RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KOMPARASI PRODUKTIVITAS SAPI MADURA DENGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

RESPON KONSUMSI TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERBAU YANG DIBERI KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PRODUKTIVITAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

RESPON FISIOLOGIS SAPI MADURA JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN DENGAN LEVEL YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh : MARDIYONO

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

APAKAH PERUBAHAN KONSUMSI MEMPENGARUHI KEERATAN HUBUNGAN ANTARA CREATININ DENGAN BOBOT BADAN?

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

PRODUKTIVITAS SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN BASAL JERAMI PADI DENGAN BERBAGAI LEVEL KONSENTRAT

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

MATERI DAN METODE. Materi

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PEMANFAATAN PROTEIN PAKAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) JANTAN PADA BERBAGAI BOBOT HIDUP

E. Rianto, Nurhidayat, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul keluaran kreatinin lewat urin pada domba lokal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI BRAHMAN CROSS HEIFER DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, DESA CIBODAS, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PEMANFAATAN PROTEIN PAKAN DAN PRODUKSI PROTEIN MIKROBA PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI PAKAN ROTI SISA PASAR SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni September 2015 di Laboratorium

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Abstrak. Kata kunci : kebutuhan hidup pokok, kebutuhan produksi, protein, energi, sapi Madura. Abstract

RESPONS PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN PADA KONDISI PAKAN BERBASIS LOW EXTERNAL INPUT

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh AGUNG RIYANTO

PEMANFAATAN PROTEIN PADA SAPI JANTAN PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN YANG MENDAPAT PAKAN RUMPUT GAJAH, AMPAS TAHU DAN SINGKONG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

BAB III MATERI DAN METODE

Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Sapi Jawa dan Sapi Peranakan Ongole di Brebes

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Transkripsi:

RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN (The Productivity Responses to Environmental Change in Madura and Ongole Crossbred Cattle) ONY SURYAWAN 1, MALIKAH UMAR 2, SULARNO DARTOSUKARNO 1, EDY RIANTO 1 dan AGUNG PURNOMOADI 1 1 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2 Fakultas Pertanian Universitas Madura ABSTRACT The total of eight cattle composed of each four Madura cattle (body weight 147.75 kg CV = 9.86%) and Ongole Crossbred cattle (body weight 167.75 kg; CV= 13.45%) were used in this study aimed at knowing the response of productivity on environmental change in Madura and Ongole Crosbred cattle. These cattle were given Napier grass ad libitum and concentrate feed (at 1.75%BW) made up of pollard, soybean meal and rice bran. The parameters measured were: correlation between temperature, relative humidity (RH) and feed intake (kg and in %BW), and feed conversion rate (FCR) for 10 weeks observation. The weekly responses were analyzed descriptively and using the correlation value (r) between temperature and RH and feed intake, body weight gain and FCR of each breed. The high r value indicated the strength of correlation between environment and production parameters, and vice versa. The results showed that the r value between temperature and feed intake in two breeds (Madura = 0.0876; Ongole Crossbred = 0.0727) was not different (P > 0.05), as well as the r value between RH and feed intake (Madura = 0.1268; Ongole Crossbred = 0.2294). The strength of these correlations was low, and therefore the conclusion from this study was both cattle breeds (Madura and Ongole Crosbred) have similar responses to the environmental change. Key Words: Madura Cattle, Ongole Crossbred Cattle, Productivity Response ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui respon produksi sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole (PO) terhadap perubahan kondisi lingkungan dengan menggunakan masing-masing 4 ekor sapi Madura dengan bobot badan awal 147,75 kg (CV = 9,86%) dan 4 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan awal 167,75 kg(cv = 13,45%). Sapi sapi ini dipelihara dengan pakan berupa rumput gajah (diberikan secara ad libitum) dan konsentrat (diberikan 1,75% dari bobot badan) yang terdiri dari pollard, bungkil kedelai, dedak padi. Parameter yang diamati adalah hubungan (korelasi) antara temperatur dan kelembaban (RH) dengan konsumsi BK (dalam kg dan dalam %BB), dan konversi pakan (FCR) selama 10 minggu. Respon mingguan dianalisa secara deskriptif dan dengan menggunakan nilai korelasi (r) antara temperatur dan kelembaban dengan konsumsi BK, PBB dan FCR yang diperoleh dari masing-masing bangsa sapi. Nilai r yang tinggi menunjukkan tingginya hubungan lingkungan terhadap parameter produksi, dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) antara temperatur dengan konsumsi BK pakan pada kedua bangsa sapi (Madura = 0;0876; PO = 0,0727) tidak berbeda nyata (P > 0,05), demikian juga dengan nilai korelasi (r) antara kelembaban dengan konsumsi BK (Madura= 0,1268; PO= 0,2294). Nilai korelasi tersebut diatas sangat lemah, sehingga dari penelitian dapat disimpulkan bahwa sapi Madura dan PO mempunyai respon yang sama baik terhadap perubahan kondisi lingkungan. Kata Kunci: Sapi Madura, Sapi PO, Respon Produksi PENDAHULUAN Hasil penelitian tentang sapi Madura dan perbandingannya terhadap sapi Peranakan Ongole (PO) menunjukkan adanya kesamaan pada kemampuan produksi yang ditunjukkan oleh pencapaian pertambahan bobot badannya (MALIKAH-UMAR et al., 2007). Namun di 175

dalam penelitian tersebut terdapat fenomena menarik yaitu adanya kecenderungan bahwa kemampuan mengkonversi pakan pada sapi Madura lebih rendah daripada sapi PO. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sapi Madura membutuhkan 0,6 kg pakan lebih banyak dibandingkan dengan sapi PO untuk menghasilkan 1 kg BB. Seperti diketahui, populasi sapi Madura saat ini semakin menurun padahal kebutuhan akan daging di Indonesia semakin meningkat. Pemakaian devisa untuk mengimpor sapi dari Australia seyogyanya harus mulai dialihkan untuk memberdayakan bangsa sapi lokal, diantaranya sapi Madura, yang telah terbukti unggul dalam beradaptasi dengan lingkungan tropis dan resisten terhadap penyakit daerah tropis. Keunggulan sapi lokal diantaranya telah dilaporkan oleh PURNOMOADI et al. (2004) bahwa sapi PO lebih efisien dalam pemanfaatan energi dibanding sapi Peranakan Limousin, terutama pada kondisi pakan yang berkualitas rendah sampai sedang. Sifat-sifat unggul sapi lokal pada kemampuan beradaptasi di lingkungan tropis yang keras tersebut tidak dimiliki oleh sapi impor. Kemampuan beradaptasi tersebut sangat menentukan kemampuan mengubah pakan menjadi bobot badan (konversi pakan), dan kemampuan ini berbeda diantara bangsa. Demikian pula dengan sapi Madura. Oleh sebab itu, perlu kiranya diteliti respon sapi Madura terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan sapi PO. Manfaat yang diharap adalah dapat memberi dasar bagi pengembangan potensi sapi Madura agar maksimal. MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perubahan Penampilan Produksi sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole (PO) sebagai respon terhadap perubahan kondisi lingkungan yang dipelihara secara intensif dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini berlangsung selama 16 minggu, yang dimulai pada minggu ke-2 bulan September 2006 sampai dengan Januari 2007. Materi yang digunakan adalah 4 ekor sapi Madura dengan bobot badan awal 147,75 ± 14,57 kg (CV = 9,86%) dan 4 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan awal 167,75 ± 22,57 kg (CV = 13,45%) dengan kisaran umur 1,5 tahun. Sapi Madura berasal dari Pamekasan Madura, sedangkan sapi PO didatangkan dari pasar Hewan Ambarawa Kabupataen Semarang. Peralatan yang digunakan meliputi timbangan ternak merk Sima kapasitas 2000 kg dengan tingkat ketelitian 1 kg, timbangan gantung merk Pocket Scale kapasitas 50 kg dengan ketelitian 0,5 kg untuk menimbang hijauan, timbangan elektrik merk Accura berkapasitas 6 kg dengan ketelitian 2 g untuk menimbang konsentrat. Peralatan lain adalah hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban, chopper untuk mencacah hijauan, mixer untuk mencampur bahan pakan penyusun konsentrat, serta peralatan kandang pendukung lainnya. Penelitian dilakukan dalam 4 periode yaitu periode persiapan (2 minggu); periode adaptasi (4 minggu), periode pendahuluan (2 minggu) dan periode perlakuan (10 minggu). Periode perlakuan diawali dengan penimbangan bobot badan ternak untuk mengetahui bobot badan awal sapi. Penimbangan ternak selanjutnya dilakukan satu minggu sekali pada pagi hari sebelum diberi pakan. Konsentrat diberikan dua kali sehari, yaitu pada pukul 07.00 WIB dan 15.00 WIB. Rumput gajah dan air minum diberikan secara ad libitum. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap pagi hari, selisih antara pemberian dengan sisa digunakan sebagai data konsumsi yang dikonversikan ke dalam bahan kering. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1, terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) telah dilayukan 7 10 hari dan konsentrat yang diatur agar Tabel 1. Komposisi kimia pakan penelitian Bahan pakan BK PK LK SK Abu BETN -- %BS -- -------------------------------- % BK --------------------------------- Rumput Gajah 42,48 8,41 2,05 29,10 17,72 42,72 Konsentrat 88,99 17,50 5,72 12,49 9,58 54,70 176

memberikan protein kasar total ±15%. Konsentrat merupakan campuran dari 44,5% pollard, 9,5% bungkil kedelai dan 46% dedak padi yang diberikan sebesar 1,75%BB. Konsentrat diberikan 2 kali sehari pukul 07:00 dan 16:00 WIB, sedangkan rumput gajah dan air minum diberikan secara ad libitum. Pengambilan data suhu dan kelembaban lingkungan dalam kandang dilakukan setiap hari pada pukul 06:00, 12:00, 17:00 dan 21:00. Pertambahan bobot badan harian ditentukan dengan cara menghitung selisih bobot awal dengan bobot akhir dibagi lama pengamatan. Konsumsi bahan kering (BK) diukur dengan menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah pakan yang tersisa, dikalikan dengan kandungan BK pakan tersebut. Konsumsi BK juga dihitung dalam persentase bobot badan sedangkan konversi pakan (FCR) dihitung dari jumlah BK pakan yang dikonsumsi dibagi dengan pertambahan bobot badan selama 10 minggu. Data yang diperoleh kemudian diolah menjadi data mingguan, kemudian mencari nilai hubungan (korelasi) di antara data tersebut. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis komparatif dua sampel dengan sampel independen (SUGIYONO, 2006), yaitu membandingkan antara dua kelompok sapi dengan bangsa berbeda yakni membandingkan antara sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole. Parameter yang diamati adalah hubungan (korelasi) temperatur dan kelembaban dengan konsumsi BK (baik dalam kg maupun dalam %BB), dan dengan konversi pakan (FCR). Hubungan perubahan temperatur dan kelembaban dengan konsumsi BK, dan konversi pakan mingguan selama 10 minggu dianalisa secara deskriptif menurut HASAN (2003) di bawah ini, sedangkan data nilai korelasinya (r) di uji dengan t-test sesuai dengan pendapat SUGIYONO (2006). Pedoman penentuan kekuatan korelasi menurut HASAN (2003) adalah sebagai berikut: Nilai r = 0 0,20 = sangat lemah Nilai r = 0,20 0,40 = lemah Nilai r= 0,40 0,70 = sedang Nilai r = 0,70 0,90 = kuat Nilai r = 0,90 1 = kuat sekali Nilai r = 1 = sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi antara temperatur atau kelembaban dengan konsumsi BK total (kg) selama pengamatan ditampilkan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara temperatur dengan konsumsi BK total (Madura, r = 0,0876; PO, r = 0,727), yang secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05). Sementara itu, hasil yang sama diperoleh pada hubungan antara kelembaban (RH) dengan konsumsi BK kedua bangsa sapi (sapi Madura, r = 0,1268; sapi PO = 0,2294) yang secara statistik juga tidak berbeda nyata (P > 0,05). Nilai korelasi antara temperatur atau kelembaban dengan konsumsi BK total pada kedua bangsa sapi tersebut berada pada kisaran 0,0 0,2, yang menunjukkan tingkat hubungan yang sangat lemah. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan tempat dilakukannya penelitian ini tidak mempunyai hubungan dengan konsumsi BK pakan. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa sapi baik sapi Madura maupun sapi PO mempunyai kemampuan adaptasi yang sudah sangat baik dengan lingkungan tempat penelitian ini berlangsung. Korelasi antara temperatur dan kelembaban dengan konsumsi BK (konsumsi BK dalam %BB) ditampilkan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara temperatur dengan tingkat konsumsi BK (%BB) pada sapi Madura (r = 0,2318) dan pada sapi PO (r = 0,1737) tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil yang sama juga diperoleh pada korelasi antara kelembaban dengan tingkat konsumsi BK (%BB) pada sapi Madura (r = -0,2416) dan pada sapi PO (r = -0,1204) yang juga tidak berbeda nyata (P > 0,05). Kedua nilai korelasi, baik antara temperatur dengan konsumsi BK (%BB), maupun antara kelembaban dengan konsumsi BK (%BB) pada sapi Madura dan PO menunjukkan tingkat hubungan yang sedang. Sementara itu, nilai korelasi antara kelembaban dengan tingkat konsumsi mempunyai nilai negatif yang berarti arah hubungan yang berlawanan. Artinya ketika kelembaban naik, maka tingkat konsumsi akan menurun. Selain menunjukkan bahwa kedua bangsa sapi ini mempunyai respon yang sama terhadap lingkungan, hasil ini juga menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan (% BB) lebih mudah terpengaruh oleh temperatur dan kelembaban daripada konsumsi pakan (kgbk). 177

Gambar 1 dan 2 menggambarkan hubungan besar perubahan temperatur dan kelembaban (RH) dalam kandang bersama dengan perubahan konsumsi pakan setiap minggu selama pengamatan. Nilai perubahan yang ditampilkan merupakan selisih minggu pengamatan dengan minggu sebelumnya. Dari Gambar tersebut tampak bahwa secara umum sesuai dengan teori yang ada selama ini bahwa peningkatan temperatur atau kelembaban memberikan penurunan pada konsumsi pakan. Hubungan negatif ini tampak dengan jelas pada minggu ke-1 6, namun terjadi perkecualian pada minggu ke-8 10 dimana konsumsi BK pakan bergerak searah dengan perubahan kelembaban. Anomali hubungan pada minggu ke-8 10 ini belum terjelaskan, namun dari pengamatan data lingkungan diketahui bahwa pada minggu ke-8 10 tersebut kelembaban justru mencapai di atas 80%, sedang minggu sebelumnya di bawah 80% akibat mulai banyaknya turun hujan. Seperti telah dijelaskan di depan, penelitian ini berlangsung dari September 2006 hingga Januari 2007. Tabel 2. Nilai korelasi (r) temperatur dan kelembaban dengan konsumsi BK dan konversi pakan Parameter Sapi Madura Sapi PO Ket Korelasi antara temperatur dengan BK Total, kg 0,0876 0,0727 ns BK Total, %BB 0,2318 0,1737 ns Konversi pakan 0,2874-0,0493 ns Korelasi antara kelembaban dengan BK Total 0,1268 0,2294 ns BK Total, %BB -0,2416-0,1204 ns Konversi pakan -0,1403 0,0038 ns ns = Tidak berbeda nyata pada taraf 5% (P > 0,05) Temp BK, Madura BK, PO -1.0-1.5 Minggu kekonsumsi BK, kg 20 10 0-10 -20 1.5 1.0 0.5 0.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10-0.5 Temperatur, C Gambar 1. Perubahan temperatur lingkungan (dalam kandang) mingguan dan perubahan konsumsi BK pada sapi Madura dan sapi PO. Perubahan dihitung dengan mengurangkan nilai minggu pengamatan dengan minggu sebelumnya 178

20 8.0 10 4.0 0 0.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10-10 -4.0 RH BK, Madura BK, PO -20-8.0 Minggu kekonsumsi BK, kg Kelembaban, RH% Gambar 2. Perubahan kelembaban (dalam kandang) mingguan dan perubahan konsumsi BK pada sapi Madura dan sapi PO. Perubahan dihitung dengan mengurangkan nilai minggu pengamatan dengan minggu sebelumnya Hubungan antara kondisi lingkungan dengan konversi pakan Tabel 2 juga menampilkan korelasi antara temperatur dan kelembaban lingkungan dalam kandang dengan konversi pakan (FCR). Nilai korelasi antara temperatur dengan FCR pada sapi Madura (r = 0,2874) dan sapi PO (r = - 0,0493), secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal yang sama juga diperoleh untuk nilai korelasi antara kelembaban dengan FCR pada sapi Madura (r = -0,1403) dan sapi PO (r = -0,0038), juga tidak berbeda nyata (P > 0,05). Nilai korelasi antara temperatur dengan FCR pada sapi Madura dan PO serta korelasi RH dengan FCR pada sapi Madura menunjukkan tingkat hubungan yang sedang, tetapi pada sapi PO menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Meskipun secara statistik semua nilai korelasi tersebut antara Madura dan PO tidak berbeda nyata, namun secara deskriptif dari tingkat kekuatan korelasi dapat diartikan bahwa sapi Madura lebih kuat dipengaruhi lingkungan daripada sapi PO. Dari semua nilai korelasi tersebut di atas, nilai korelasi antar paramemeter pada sapi Madura mempunyai nilai lebih besar dibandingkan sapi PO. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan mempengaruhi sapi Madura lebih kuat daripada sapi PO. Atau dengan kata lain, sapi Madura lebih sensitif atau responsif terhadap perubahan lingkungan (temperatur dan kelembaban) daripada sapi PO, pada pemeliharaannya sapi Madura memerlukan manajemen lingkungan yang lebih konstan/stabil agar memberikan penampilan terbaiknya. KESIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah sapi Madura dan PO mempunyai respon yang sama baik terhadap perubahan kondisi lingkungan baik terhadap temperatur maupun terhadap kelembaban. Namun, dari pengamatan mingguan selama penelitian ini secara deskriptif tampak bahwa sapi Madura lebih responsif atau lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mas Heri, Ipunk, Nanik dan Satria atas bantunnya dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA HASAN, I. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1. Statistik Deskriptif. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara, Jakarta. MALIKAH-UMAR, M. ARIFIN dan A. PURNOMOADI. 2007. Produktivitas sapi Madura sebanding dengan sapi Peranakan Ongole. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Puslitbang Peternakan, Bogor (in press). 179

PURNOMOADI, A., M.Y. EFFENDI, E. RIANTO, K. HIGUCHI and M. KURIHARA. 2004. Methane production of Ongole Crossbred and Limousin Crossbred young bulls under intensive feeding management in Indonesia. Proc. the 11 th Asian-Australian Association on Animal Production Conference, Vol. II September 2004. Kualalumpur, Malaysia. hlm. 216 218. SUGIYONO. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Kesembilan. Penerbit Alfabeta, Bandung. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Universty Press, Yogyakarta. 180