Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN WISATA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN PENGGUNA JASA

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP INTERNATIONAL CONVENTION ON TRAVEL CONTRACTS DALAM TRANSAKSI JASA PERJALANAN WISATA

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DENGAN TENAGA KERJA ASING

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

Kata Kunci: National Treatment, Pajak Impor Dalam Industri Telepon Genggam, Kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

REFLEKSI KONTRIBUSI HUKUM DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS DAN INDUSTRIALISASI

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

RELEVANSI PRINSIP NON DISKRIMINASI DALAM WTO DARI SUDUT PELAYANAN JASA PARIWISATA BALI Oleh : I Kadek Setiawan, S.H. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN UMKM DALAM UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. serta pembentukan watak menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dasar yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. definisi tersebut tidak dapat bertahan sebagai suatu deskripsi komprehensif

I. PENDAHULUAN. yang berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Salah satu usaha

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EFEKTIFITAS PERJANJIAN TRIPS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kemajuan teknologi komunikasi, informasi, komputasi dan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PENGATURAN BERINVESTASI ALAT PELEDAK DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

SEJARAH HKI DI INDONESIA Sejarah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

PENJABARAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DALAM PENGATURAN LIBERALISASI JASA AKOMODASI WISATA DI INDONESIA

FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Dewa Ayu Made Kresna Puspita Santi I Gusti Ngurah Parwata

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017

HARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

KAJIAN YURIDIS ALIH TEKNOLOGI DALAM PERUSAHAAN MULTINASIONAL. Oleh : Kadek Bisma Prayogi A.A.GA Dharmakusuma Suatra Putrawan

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN SEKURITAS TERHADAP INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SECARA ELEKTRONIK

PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH DAERAH (SUATU STUDI DI PROVINSI BALI)

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU TENTANG

DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ATURAN INTERNASIONAL MENGENAI LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA MELALUI KERANGKA PERJANJIAN WTO DAN KERANGKA PERJANJIAN ASEAN

Oleh. Kadek Tegar Wacika. Ni Nengah Adiyaryani Program Kekhususan Hukum Penyelenggara Negara, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan Hak Kekayaan Intelektual, 2007), hal 1.

PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK KERJASAMA INTERNASIONAL BERDASARKAN UNIDROIT

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau disebut juga dengan property rights

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

PENGAWASAN APARATUR NEGARA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

PENERAPAN PRINSIP THE BEST INTEREST OF THE CHILD PADA KEHIDUPAN ANAK YANG TERPAKSA BEKERJA DI INDONESIA

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang diperdagangkan kepada masyarakat. memperluas penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat. Selain itu, semakin

PERKEMBANGAN ASAS PARTISIPASI DALAM PERATURAN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA

-2- Peraturan Presiden tentang Pengesahan Final Acts of the World Conference on International Telecommunications, Dubai, 2012 (Akta-Akta Akhir Konfere

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

RELEVANSI KESEPAKATAN PAKET BALI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

UPAYA PENERAPAN RETALIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR

Transkripsi:

IMPLIKASI HUKUM PERSETUJUAN GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES (GATS) WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) TERHADAP PENGATURAN KEPARIWISATAAN DI INDONESIA Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi WTO Agreement. GATS merupakan bagian WTO Agreement dan terletak pada Annex IB persetujuan tersebut. GATS-WTO yang sifatnya multilateral mengikat Indonesia. Dengan adanya persetujuan GATS-WTO, mempunyai implikasi hukum dimana Indonesia harus menyesuaikan peraturan di bidang kepariwisataan terhadap ketentuan dan prinsip-prinsip GATS-WTO. Selain itu, Indonesia harus mengumumkan peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah yang mempunyai dampak pada pelaksanaan GATS. Kata kunci : Implikasi Hukum, Persetujuan GATS-WTO, Pengaturan, Kepariwisataan. ABSTRACT Through Regulation Number 7, Year 1994, Indonesia has ratified WTO Agreement. GATS is part of WTO Agreement and is located in Annex IB of the Agreement. GATS-WTO that is multilateral ties binds Indonesia. The Agreement of GATS-WTO has implication of law in which Indonesia must adapt all rules in tourism towards rules and principles of GATS- WTO. Indonesia must also announce regulations made by the Government having effects in the performance of GATS. Keywords : Law Implication, General Agreement On Trade in Services (GATS) World Trade Organization (WTO) Agreement, Tourism Organization I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melalui Undag-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi WTO Agreement, dan salah satu bagian dari WTO (World Trade 1

Organization) itu sendiri adalah tentang GATS (General Agreement On Trade in Services) atau Persetujuan Umum Perdagangan Jasa. GATS merupakan bagian WTO dan terletak pada Annex IB persertujuan tersebut. 1 GATS merupakan salah satu isu baru yang merupakan bagian dari WTO Agreement. Dokumen utama GATS merupakan kerangka kerja (frame work) yang mencakup aturan permainan yang berlaku secara umum bagi semua sektor-sektor di bidang jasa, seperti ; perbankan, telekomunikasi, pengangkutan, dan termasuk pariwisata. Dengan diratifikasinya WTO Agreement oleh Indonesia, maka Indonesia terikat dan wajib tunduk untuk mematuhinya. Keterikatan Indonesia untuk mematuhi persetujuan GATS-WTO mempunyai implikasi-implikasi yang sangat luas dan penting bagi dunia kepariwisataan di Indonesia. Dalam konteks ini masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai : (1) Bagaimana keterikatan Indonesia atas persetujuan GATS-WTO? (2) Apa implikasi hukum persetujuan GATS-WTO terhadap pengaturan kepariwisataan di Indonesia? 1.2. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah disamping untuk pengembangan keilmuan, khususnya bidang ilmu hukum perdagangan internasional, juga untuk mengetahui dan memahami secara lebih dalam terkait dengan hasil persetujuan GATS-WTO yang lebih diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian kaitannya dengan penulisan ini termasuk penelitian hukum normatif, yang sepenuhnya didasarkan pada bahan hukum kepustakaan, pendekatan masalah dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan analisis konsep hukum (analitycal conceptual approach). 1 IB. Wyasa Putra, 2009, Hukum Perdagangan Jasa Pariwisata Internasional, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana, Hal. 70. 2

2.2. Hasil dan Pembahasan Perjanjian WTO merupakan perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO pada tahun 1994. Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber Hukum International yang sempurna, karena dibuat oleh negara-negara dan dibuat secara tertulis sehingga memberikan kepastian hukum. 2 Perjanjian Internasional sudah mendapatkan pengaturannya dalam Konvensi Wina 1965 atau Vieuna Convention on The Law of Treaties yang ditandatangani pada 23 Mei 1969. Pasal 2 Konvensi Wina 1969 menyatakan bahwa Treaties merupakan salah satu perjanjian antara dua atau lebih negara yang mendirikan suatu hubungan diantara mereka dan diatur oleh Hukum Internasional. 3 Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa Perjanjian WTO merupakan salah satu bentuk dari treaties. Dengan demikian perjanjian WTO mengikat negara yang menandatangani. Dalam perjanjian WTO disebutkan bahwa Annex Perjanjian WTO merupakan bagian yang integral dari perjanjian WTO. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1 ayat (2) Perjanjian WTO yang menyatakan bahwa The Agreement and Associated Legal Instruments Included in Annex, 1, 2 and 3 area integral parts of this Agreement, binding all members. GATS yang terdapat dalam Annex IB dari Perjanjian WTO menyatakan bahwa kekuatan mengikat GATS sama kuatnya dengan kekuatan mengikat perjanjian WTO, yaitu mengikat semua negara-negara anggota WTO. 4 Sifat kesepakatan dan keterikatan Indonesia terhadap hasil-hasil perjanjian GATS-WTO adalah mengikat. Karena itu pada intinya aturan-aturan perjanjian WTO tersebut sifatnya sama dengan Undang-Undang Nasional, artinya kesepakatan-kesepakatan dibidang kepariwisataan, mengikat Indonesia. 2 Violetta Simatupang, 2009, Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia, PT. Alumni, Bandung, Hal. 35. 3 I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO), Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT. Refika Aditama, Bandung, Hal. 69. 4 Ibid. 3

Dengan demikian, maka dalam konteks persetujuan GATS-WTO, menimbulkan implikasi hukum terhadap pengaturan kepariwisataan nasional sebagai : 1. Indonesia perlu segera untuk meninjau peraturan perundang nasionalnya dibidang Kepariwisataan, khususnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang belum sesuai dengan ketentuanketentuan dan prinsip-prinsip GATS. 2. Indonesia perlu mengumumkan semua peraturan perundang-undangan, yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah yang mempunyai dampak pada pelaksanaan GATS. Hal ini sesuai dengan azas transparansi yang diatur dalam Pasal III GATS. Penyesuaian peraturan perundang-undangan dibidang kepariwisataan terhadap perjanjian GATS-WTO tidak hanya menyangkut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan saja, tetapi juga menyangkut seluruh peraturan, menyangkut kepariwisataan, serta peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan kepariwisataan, seperti peraturan ketenagakerjaan, peraturan investasi. Peraturan-peraturan dimaksud akan terpengaruh oleh ketentuan GATS-WTO, yang wajib segera untuk disesuaikan dan diharmonisasikan dengan komitmen persetujuan GATS yang sudah disepakati Indonesia. III. KESIMPULAN Berdasarkan paparan diatas terkait pembahasan permasalahan penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dengan diratifikasinya WTO Agreement oleh Indonesia melalui Undang- Undang Nomor 7 tahun 1994, termasuk juga persetujuan GATS yang merupakan bagian dari WTO, mengikat Indonesia. Dengan demikian Indonesia sebagai negara anggota WTO wajib untuk mematuhi persetujuan GATS-WTO tersebut. Persetujuan GATS-WTO sama dengan ketentuan Hukum Nasional, dan karenanya mengikat Indonesia. 2. Keterikatan Indonesia untuk mematuhi persetujuan GATS-WTO mempunyai implikasi hukum sebagai berikut : 4

a. Indonesia wajib untuk meninjau dan menyesuaikan peraturan-peraturan dibidang kepariwisataan agar sesuai dan harmonis dengan ketentuanketentuan dan prinsip-prinsip GATS-WTO. b. Indonesia wajib mengumumkan semua peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah yang mempunyai dampak pada pelaksanaan GATS. DAFTAR BACAAN IB. Wyasa Putra, 2009, Hukum Perdagangan Jasa Pariwisata Internasional, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana. Violetta Simatupang, 2009, Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia, PT. Alumni, Bandung. I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO), Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT. Refika Aditama, Bandung. H.S. Kartadjoemena, 1997, GATT-WTO dan Hasil Uruguay Round, Universitas Indonesia, Jakarta. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Retifikasi WTO Agreement Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 5