51 COMMUNITY BASED DISASTER MANAGEMENT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Powered by TCPDF (

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Empowerment in disaster risk reduction

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

51 COMMUNITY BASED DISASTER MANAGEMENT Oleh : Ridwan Herianto, Soni Akhmad Nulhaqim, & Hadiyanto A. Rachim Email: heriantoridwan@gmail.com; soninulhakim@yahoo.com; hrachim@gmail.com Abstrak Urgensi dari manajemen bencana adalah pentingnya perubahan paradigma penanggulangan bencana yang bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparadness. Hal yang paling mendesak adalah menumbuhkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri sendiri dari ancaman dan resiko bencana. Penciptaan community-based disaster dengan kata lain membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana baik pada sebelum, saat terjadi bencana, maupun pasca bencana. Dalam praktiknya dibutuhkan peran dari pekerja sosial. Peran pekerja sosial sangat dibutuhkan dalam pemberfungsian masyarakat melalui community-based disaster. Hal tersebut dapat berupa dalam pendampingan dan perancanangan community-based disaster bersama masyarakat maupun menghubungkan masyarakat sebagai basis dengan stakeholders. Dapat melalui kegiatan formal maupun informal dalam bentuk sosialisasi maupun edukasi dan simulasi. Penerapan community-based disaster tentunya memiliki kelemahan dan kunci keberhasilan tergantung pada proses dan aktualisasinya. Kata kunci: manajemen bencana, paradigma, community based disaster management Pendahuluan Negara Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk timbulnya bencana alam, seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan masih banyak lagi peristiwa alam lainnya. Hal ini terjadi karena Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar mulai Sabang sampai Merauke. Dalam kaitannya dengan fenomena alam tersebut dibutuhkan upaya penanggulangan bencana dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya bencana tersebut. Undang-undang No. 24 tahun 2007 menyatakan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam termasuk manusia itu sendiri (karena konflik maupun teror) yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana haruslah dilakukan oleh semua pihak, seperti pemerintah, pekerja sosial, masyarakat, maupun stakeholders lain yang dapat terkait. Hal yang paling mendesak adalah menumbuhkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri sendiri dari ancaman dan resiko bencana. Pekerja sosial dalam praktiknya terutama pada community based practice sangat berperan dalam intervensi pengorganisasian masyarakat menghadapi bencana. Peran tersebut adalah melalui pembentukkan Community-based disaster di masyarakat. Penciptaan community-based disaster dengan kata lain membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana pada sebelum, saat terjadi bencana, maupun pasca bencana. 326

Fenomena Manajemen Bencana Di Indonesia Penanggulangan bencana memiliki tiga siklus: Pencegahan Tanggap Darurat Pemulihan. Tren yang masih terjadi di Indonesia dalam berhadapan dengan bencana adalah pada tanggap darurat. Padahal meskipun tidak ada kejadian yang memerlukan tanggap darurat, seharusnya tetap ada upayaupaya permanen untuk pencegahan. Dalam tahap pencegahan dengan adanya edukasi terhadap masyarakat agar bergerak secara mandiri dan gotong royong dalam berhadapan dengan bencana. Meskipun kita masih belum memiliki teknologi secanggih negara lain tetapi itu bukanlah alasan bahwa kita tidak mementingkan pentingnya pencegahan bencana dalam pra darurat (pencegahan). Kita memiliki sumber daya manusia yang banyak yang berpotensi diarahkan untuk lebih dewasa dalam berhadapan dengan bencana. Jika dibandingkan dengan Jepang yang merupakan negara yang sama rawannya dengan Indonesia terkait bencana, ada beberapa perbedaan signifikan antara manajemen bencana ala Jepang dengan yang ada di negeri ini. Di Jepang semakin sering bencana, semakin terlatih dan semakin baik pola penanganan bencana. Berbeda dengan di Indonesia, meski sering dilanda bencana, akan tetapi kapasitas bangsa ini dalam menanggulangi bencana nyaris belum banyak berubah. Poin penting yang dapat diambil adalah perlunya perubahan paradigma masyarakat Indonesia untuk bergerak secara mandiri dan gotong royong (mempersiapkan diri) bukan berpasrah dan hanya menunggu bantuan tanggap darurat pemerintah dalam menghadapi bencana. Selain itu jika berbicara tentang pemerintah, maka akan terkait dengan kerawanan yang terjadi pada badan penanggulangan bencana di Indonesia(BNPB dan BPBD) yang hanya diisi dengan personel dan peralatan ala kadarnya. Mereka lebih mengandalkan pada personilyang dipinjam dari instansi lain seperti dari Kementrian PU, Kementrian Kesehatan, Kementrian Sosial, bahkan hingga BPPT atau Bakosurtanal dalam bentuk Tim Satuan Respon Cepat (SRC) atau Taruna Siaga Bencana (TAGANA). Teorinya, personil pinjaman ini sudah sepakat siap dikerahkan sewaktu-waktu ada bencana. Kenyataan di lapangan tidak semudah itu. kadang-kadang anggota SRC ataupun TAGANA sedang menghadapi tugas pokok sehari-hari di instansinya. Dan tidak selalu mudah untuk setiap saat meninggalkan tugas pokoknya tersebut dan dikerahkan ke daerah bencana. Berdasarkan pembahasan tersebut, jika kita ambil sebuah contoh kasus bencana yang pernah terjadi dan membandingkan manajemen bencana di Indonesia dengan Jepang seperti gempa. Pada hal pra bencanalah yang begitu membedakan manajemen bencana di Indonesia dengan Jepang. Kalau di Indonesia proses pencegahan bencana hanya pada edukasi sederhana seperti tindakan apa yang dilakukan saat gempa (seperti berlindung di bawah meja) dan sasarannya kebanyakan anak sekolah. Selain itu dari sisi lain, masyarakat Indonesia cenderung larut dalam rasa kehilangan setelah bencana. Sedangkan di Jepang pada proses pencegahan sudah dibentuk komunitas yang berbasis masyarakat yang berfungsi untuk bergerak secara mandiri dan gotong royong dan terudukasi dengan baik sehingga masyarakat Jepang sudah terlatih dengan disiplin dan ketika bencana sudah terjadi, mereka tidak larut dalam kesedihan dan segera saling membahu untuk bangkit. Pembaruan Manajemen Bencana di Indonesia Dari pembahasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari penanganan bencana di Indonesia: - Pemerintah masih belum maksimal dalam penangan bencana. - Perlunya paradigma penanggulangan bencana yang bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparadness. - Perlunya perubahan paradigma masyarakat Indonesia dalam berhadapan dengan bencana, dari yang berpasrah menjadi menyiapkan diri dalam berhadapan dengan bencana. - Community based disaster management adalah opsi yang menawarkan solusi terhadap penanganan bencana di Indonesia yang lebih baik. 327

Melihat betapa pentingnya manajemen bencana di Indonesia kita tidak dapat menyalahkan berbagai pihak, justru lebih baik merefleksi diri dan membangun karakter manusia yang mau bersama-sama melakukan perubahan pada manajemen bencana. Dengan kata lain penciptaan komunitas yang siap menghadapi bencana. Komunitas ini tentunya akan diberi edukasi dan pendampingan agar dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana yang terkadang datang begitu saja. Juga agar memiliki paradigma yang baru dalam memandang bencana, bukan untuk berpasrah tetapi menyiapkan diri. Community Based Disaster Management (CBDM) Berangkat dari pemikiran bahwa ketika masyarakat dapat mengatasi masalahnya sendiri maka otomatis masyarakat tersebut sudah dapat berdaya atau dengan kata lain berfungsi secara sosial. Demikian pula dalam menghadapi bencana yang merupakan masalah sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut, hadirlah Community Based Disaster Management (CBDM) sebagai sikap baru untuk masyarakat Indonesia dalam berhadapan dengan bencana. Community Based Disaster Management (CBDM) adalah sebuah pendekatan yang mendorong komunitas akar rumput dalam mengelola risiko bencana lokal setempat. Upaya tersebut memerlukan serangkaian upaya dalam melakukan interpretasi sendiri atas ancaman dan risiko bencana yang dihadapinya, melakukan prioritas penanganan/pengurangan risiko bencana yang dihadapinya, mengurangi serta memantau dan mengevaluasi kinerjanya sendiri dalam upaya pengurangan bencana. Namun pokok dari keduanya adalah penyelenggaraan yang seoptimal mungkin memobilisasi sumber daya yang dimiliki dan yang dikuasainya serta merupakan bagian internal dari kehidupan keseharian komunitas (Paripurno, 2006a). Community-based disaster membantu masyarakat mengorganisir dirinya untuk mandiri menghadapi bencana baik dari pra, saat terjadi, dan pasca bencana. Selain hal yang telah disebutkan, pentingnya perubahan paradigma penanggulangan bencana yang bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparadness adalah hal utama. Community-based disaster dapat membantu meminimalisir korban bencana, kerugian yang diakibatkan bencana, maupun ketergantungan terhadap bantuan. Pentingnya penciptaan community-based disaster tentunya perlu didukung dengan penciptaan ruang yang dapat memfasilitasi pekerja social sebagai salah satu pihak yang bergerak di setting primer dan sekunder manajemen bencana yang berbasis komunitas. Hal tersebut dapat berupa dalam pendampingan dan perancanangan community-based disaster bersama masyarakat maupun menghubungkan masyarakat sebagai basis dengan stakeholders. Dapat melalui kegiatan formal maupun informal dalam bentuk sosialisasi maupun edukasi dan simulasi. Melalui berbagai kegiatan pelatihan formal/informal fasilitator masyarakat maupun relawan-relawan desa menekankan pada beberapa hal: (a) pengenalan konsep dasar pengurangan resiko bencana, (b) pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, (c) pelatihan pengenalan standar minimun dalam situasi darurat, (d) pelatihan pertolongan pertama gawat darurat (e) gender dan bencana (f) penyusunan rencana kontijensi kedaruratan dan standar operasional dan (g) teknis manajemen darurat dan berbagai materi dasar yang dianggap relevan. Berikut tahapan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman: 1. Pra Bencana 1.1 Kesiagaan 1.2 Peringatan Dini 1.3 Mitigasi 2. Saat Bencana 2.1 Tanggap Darurat 3. Pasca Bencana 3.1 Rehabilitasi 3.2 Rekonstruksi 328

Kelemahan Dalam Manajemen Bencana Walau bagaimanapun baiknya prosedur dan sistem yang dibangun jika tidak dilakukan dengan konsisten tentu tidak akan berhasil dengan baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan berbagai hal yang dapat mengganggu kelancaran dan keberhasilan manajemen bencana karena pada dasarnya sebaik apapun manajemen bencana pasti tetap saja ada celah yang dapat melemahkan. Menurut penelitian National Safety Council (Carl Griffith, National Safety Council Utilities Division Manager) ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan sistem manajemen bencana dalam suatu organisasi yaitu: 1. Kurangnya dukungan manajemen puncak Manajemen bencana sering hanya menjadi retorika dan tidak didukung secara politis dan tekhnis. Tanpa dukungan manajemen tentu program manajemen bencana tidak akan berhasil baik. 2. Kurangnya keterlibatan dan dukungan pekerja dan masyarakat Program manajemen bencana tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh semua pihak, termasuk masyarakat atau anggota pekerja yang akan menjadi subyek dalam proses tanggap darurat. 3. Kurang atau tidak ada perencanaan Manajemen bencana juga tidak dilengkapi dengan perencanaan yang baik sehingga ketika terjadi bencana semua prosedur berantakan. 4. Kurangnya pelatihan dan pendidikan Tidak dilakukan pembinaan dan pelatihan yang diperlukan untuk masing-masing bencana baik untuk tim penanggulangan maupun untuk anggota masyarakat yang terkena bencana. 5. Tidak ada penanggung jawab yang ditunjuk khusus untuk mengkoordinir sistem tanggap darurat 6. Sistem tanggap darurat tidak dievaluasi atau disempurnakan secara berkala Kebiasaan yang paling buruk adalah tidak pernah melakukan evaluasi, terutama jika bencana tidak pernah datang, sehingga program bencana terlupakan. 7. Sistem komunikasi dan peringatan dini tidak memadai. Sebagai akbatnya, ketika terjadi bencana semua pihak panik dan prosedur tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tidak terintegrasi dengan prosedur operasi misalnya untuk mematikan mesin atau pabrik. 8. Pekerja tidak dijelaskan mengenai tindakan atau langkah yang dilakukan jika terjadi keadaan darurat Seluruh kelemahan di atas dapat teratasi jika seluruh elemen tanggap darurat di atas dijalankan dengan baik dan konsisten. Kunci Keberhasilan Pengembangan manajemen bencana memang tidak mudah dan memerlukan kerja keras dan berkesinambungan. Untuk mencapai keberhasilan dalam menerapkan dan mengembangkan manajemen bencana diperlukan hal sebagai berikut. a. Dukungan manajemen secara penuh dan konsisten yang ditunjukan secara nyata. Manajemen bencana harus dianggap sebagai program strategis untuk memelihara dan menjaga hasil pembangunan atau proses produksi. b. Peran serta semua pihak yang ditunjukkan dengan keterlibatan dalam proses manajemen bencana sesuai dengan porsinya masing-masing. Semakin tinggi keberhasilannya. c. Ketersediaan sumberdaya yang memadai untuk menangani bencana sesuai dengan kondisi dan sifat masing-masing. Penutup 329

Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana haruslah dilakukan oleh semua pihak, seperti pemerintah, pekerja sosial, masyarakat, maupun stakeholders lain yang dapat terkait. Hal yang paling mendesak adalah menumbuhkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri sendiri dari ancaman dan resiko bencana. Pentingnya perubahan paradigma penanggulangan bencana yang bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparadness. Community-based disaster dapat membantu meminimalisir korban bencana, kerugian yang diakibatkan bencana, maupun ketergantungan terhadap bantuan. Pentingnya penciptaan community-based disaster tentunya perlu didukung dengan penciptaan setting yang dapat memfasilitasi pekerja social. Referensi Buku: Arief Mustofa Nur. 2009. Bencana Geologi Dan Manajemen Pengelolaannya. Modul Pelatihan. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI. Ramli, Suhatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management). Jakarta. Dian Rakyat. UNDP. Panduan: Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas. 2012. Agus Rahmat, Manajemen Mitigasi Bencana. Eko Teguh Paripurno. Modul Manajemen Bencana Seputar Beberapa Bencana di Indonesia Referensi Lain: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=news&file=print&sid=469, diakses pada tanggal 4 November 2014, pukul 17.18 WIB http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=news&file=article&sid=509, diakses pada tanggal 4 November 2014, pukul 17.27 WIB http://www.academia.edu/7280326/penanggulangan_bencana_dan_peran_pekerja_sosial, diakses pada tanggal 4 November 2014, pukul 17.49 WIB http://www.scribd.com/doc/50639641/belajar-manajemen-bencana-dari-jepang#force_seo, diakses pada tanggal 4 November 2014, pukul 19.34 WIB 330