyetujui penelitian ini. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa UPI yang mengikuti UKM dayung dengan teknik purposive sampling sebanyak 10 orang. 3. Alat Ukur adalah Bench Press dan Squat dengan metode 1 RM untuk mengukur kekuatan maksimal, sedangkan untuk mengukur massa otot menggunakan alat skinfolds dengan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. 4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem skewed pyramid dan sistem flat pyramid. 5. Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan maksimal dan massa otot

7 F. Asumsi Dasar Penulis mengadakan penelitian ini dengan anggapan dasar, karena dengan anggapan dasar seorang penulis memiliki landasan dan keyakinan dalam menetapkan dan melaksanakan kegiatannya. Dalam penelitian ini, asumsi yang dijadikan landasan untuk menetapkan suatu hipotesis adalah sebagai berikut: Di dalam penelitian ini penulis dapat mengambil beberapa ketentuan sebagai bahan acuan untuk menentukan asumsi dasar apa yang penulis ambil dari masalah tentang perbandingan latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Alasan penulis meneliti masalah ini, didasari oleh anggapan dasar sebagai berikut: 1. Latihan piramida merupakan suatu konsep pengembangan untuk membantu atlet mencapai prestasi. 2. Pada latihan skewed pyramid yang dimana dilakukan dengan peningkatan beban secara konstan dan linier kecuali pada saat terakhir diturunkan sebagai variasi karena dimana atlet akan diminta untuk melakukan lift secepat yang mereka bisa. Hal ini dijelaskan oleh Bompa (1999:54) sebagai berikut: as only one set is performed and the number of repetitions is low (4 to 6), exhaustion will not be experienced, so the single set will not trigger gains in hypertrophy. Maksud dari kutipan tersebut adalah karena hanya satu set yang dilakukan dan jumlah pengulangan rendah (4 sampai 6), kelelahan tidak akan dialami, sehingga set tunggal tidak akan memicu kenaikan hypertrophy. 3. Pada latihan flat pyramid yang dimana dilakukan dengan diawali dengan pemanasan dengan beban 60 persen, diikuti dengan perantaranya 80 persen, kemudian menstabilkan beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika ingin menambahkan variasi pada akhir latihan beban dapat direndahkan. Dalam Bompa (1999:54) mengatakan: The physiological advantage of the flat pyramid is that by using a load of only one intensity level, the best neuromuscular adaptation for MxS is achieved without confusing the body with several intensities. Maksud kutipan diatas adalah keuntungan

8 secara fisiologis dari flat pyramid bahwa dengan menggunakan beban yang hanya satu tingkat intensitasnya, adaptasi neuromuscular terbaik untuk MxS (maxsimum strength) dapat dicapai tanpa membuat bingung dengan menggunakan intensitas yang beraneka ragam. Dari uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan kedua latihan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. G. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis yang dikemukakan oleh Fathoni (2005:20) sebagai berikut Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipoteis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 2. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan massa otot. 3. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 4. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan massa otot. 5. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 6. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan massa otot.

9 H. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam skripsi yang penulis buat berisikan urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab, mulai bab pertama sampai terakhir. Rinciannya yaitu: Bab I berisikan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisikan latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, asumsi dasar, hipotesis, dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisikan uraian tentang tinjauan teori yang menjadi landasan teoritis dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan teori berisikan hakekat olahraga dayung di Indonesia, hakekat kondisi fisik, kekuatan, weight training, hakekat otot, sistem latihan skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid. Bab III berisikan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lain, yaitu : lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional, prosedur dan teknik pengumpulan data, sistematika pelaksanaan dan program latihan, dan prosedur pengolahan data. Bab IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yaitu: Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasn atau analisis temuan. Bab V merupakan bab kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian.