KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

Bentuk Pertumbuhan dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

PERSENTASE TUTUPAN KARANG DI PERAIRAN MAMBURIT DAN PERAIRAN SAPAPAN KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

Parameter Fisik Kimia Perairan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

JAKARTA (22/5/2015)

Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1

STATUS PERSENTASE TUTUPAN KARANG SCLERACTINIA DI PULAU BUNAKEN (TAMAN NASIONAL BUNAKEN) DAN DI PANTAI MALALAYANG, PESISIR KOTA MANADO

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(1), Januari 2014 ISSN: KONDISI TERUMBU KARANG PULAU BUNAKEN PROVINSI SULAWESI UTARA

THE CORAL REEF CONDITION IN CEROCOK BEACH WATERS OF PAINAN, WEST SUMATERA PROVINCE By : Khairil ihsan 1), Elizal 2), Thamrin 2)

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU MATAS TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

STUDI TENTANG KONDISI TUTUPAN KARANG HIDUP DI PERAIRAN PULAU PIEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

KONDISI TUTUPAN TERUMBU KARANG KIMA DI KAWASAN PERAIRAN DESA BUNATI KECAMATAN ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KONDISI TUTUPAN PERSEN KARANG DI PERAIRAN DESA TELUK BAKAU BERDASARKAN BENTHIC LIFE FORM. Rodiallohuanhum

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

Kata kunci : Kondisi, Terumbu Karang, Pulau Pasumpahan. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2)

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG PERAIRAN MAMBURIT KEBUPATEN SUMENEP

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

Kondisi Terumbu Karang dengan Indikator Ikan Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah.

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan

3. METODOLOGI PENELITIAN

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Maret 2016 Vol.5 No.2 Hal : XXXX

MANUAL LIFEFORM 5.1. Oleh : Rahmat, M.I. Yosephine T.H. dan Giyanto. Programmer/Analyst : Rahmat. Editor : Del Afriadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

Perbedaan Presentasi Penutupan Karang di Perairan Terbuka dengan Perairan yang Terhalang Pulau-Pulau. di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

CORAL REEF CONDITION BASED ON LEVEL OF SEDIMENTATION IN KENDARI BAY

STUDI KOMPETISI TURF ALGAE DAN KARANG GENUS ACROPORA DI PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah Berkelanjutan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI TERUMBU KARANG DI PESISIR KELURAHAN SUNGAI PISANG SUMATERA BARAT

Kajian Kesesuaian Wisata Selam dan Snorkeling di Perairan Tulamben, Karangasem, Bali

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAJU PERTUMBUHAN KARANG Porites Sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

Status Kondisi Terumbu Karang di Teluk Ambon

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

3 METODE PENELITIAN. Tabel 1. Letak geografis stasiun pengamatan

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

Analisis Kualitas Air Dengan Pendekatan Statistik Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Biawak Indramayu

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG SERTA STRATEGI PENGELOLAANNYA (Studi Kasus di Teluk Semut Sendang Biru Malang)

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DAN STRUKTUR RANGKA KAPUR KARANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Maspari Journal 03 (2011) 42-50

REHABILITASI WILAYAH PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN TERUMBU BUATAN

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

242 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: EVALUASI KONDISI TERUMBU KARANG DI TELUK KULISUSU MUNA SULAWESI TENGGARA

Kondisi Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu DKI Jakarta

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG SUMBERDAYA TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN WISATA SNORKELING

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

KOMPOSISI PENYUSUN TERUMBU KARANG TEPI (FRINGING REEF) DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG, MADURA

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

KAJIAN KOMUNITAS TERUMBU KARANG DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PERAIRAN SITARDAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1

TINJAUAN KELAYAKAN EKOLOGI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

TINGKAT TUTUPAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU TERKULAI. Samsul Rizal Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelutan FIKP-UMRAH

Transkripsi:

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan INTISARI Terumbu karang adalah sumberdaya perairan yang menjadi rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan air. Tersebar hampir di seluruh perairan tropis dan subtropis di dunia dan memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem alam. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi perairan ekosistem terumbu karang, bentuk pertumbuhan karang dan tingkat kelestarian ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan laut Tulamben, Karangasem Bali. Manfaat penelitian yaitu untuk memberikan informasi mengenai kelestarian terumbu karang di perairan laut Tulamben dan pengaruh kondisi perairan bagi ekosistem terumbu karang. Metode yang digunakan yaitu metode Line Intercept Transect daerah pengamatan sepanjang 10 meter. Jenis-jenis Terumbu Karang yang ditemukan di perairan laut Tulamben pada stasiun 2 diantaranya adalah hard Acropora yaitu branching Acropora dan non-acropora dengan bentuk pertumbuhan encrusting, massive dan submassive. Ekosistem terumbu karang pada perairan pantai perairan laut Tulamben secara umum dapat dikatakan baik karena memiliki tutupan karang hidup sebesar antara 38,3% - 53%. Hal tersebut dapat disebabkan karena kualitas perairan yang sesuai bagi kelestarian ekosistem terumbu karang. Sedangkan jenis ikan karang yang ditemui didominasi oleh jenis ikan major. Ikan indikator Chaetodontidae juga ditemukan sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan terumbu karang di perairan Tulamben tergolong baik. Kata Kunci : ikan karang, persentase tutupan karang, LIT. PENDAHULUAN Terumbu karang adalah sumberdaya perairan yang menjadi rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan air. Tersebar hampir diseluruh perairan tropis dan subtropis di dunia dan memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem alam. Indonesia yang memiliki luas lautan yang membentang dari ujung Sabang sampai Merauke memiliki 18% dari jumlah terumbu karang di dunia. Dengan luas terumbu karang yang kurang lebih mencapai angka 60.000 km 2. Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia mengemban beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Pada dasarnya terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermartipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan 17

sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen, 2002). Sedangkan menurut Sorokin (1993), terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Tujuan penelitian Konservasi Ekosistem Terumbu Karang dan Ikan Karang yaitu untuk mengetahui kondisi perairan ekosistem terumbu karang, bentuk pertumbuhan karang dan tingkat kelestarian ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan Tulamben Bali. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2013 di Tulamben, Karangasem Bali. Metode yang digunakan adalah metode Line Intercept Transect yang digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dan mencatat jumlah biota bentik yang ada sepanjang garis transek. Komunitas dicirikan dengan menggunakan kategori life form yang memberikan gambaran deskriptif morfologi komunitas karang. Sedangkan metode pengamatan ikan karang dilakukan dengan metode Belt Transek. Alat dan bahan yang digunakan meliputi alat snorkel/scuba, transek 30 meter, alat tulis, thermometer, GPS, refraktometer dan indikator ph. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membentangkan garis transek sepanjang 10 meter. Setiap kelompok mencatat semua bentuk pertumbuhan dan jenis karang serta ikan atau biota lainnya yang berbeda di bawah garis transek sebanyak dua kali ulangan pada kedalam air sekitar 2 sampai 4 meter. Pada ulangan pertama, biota dan karang yang diukur mulai dari titik nol sampai 10 meter. Ulangan kedua dimulai dari titik 10 meter ke titik 20 meter. Setelah itu, setiap kelompok pengukuran parameter fisik diantaranya suhu air dan suhu udara dan parameter kimia yaitu salinitas dan ph. Persen tutupan dari suatu kategori bentos dihitung dengan % tutupan dari suatu kategori benthos = total lengt h kategori benthos tersebut Panjang garis transek x 100 %. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Tulamben terletak di Kabupaten Karangasem, Bali bagian Timur pada koordinat 8 o 00 00-8 o 41 37.8 LS dan 115 o 35 9.8-115 o 54 9.9 BT. Secara geografis, kawasan ini berbatasan dengan: Sebelah timur dengan Selat Lombok Sebelah barat dengan Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng Sebelah utara dengan Laut Jawa Sebelah selatan dengan Selat Badung Secara administratif, kabupaten Karangasem terdiri dari Kecamatan Kubu dan Kecamatan Abang. Desa-desa yang terdapat dalam kawasan Tulamben ini terdiri dari 5 desa, yaitu: Desa Tulamben, Datah, Purwakerti, Bunutan dan Labasar. Luas keseluruhan kawasan sebesar 9031 Ha dan panjang garis pantai mencapai 20 km. Gambar 1. Peta daerah Tulamben, Karangasem Bali Metode yang digunakan dalam menilai tutupan terumbu karang adalah LIT (Line Intercept Transect). Metode ini memberikan gambaran deskriptif tentang morfologi komoditas karang berupa bentuk pertumbuhan (life form) dan jenis biota yang berasosiasi. Kelebihan metode pengukuran dengan LIT adalah penyajian data yang detail dengan tingkat 19

kesalahan yang rendah. Oleh karena itu penggunaan metode ini memerlukan keterampilan pencatat data. Pencatat data harus mampu mengenal biota laut dan bentuk perubahannya. Untuk tingkat lanjut, pencatat data bahkan harus mengenal genera sampai tingkat spesies biota/karang yang diamati. Tabel 1. Tabel parameter fisik dan kimia ekosistem terumbu karang dan ikan karang di perairan Tulamben Bali Stasiun Parameter Nilai ph 7,6 Stasiun 1 Salinitas (ppm) 34 Suhu Air ( 0 C) 30 Suhu Udara ( 0 C) 29 ph 7,75 Stasiun 2 Salinitas (ppm) 33 Suhu Air ( 0 C) 31 Suhu Udara ( 0 C) 28 ph 7,6 Stasiun 3 Salinitas (ppm) 35 Suhu Air ( 0 C) 29 Suhu Udara ( 0 C) 27 ph 8,1 Stasiun 4 Salinitas (ppm) 32 Suhu Air ( 0 C) 28 Suhu Udara ( 0 C) 29 20

Tabel 2. Tabel data hasil Line Intercept Transect stasiun 2 Reef Place : Tulamben Air Tempt : 31 Search Id : Stasiun 2 Water Tempt : 28 Ulangan : 1 Transect Length: 1000 cm Length Code 30 CE 250 W 10 CE 10 CS 200 RCK 50 CS 200 RCK 40 W 50 RCK 50 ACB 110 W 1000 Benthic Life Form Code Number Number Of Accurance % Cover Category Total % Hard Corals (Acropora) 5 Branching ACB 1 5 Tabulate ACT 0 0 Encrusting ACE 0 0 Submassive ACS 0 0 Digitate ACD 0 0 Hard Corals (Non Acropora) 10 Branching CB 0 0 Massive CM 0 0 Encrusting CE 2 4 Submassive CS 2 6 Folliose CF 0 0 Mushroom CMR 0 0 Millepora CME 0 0 Heliopora CHL 0 0 Other Fauna 0 Soft Corals SC 0 0 Sponge SP 0 0 Other OT 0 0 Abiotic 85 Sand S 0 0 Rubble R 0 0 Silt SI 0 0 Water W 3 40 Rock RCK 3 45 Total 100 100 21

Tabel 3. Tabel data hasil Line Intercept Transect stasiun 2 Reef Place : Tulamben Air Tempt : 31 Search Id : Stasiun 2 Water Tempt : 28 Ulangan : 2 Transect Length: 1000 cm Length Code 30 ACB 140 W 10 CE 20 RCK 80 OT 40 CA 50 W 20 RCK 60 W 70 RCK 20 CS 60 W 30 CE 70 RCK 30 CE 30 W 20 CS 20 W 50 ACB 50 W 20 CS 20 CE 60 OT 1000 Benthic Life Code Number Of Form Number Accurance % Cover Hard Corals (Acropora) Branching ACB 2 8 Tabulate ACT 0 0 Encrusting ACE 0 0 Submassive ACS 0 0 Digitate ACD 0 0 Hard Corals (Non Acropora) Category Total % Branching CB 0 0 Massive CM 1 4 Encrusting CE 4 9 Submassive CS 3 6 Folliose CF 0 0 Mushroom CMR 0 0 Millepora CME 0 0 Heliopora CHL 0 0 Other Fauna 14 Soft Corals SC 0 0 Sponge SP 0 0 Other OT 2 14 Abiotic 59 Sand S 0 0 Rubble R 0 0 Silt SI 0 0 Water W 7 41 Rock RCK 4 18 100 100 8 19 Hasil pengukuran LIT di stasiun 2 pada ulangan pertama menunjukkan bahwa komponen abiotik mendominasi kawasan tersebut dengan persentase tutupan sebesar 85%, sedangkan nilai tutupan terumbu karang non Acropora sebesar 10% dan Acropora hanya sebesar 5%. Pada ulangan kedua, didapat persentase tutupan terumbu karang jenis Acropora sebesar 8%, non Acropora 19%, other fauna sebesar 14% dan komponen abiotik yang terdiri 22

atas air dan batu sebesar 59%. Secara keseluruhan tutupan terumbu karang hidup pada ulangan 1 sebesar 15% dan ulangan 2 sebesar 27%. Gambar 2. Karang yang ditemukan di Perairan Tulamben Ekosistem terumbu karang dikatakan buruk apabila mempunyai karang hidup sebesar 0 24,9 %, sedang apabila tutupan karang hidup 25 49,9 %, dikatakan baik apabila tutupan karang hidup 50 74,9 % dan dikatakan sangat baik apabila mempunyai tutupan karang hidup > 75 % (Gomez dan Alcala, 1984 dalam Yuniarti, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekosistem terumbu karang di perairan laut Tulamben berada pada kisaran sedang sampai baik. Menurut Nybakken (1992), terumbu karang hidup pada salinitas 32-35 o / 00 dan suhu air antara 23-25 o C dengan jenis substrat yang keras dan bersih sebagai tempat melekatya larva planula, sehingga memungkinkan pembentukan koloni baru. Menurut Kaswaji dalam Aryani (2011), kondisi perairan ekosistem terumbu karang dengan ph 7,5-8,5 mempunyai produktivitas tinggi. Kondisi fisik perairan terumbu karang tersebut mempengaruhi kelestarian dari ekosistem terumbu karang. Dari indikator kualitas air dan kondisi lingkungan yang baik bagi terumbu karang tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi terumbu karang yang sedang dan baik di perairan laut Tulamben dipengaruhi oleh kualitas air laut yang juga tergolong baik. 23

Diagram Pengelompokan Ikan Karang berdasarkan Famili 1% 28% 71% Indikator Major Target Tabel 4. Jumlah Ikan Karang Gambar 3. Diagram Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Famili Ulangan Famili Ikan Jumlah Ikan Karang 1 Pomachantidae 31 2 Aphogonidae 3 3 Pomacentridae 6 4 Caesionidae 27 5 Chaetodontidae 1 6 Ephippidae 22 7 Scaridae 8 Total 98 Tabel 5. Jumlah ikan indikator, major dan target Indikator Major Target Chaetodontidae Pomachantidae Caesionidae Aphogonidae Pomacentridae Ephippidae Scaridae 1 70 27 Jumlah total ikan karang yang ditemukan di stasiun 2 sebesar 98 ekor yang didominasi oleh ikan dari family Pomachantidae. Ikan indikator Chaetodontidae ditemukan sebanyak satu ekor. Ditemukannya ikan indikator di lokasi perairan menandakan bahwa kesehatan dan kondisi terumbu karang di perairan Tulamben tergolong baik. Ikan indikator merupakan ikan yang berasosiasi paling kuat dengan karang, sehingga bila dalam suatu 24

ekosistem terumbu karang ikan ini tidak ditemukan maka kondisi ekosistem tergolong rusak atau dalam keadaan tidak baik. Ikan yang paling banyak ditemukan adalah ikan major yang merupakan ikan dengan jumlah terbesar dan berukuran cenderung kecil serta berasosiasi dengan karang. Sedangkan ikan target yang memiliki nilai ekonomi tinggi juga ditemukan sebanyak 27 ekor. Gambar 4. Ikan karang yang ditemukan di Perairan Tulamben Rata-rata tutupan terumbu karang hidup di stasiun 1 sebesar 31%, stasiun 2 sebesar 21%, stasiun 3 sebesar 48,4% dan stasiun 4 sebesar 53,4%. Sedangkan jumlah ikan karang pada stasiun 1 sebesar 149 ekor, stasiun 2 sebesar 98 ekor, stasiun 3 sebesar 113 ekor da stasiun 4 sebesar 57 ekor. Carpeter (1981) dalam Russ (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penutupan karang hidup dengan diversitas dan kelimpahan ikan karang, serta biomassa ikan karang meningkat dengan adanya keragaman structural pada substratum karang. Lebih lanjut, Marsaoli (1998) dalam penelitiannya mengenai hubungan ikan karang dan persentase terumbu menyatakan bahwa terdapat respon linear positif sangat nyata antara hubungan penutupan karang hidup dan densitas ikan karang. Semakin tinggi persentase penutupan karang hidup, maka makin tinggi pula densitas ikan karang. Tingkat densitas maksimum ikan tercapai pada nilai persentase penutupan karang hidup antara 51-61%. Sehingga dalam kasus ekosistem terumbu karang di perairan Tulamben, kelompok ikan karang belum mencapai densitas maksimumnya karena tutupan terumbu yang tidak mencapai 50%. Selain itu tutupan terumbu karang terbesar pada stasiun 4 hanya memiliki jumlah ikan sebesar 57 ekor, yang berarti hasil pengamatan tidak menunjukkan korelasi positif antara tutupan terumbu karang hidup dengan jumlah ikan karang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti jenis perairan, jenis ikan yang berasosiasi atau kondisi kesehatan terumbu karang yang tidak baik. 25

KESIMPULAN Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan Metode yang digunakan pada penelitian konservasi ekosistem terumbu karang yaitu metode Line Intercept Transect. Jenis-jenis Terumbu Karang yang ditemukan di perairan laut Tulamben pada stasiun 2 diantaranya adalah hard Acropora yaitu branching Acropora dan non-acropora dengan bentuk pertumbuhan encrusting, massive dan submassive. Ekosistem terumbu karang pada perairan pantai perairan laut Tulamben secara umum dapat dikatakan baik karena memiliki tutupan karang hidup sebesar antara 38,3% - 53%. Hal tersebut dapat disebabkan karena kualitas perairan yang sesuai bagi kelestarian ekosistem terumbu karang. Sedangkan jenis ikan karang yang ditemui didominasi oleh jenis ikan major. Ikan indikator Chaetodontidae juga ditemukan sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan terumbu karang di perairan Tulamben tergolong baik, SARAN Sebaiknya pemerintah setempat melakukan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian terumbu karang di perairan Tulamben yang banyak dijadikan sebagai objek wisata utama bagi para diver. DAFTAR PUSTAKA Aryani, Amirah. 2011. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Acropora formosa menggunakan Teknologi Biorock di Pulau Barrang Lompo Kota Makasar. Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Universitas Hasannudin. Makassar. Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fossa, S. A, dan A. J. Nilsen. 1996. The Modern Coral Reef Aquarium Volume 1. Birgit Schmettkamp, Verlag. English, S., C. Wilkinson, V. Baker. 1994. Survey Manual For Tropical Marine Resources. Australia Marine Science Project Living Coastal Resources. Australia. Marsaoli, M. 1998. Hubungan Persentase Penutupan Karang Hidup Dengan Densitas Beberapa Jenis Ikan karang Di Perairan Kepulauan Karimunjawa Jepara. Institut Pertanian Bogor. Tesis. Nybakken, J. W., 1997. Marine Biology. PT. Gramedia, Jakarta. Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekology. Cetakan ke-3. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 26

Russ, G.R. 1991. Coral Reef Fisheries: Effect and Yield dalam The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Sale, P.F. ed. Departement of Zoology University of New Hasmhire Durham. P 601-634. Suharsono. 1984. Pertumbuhan Karang. Oseana Pusat Penelitian Biologi Laut. LON-LIPI. Jakarta. Veron, J.E.N. 1986. Coral of Australia and the Indo-Pacific. Angus & Robertos. Australia. Yuniarti. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat Di Kepulauan Riau). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Jatinangor. 27