BLUEPRINT PROFESI AKUNTAN, RPMK TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI PMK NO.25/PMK.01/2014 Tentang AKUNTAN BEREGISTER NEGARA. Malang, 13 Mei 2014

LATAR BELAKANG PELUNCURAN CA

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 & PENGUATAN REGULASI PROFESI AKUNTANSI

PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

PENDIDIKAN AKUNTANSI SEBAGAI PONDASI PENINGKATAN KOMPETENSI AKUNTAN PROFESIONAL

Substansi Revisi PMK No.25/PMK.01/2014 BANDUNG, 22 JULI 2017

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) & AKUNTAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENYIAPKAN AKUNTAN PROFESIONAL INDONESIA (CA INDONESIA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

SEMINAR STRATEGI DAN REGULASI PENDIDIKAN TINGGI AKUNTANSI SESUAI CETAK BIRU PROFESI AKUNTAN PROFESIONAL

SDM. asing KKNI (IQF) Penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikas. SDM Indonesia ALASAN EKSTERNAL. Sebuah Pernyataan kualitas ALASAN INTERNAL SDM

SINERGITAS ASOSIASI PROFESI DALAM PENGUATAN PROFESIONALISME AKUNTAN DI INDONESIA. Simposium Nasional Akuntansi Bandar Lampung, 25 Agustus 2016

Perbandingan PRODUKTIVITAS : Indonesia vs negara ASEAN Nilai output rata-rata pekerja Indonesia (dan Filipina) adalah 8 jam: Dapat dikerjakan oleh

Perbandingan PRODUKTIVITAS : Indonesia vs negara ASEAN Nilai output rata-rata pekerja Indonesia (dan Filipina) adalah 8 jam: Dapat dikerjakan oleh

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. Informasi tentang Chartered Accountant (CA)

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu

FORMULIR PENDAFTARAN DALAM REGISTER NEGARA AKUNTAN

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Ketentuan Pengalaman Praktik Keprofesian di Bidang Akuntansi Anggota Utama/Pemegang Sertifikat CA IAI

KERANGKA RPMK AKTUARIS. Perubahan Nama dan/atau Bentuk Badan Usaha Konsultan Aktuaria

IKATAN AKUNTAN INDONESIA PROFESI AKUNTAN PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- Untuk itu, dalam rangka menjaga kepercayaan publik terhadap kualitas informasi keuangan, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan harus menj

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSPEK KJA KEDEPAN. Oleh: Doni Budiono, ST., SE., Ak., SH., MH., MSA., CA

Sinergitas Asosiasi Profesi dalam Penguatan Profesionalisme Akuntan di Indonesia. Dewan Pengurus Nasional (DPN) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 423/KMK.06/2002 Tanggal 30 September 2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik

KURIKULUM PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI: ANTISIPASI CA. Dr. Supriyadi, M.Sc., C.M.A., C.A., Ak. Dosen Tetap - Jurusan Akuntansi FEB UGM Ketua IAI KAPd

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

UU NO 34 TAHUN 1954 TENTANG PEMAKAIAN GELAR AKUNTAN UU NO 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PMK TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA

2 e. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik dipandang sudah tidak relevan dengan perkembangan profesi sehi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik di Indonesia sebanyak orang dan 55% berdomisili di

WORKSHOP PERUBAHAN SILABUS PPAK Yogyakarta, 19 Nopember 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

What are Professional Accountancy Organizations?

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian auditor dan kriteria seorang auditor

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terluas di Asia

INTERNATIONAL DUAL CERTIFICATION: ACCOUNTING, FINANCE & BUSINESS PROGRAM

LATAR BELAKANG PELUNCURAN CA

2 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BATANG TUBUH PENJELASAN

3.3. JURUSAN AKUNTANSI VISI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada akhir tahun 2015 ini, akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi

of Accountants (IFAC) mengenai Continuing Professional Development: A Program of Ltfelong learning and Continuing Deyelopment of Professional

Peluang dan Tantangan Akuntan di Era MEA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 /PMK.01/ TENT ANG AKTUARIS

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

PROFESI AKUNTAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

TATA CARA VERIFIKASI PENGALAMAN PRAKTIK OLEH IAPI & INFORMASI DOKUMEN YANG DISIAPKAN OLEH PEMOHON

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Re

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. Ikatan Akuntan Indonesia dan Tujuannya. Menurut Tuanakotta (2007), organisasi akuntan di Indonesia adalah Ikatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CPA PROGRAM: LEARNING OUTCOMES MATA UJIAN AUDITING

AKUNTAN DAN ERA KETERBUKAAN ARUS LALU LINTAS JASA. Vidia Gati Dosen FEBI UINSA Surabaya

PROGRAM CPA OF INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia perekonomian global dan modern. Dengan meningkatnya kemudahan

SISTEM PENGENDALIAN MUTU DALAM KANTOR JASA AKUNTANSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA DAN SERTIFIKASI AUDITOR INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek;

ANGGARAN DASAR INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

-1-1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi; 2. Pengurus Asosiasi yang mewadahi Wakil Manajer Investasi;

BAB 1 PENDAHULUAN. dijalani setelah selesai menempuh pndidikan program sarjana (S1) Jurusan Akuntansi

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/K/I-XIII.2/7/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BLUEPRINT PROFESI AKUNTAN, RPMK TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI Oleh AGUS SUPARTO Kepala Bidang Pembinaan Akuntan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Manado, 24 September 2013

AGENDA 1. LATAR BELAKANG 2. TUJUAN 3. BLUEPRINT PROFESI AKUNTAN 4. SUBSTANSI RPMK TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA 5. ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI 6. DISKUSI 2

LATAR BELAKANG (1) 1. UU No.5/2011 tentang Akuntan Publik hanya mencabut Pasal 4 dan Pasal 5 UU No.34/1954, dengan demikian UU No.34/1954 saat ini masih berlaku. 2. Perlunya kesiapan profesi akuntansi Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. 3. Perlunya penataan profesi akuntan dalam rangka menyongsong lahirnya RUU tentang Pelaporan Keuangan. 3

LATAR BELAKANG (2) 4. Kondisi saat ini: a. Akuntan hanya sebagai gelar, b. daftar Register Akuntan hanya suatu proses administratif, c. tidak ada proses pembinaan, dan d. jumlah riil yang bergelar akuntan yang masih berprofesi sebagai Akuntan tidak dapat diketahui. e. belum ada privilege untuk pemegang gelar Akuntan. 4

LATAR BELAKANG (3) 5. Perlunya revitalisasi Akuntan sebagai profesi, yang memenuhi karakteristik : a. Mengikuti proses pendidikan di bidang akuntansi dan lulus ujian sertifikasi profesi akuntansi; b. Memiliki pengalaman di bidang akuntansi; c. Menjaga kompetensi dengan mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan (PPL); dan d. Menjadi anggota asosiasi profesi (profesional body). 6. Perlunya blueprint pengembangan profesi akuntansi di Indonesia. 5

DATA AKUNTAN, AP DAN KAP Uraian 2010 2011 2012 2013* Akuntan Beregister 49.348 50.879 52.270 53.204 Akuntan Publik 928 995 1.016 995 Kantor Akuntan Publik 408 417 396 382 Cabang Kantor Akuntan Publik KAP yang bekerjasama dengan KAPA/OAA 106 110 119 111 48 49 45 48 * 20 Sept 2013 6

Jumlah Anggota Asosiasi Profesi Akuntansi di Negara ASEAN No Negara Asosiasi 2013 1 Brunei BICPA 56 2 Cambodia KICPAA 284 3 Indonesia IAI 14.735 IAPI 1.511 4 Lao PDR (per Des 2011) LICPA 172 5 Malaysia MIA 29.654 6 Phillipines PICPA 21.031 7 Singapore ISCA 26.572 8 Thailand FAP 52.805 9 Vietnam VAA 8.000 10 Myanmar MAC & MICPA 1.460 Sumber: ASEAN Federation of Accountant (AFA) Secretariat, Juli 2013

Bueprint Pengembangan Profesi Akuntansi Indonesia Saujana Jalur Profesi Syarat pendidikan Pendidikan profesi Uji profesi Pengalaman Pengakuan Jasa WNI bersertifikat LN MRA G to G WNA bersertifikat LN Teknisi Akuntansi Teknisi Akuntansi Level 6 MRA Asosiasi Akuntan Beregister Akuntan Publik Paling Rendah DIV/S1 Akuntansi atau setara Paling Rendah DIV/S1 Non Akuntansi atau setara DIV/S1 Akuntansi atau setara PPAk (dasar) Spesialis lainnya Sp. AP Ujian CA MRA Asosiasi Ujian CPA 3 thn sbg praktisi 1500 jam audit CA + Ak. CPA + AP KJA ( jasa non Asurans) Professional Accountant in Business, Akuntan Pendidik, Akuntan Sektor Publik, KAP (jasa asurans & non asurans) MRA Asosiasi WNI bersertifikat LN MRA G to G WNA bersertifikat LN

RPMK Akuntan Beregister Negara 9

DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN RPMK UU No.34/1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, khususnya Pasal 6 mengamanahkan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan UU No.34/1954 Pengaturan dalam KMK No.331/KMK.017/1999 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan pada Register Negara sebagai peraturan pelaksanaan UU No.34/1954 belum mengantisipasi perkembangan kondisi global saat ini 10

TUJUAN PENYUSUNAN RPMK Mewujudkan terciptanya akuntan yang profesional dan memiliki daya saing, dengan karakteristik : 1. Memiliki kompetensi : a) Mengikuti proses Pendidikan di bidang Akuntansi b) Memiliki pengalaman menjalankan pekerjaan di bidang Akuntansi 2. Menjaga kompetensi melalui Pendidikan Profesional berkelanjutan (PPL) 3. Menjadi anggota asosiasiprofesi akuntan 4. Mematuhi kode etik profesi 11

SUBSTANSI RPMK AKUNTAN BEREGISTER NEGARA BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X Ketentuan Umum Register Negara Akuntan Kantor Jasa Akuntansi Pembinaan Panitia Ahli Asosiasi Profesi Akuntan Sanksi Administratif Laporan PPAJP Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup 12

SUBSTANSI PENGATURAN : REGISTER NEGARA AKUNTAN (1) Register Negara Akuntan merupakan pemberian pengakuan kepada seseorang yang memiliki kompetensi dan profesionalisme di bidang akuntansi dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan. Seseorang yang terdaftar dalam Register Negara diberikan Piagam Register Negara Akuntan dan berhak menyandang gelar Akuntan yang disingkat Ak. 13

SUBSTANSI PENGATURAN : REGISTER NEGARA AKUNTAN (2) Persyaratan terdaftar dalam Register Negara Akuntan: a. Lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian sertifikasi akuntan profesional ; b. Memiliki pengalaman di bidang akuntansi; pengalaman sebagai pengajar dan/atau bekerja yang tugas dan tanggung jawab utamanya di bidang akuntansi c. Menjadi anggota asosiasi profesi akuntan; dan d. Mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala PPAJP. 14

SUBSTANSI PENGATURAN PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI 1. Pendidikan profesi akuntansi (PPAk) mencakup perkuliahan dan ujian sertifikasi akuntan profesional. 2. Syarat mengikuti PPAk, harus berpendidikan min D IV atau S 1. 3. PPAk dapat diselenggarakan oleh: a. asosiasi profesi akuntan; atau b. perguruan tinggi bekerja sama dengan asosiasi profesi akuntan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 15

SUBSTANSI PENGATURAN : UJIAN SERTIFIKASI AKUNTAN PROFESIONAL 1. Ujian sertifikasi akuntan profesional diselenggarakan oleh asosiasi profesi akuntan. 2. Syarat mengikuti ujian sertifikasi akuntan profesional: a. Pendidikan D IV atau S 1 di bidang akuntansi; atau b. Pendidikan S 2 atau S 3 yang menekankan penerapan praktek praktek akuntansi; atau c. Mengikuti PPAk; atau d. Memiliki sertifikat teknisi akuntansi level 6 (enam) berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. 16

SUBSTANSI PENGATURAN : PENGALAMAN DI BIDANG AKUNTANSI 1. Pengalaman bekerja di bagian akuntansi pada suatu entitas; 2. Pengalaman sebagai pengajar atau dosen di bidang akuntansi; 3. Pengalaman sebagai auditor atau pemeriksa di bidang keuangan pada Badan Pemeriksa Keuangan, Kementerian/Lembaga Non Kementerian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, atau Kantor Akuntan Publik; atau 4. Pengalaman lain di bidang akuntansi. 17

SUBSTANSI PENGATURAN : REGISTER NEGARA AKUNTAN UNTUK WNA (1) 1. WNA dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk dapat terdaftar dalam Register Negara Akuntan apabila telah ada perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara asal orang tersebut. 18

SUBSTANSI PENGATURAN : REGISTER NEGARA UNTUK WNA (2) 2. Syarat bagi WNA untuk terdaftar dalam Register Negara: a. Memiliki sertifikat profesi akuntan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan atau asosiasi profesi yang telah memiliki perjanjian saling pengakuan antara asosiasi profesi tersebut dengan asosiasi profesi akuntan; b. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. tidak berada dalam pengampuan; d. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia; e. mempunyai pengetahuan di bidang perpajakan dan hukum dagang Indonesia; f. berpengalaman praktik dalam bidang akuntansi; g. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan oleh dokter di Indonesia; h. ketentuan lain sesuai dengan perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara asing; i. melengkapi formulir permohonan untuk terdaftar dalam register negara. 19

SUBSTANSI PENGATURAN : KANTOR JASA AKUNTANSI 1. Akuntan berhak mendirikan Kantor Jasa Akuntansi. 2. Kantor Jasa Akuntansi dapat memberikan jasa akuntansi selain jasa asurans. (Note: Jasa asurans sesuai dengan Pasal 3 UU AP) 3. Jasa akuntansi selain jasa asurans meliputi antara lain jasa pembukuan, jasa kompilasi laporan keuangan, jasa perpajakan, jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi informasi. 4. Kantor Jasa Akuntansi yang memberikan jasa perpajakan harus memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan 20

SUBSTANSI PENGATURAN : BENTUK USAHA KANTOR JASA AKUNTANSI (1) 1. Kantor Jasa Akuntansi dapat berbentuk usaha: a. Perseorangan b. Persekutuan perdata c. Firma d. Koperasi e. Perseroan terbatas 2. Kantor Jasa Akuntansi hanya dapat dipimpin oleh Akuntan yang berkewarganegaraan Indonesia. 21

SUBSTANSI PENGATURAN : BENTUK USAHA KANTOR JASA AKUNTANSI (2) 1. Kantor Jasa Akuntansi yang berbentuk usaha perseorangan hanya dapat didirikan dan dikelola oleh paling sedikit 1 (satu) orang Akuntan. 2. Kantor Jasa Akuntansi yang berbentuk usaha persekutuan perdata dan firma hanya dapat didirikan dan dikelola oleh paling sedikit 2 (dua) orang Rekan dan paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari seluruh Rekan merupakan Akuntan. 3. Dalam hal terdapat Rekan yang berkewarganegaraan asing pada Kantor Jasa Akuntansi jumlah Rekan yang berkewarganegaraan asing pada Kantor Jasa Akuntansi paling banyak 1/5 (satu per lima) dari seluruh Rekan pada Kantor Jasa Akuntansi. 22

SUBSTANSI PENGATURAN : BENTUK USAHA KANTOR JASA AKUNTANSI (3) 4. Kantor Jasa Akuntansi yang berbentuk usaha koperasi hanya dapat didirikan dan dikelola jika pemimpin utamanya adalah Akuntan. 5. Kantor Jasa Akuntansi yang berbentuk usaha perseroan terbatas hanya dapat didirikan dan dikelola jika: pemimpin utamanya adalah Akuntan; dan saham perseroan paling sedikit 51% (lima puluh satu per seratus) dimiliki oleh warga negara atau korporasi Indonesia. 23

SUBSTANSI PENGATURAN : IZIN USAHA KANTOR JASA AKUNTANSI 1. Menteri berwenang memberikan izin usaha Kantor Jasa Akuntansi. 2. Persyaratan mendapatkan izin usaha: a. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha; b. memiliki NPWP; c. memiliki rancangan sistem pengendalian mutu; d. membuat surat pernyataan dengan bermeterai cukup bagi bentuk usaha perseorangan, dengan mencantumkan paling sedikit: alamat Akuntan; nama dan domisili Kantor Jasa Akuntansi; dan maksud dan tujuan pendirian Kantor Jasa Akuntansi; e. memiliki akta pendirian yang dibuat oleh dan dihadapan notaris bagi bentuk usaha selain perseorangan; f. melengkapi formulir permohonan izin usaha. g. membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang berisi pernyataan bahwa dokumen persyaratan yang disampaikan adalah benar 24

SUBSTANSI PENGATURAN : PEMBINAAN 1. Menteri (PPAJP) melakukan pembinaan terhadap Akuntan dan Kantor Jasa Akuntansi. 2. Dalam melaksanakan pembinaan, PPAJP dapat bekerjasama dengan asosiasi profesi akuntan. 3. Pembinaan mencakup antara lain: a. penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan; b. perumusan kebijakan yang diperlukan untuk pengembangan profesi Akuntan dan Kantor Jasa Akuntansi; dan c. pemantauan atas kepatuhan Akuntan dan Kantor Jasa Akuntansi terhadap peraturan dan perundang undangan yang berlaku; d. melakukan pembinaan lainnya berkaitan dengan pengembangan Akuntan dan Kantor Jasa Akuntansi 25

SUBSTANSI PENGATURAN : KEWAJIBAN AKUNTAN 1. Menjaga kompetensi melalui PPL dan menyampaikan laporan realisasi PPL kepada Asosiasi Profesi Akuntan; 2. Menjadi anggota asosiasi profesi akuntan; 3. Mematuhi kode etik akuntan; 4. Mematuhi standar profesi yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntan; dan 5. Menyampaikan laporan kepada PPAJP apabila terdapat perubahan data 26

SUBSTANSI PENGATURAN : KEWAJIBAN KANTOR JASA AKUNTANSI 1. Memiliki dan melaksanakan sistem pengendalian mutu. 2. Memasang nama dan nomor izin di depan Kantor Jasa Akuntansi 3. Menyampaikan laporan kepada PPAJP apabila terdapat perubahan data Kantor Jasa Akuntasi. 4. Menyampaikan laporan tahunan yang terdiri dari Laporan Kegiatan Usaha dan Laporan Keuangan paling lambat pada akhir Januari tahun berikutnya. 27

SUBSTANSI PENGATURAN : PENDIDIKAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (1) 1. PPL diselenggarakan oleh asosiasi profesi akuntan, PPAJP dan/ atau pihak lain yang diakui oleh asosiasi profesi akuntan dan/atau PPAJP. 2. Jumlah Satuan Kredit PPL (SKP) yang wajib diikuti oleh Akuntan paling sedikit 30 (tiga puluh) SKP setiap tahun, yang mencakup materi yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan regulasi. 28

SUBSTANSI PENGATURAN : PENDIDIKAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (2) 3. Kegiatan PPL antara lain: pelatihan, kursus, lokakarya, diskusi panel, seminar, konferensi, konvensi, atau simposium; program pascasarjana pada bidang studi yang relevan dengan kompetensi Akuntan; program PPL dalam jaringan (online) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Akuntan; penulisan artikel, makalah, atau buku dengan materi yang relevan dengan kompetensi Akuntan dan dipublikasikan; dan riset profesional atau studi terhadap bidang bidang yang relevan dengan kompetensi Akuntan 29

SUBSTANSI PENGATURAN PANITIA AHLI 1. Dalam rangka menentukan kelayakan seseorang untuk didaftarkan dalam Register Negara Akuntan, Menteri dapat meminta pertimbangan kepada Panitia Ahli 2. Panitia Ahli bertugas untuk memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan berkaitan dengan seseorang yang berhak untuk didaftarkan dalam Register Negara Akuntan. 3. Menteri Keuangan dapat memberikan tugas lain yang berkaitan dengan profesi akuntansi kepada Panitia Ahli. 4. Susunan dan tata kerja Panitia Ahli disusun oleh Menteri Keuangan bersama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 30

SUBSTANSI PENGATURAN ASOSIASI PROFESI AKUNTAN (1) 1. Akuntan berhimpun dalam wadah asosiasi profesi akuntan. 2. Menteri menetapkan hanya 1 asosiasi profesi akuntan. 3. Asosiasi Profesi Akuntan bertanggung jawab untuk : a. menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan profesional; b. menyelenggarakan PPL; c. menyusun dan menetapkan kode etik dan standar profesi; d. menerapkan penegakan disiplin untuk anggota; e. menerbitkan sertifikat akuntan profesional yang diberikan kepada seseorang yang telah lulus ujian akuntan profesional dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Asosiasi Profesi Akuntan; dan f. melakukan perjanjian saling pengakuan kesetaraan dengan asosiasi profesi akuntansi lain 31

SUBSTANSI PENGATURAN ASOSIASI PROFESI AKUNTAN (2) 4. Asosiasi profesi akuntan menyampaikan: a. Rencana penyelenggaraan ujian sertifikasi akuntan profesional dan PPL untuk 1 (satu) tahun ke depan kepada PPAJP paling lambat pada tanggal 30 November setiap tahunnya. b. Realisasi penyelenggaraan ujian sertifikasi akuntan profesional dan penyelenggaraan PPL tahunan kepada PPAJP paling lama akhir bulan Mei tahun berikutnya. 32

SUBSTANSI PENGATURAN ASOSIASI PROFESI AKUNTAN (3) 5. Asosiasi profesi akuntan dapat mengakui kesetaraan anggota asosiasi profesi akuntansi lain: a. pengakuan kesetaraan harus disepakati dalam suatu perjanjian pengakuan keseteraan; b. pengakuan kesetaraan dilakukan dengan mekanisme pembobotan dan/atau ujian; c. perjanjian pengakuan kesetaraan harus didasarkan pada asas asas persamaan kualitas. 33

SUBSTANSI PENGATURAN SANKSI ADMINISTRATIF 1. Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan dan Kantor Jasa Akuntansi. 2. Sanksi administratif dapat berupa: a. Rekomendasi untuk melakukan kewajiban tertentu; b. Peringatan; c. Pembekuan; atau d. Pencabutan dari Register Negara Akuntan dan/atau izin usaha Kantor Jasa Akuntansi. 3. Menteri dapat meminta pertimbangan kepada asosiasi profesi akuntan dalam mengenakan sanksi administratif. 34

SUBSTANSI PENGATURAN LAPORAN PPAJP 1. PPAJP menyampaikan laporan tahunan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan Register Negara Akuntan, pemantauan atas penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi, pemberian izin usaha Kantor Jasa Akuntansi, pembinaan terhadap Akuntan dan KantorJasa Akuntansi, dan pengenaan sanksi administratif. 2. Laporan tahunan disampaikan paling lambat akhir bulan Maret tahun berikutnya. 35

SUBSTANSI PENGATURAN KETENTUAN PERALIHAN (1) 1. Akuntan yang telah terdaftar pada Register Negara Akuntan sebelum Peraturan Menteri ini diterbitkan wajib melakukan registrasi ulang kepada Menteri dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melalui asosiasi profesi akuntan. 2. Akuntan yang tidak melakukan registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada huruf a, piagam Register Negara Akuntan dinyatakan tidak berlaku dan dinyatakan tidak terdaftar lagi pada Register Negara Akuntan 36

SUBSTANSI PENGATURAN KETENTUAN PERALIHAN (2) 3. Mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan profesi akuntansi pada perguruan tinggi dan menyelesaikan pendidikannya sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 dapat langsung mendaftar pada Register Negara Akuntan. 4. Lulusan program diploma IV (DIV) dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) atau sarjana (S1) akuntansi dari perguruan tinggi negeri yang lulus sebelum 31 Agustus 2004 dan berhak untuk didaftarkan pada Register Negara Akuntan, dapat langsung mendaftar pada Register Negara Akuntan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 5. badan usaha yang memberikan jasa akuntansi selain jasa asurans yang telah ada, diberikan waktu 2 (dua) tahun untuk menyesuaikan dan memperoleh izin sesuai dengan Peraturan Menteri ini. 37

KAITAN BLUEPRINT & RPMK TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI 38

ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI (1) 1. Sesuai dengan konsep Blueprint & RPMK Akuntan Beregister Negara, lulusan S1 dan D IV Akuntansi dapat langsung mengikuti ujian sertifikasi profesi: a. Chartered Accountant (CA) yang diselenggarakan IAI b. Certified Public Accountant (CPA) yang diselenggarakan IAPI 2. Bagi lulusan S1 dan D IV Non Akuntansi dapat mengikuti ujian sertifikasi profesi setelah memiliki common body of professional knowledge di bidang Akuntansi yang dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)/ Pendidikan Profesi Akuntan Publik (PPAP). 39

ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI (2) 3. Pendidikan S1 dan D IV Akuntansi, PPAk dan PPAP seharusnya link and match dengan kebutuhan stakeholders (publik, pemberi kerja, klien, dll) terhadap akuntan profesional 4. Ekspektasi stakeholders (publik, pemberi kerja, klien, dll) terhadap akuntan profesional kompetensi profesional a. Ability to perform a role to a defined standard b. Integrating technical competence; professional skills; professional values, ethics and attitudes 40

ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKUNTANSI (3) 5. Arah pengembangan pendidikan akuntansi dapat menggunakan International Education Standard (IES) yang diterbitkan oleh International Accounting Education Standards Board (IAESB) IFAC sebagai referensi Professional Accounting Education Program 6. IES revisi terbaru menggunakan pendekatan principle based standards. Pendekatan menggunakan learning outcome approach dan minimum proficiency level, merevisi IES sebelumnya yang menggunakan pendekatan content. 7. Learning outcomes based approach untuk mengintegrasikan technical competence, professional skills, professional values, ethics and attitudes. Sedangkan minimum proficiency level berkaitan dengan isi dan kedalaman pengetahuan, pemahaman, dan penerapan yang disyaratkan oleh tiap area kompetensi yang terspesifikasi. 41

Referensi: International Education Standards (IES) (1) (issued by the IAESB IFAC) IES 1 Entry requirements to Professional Accounting Education Programs (revised,final) IES 2 Initial Professional Development -Technical Competence (revised, ED) IES 3 Initial Professional Development - Professional Skills (revised, ED) IES 4 Initial Professional Development - Professional values, ethics and attitudes (revised, ED) IES 5 Initial Professional Development - Practical Experience (revised, final) IES 6 Initial Professional Development - Assessment of Professional Competence (revised, final) IES 7 Continuing Professional Development (redrafted, final) IES 8 Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements (revised, ED) 42

Referensi: International Education Standards (IES) (2) (issued by the IAESB IFAC) INITIAL PROFESSIONAL DEVELOPMENT CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT IES 1 6 IES 7 & 8 ENGAGEMENT PARTNERS A K U N T A N P R O F E S I O N A L 43

KOMPETENSI TEKNIS IES 2 Initial Professional Development Technical Competence Competence Area Financial accounting &reporting Management accounting Finance & Financial Management Taxation Auditing & assurance Governanace, Risk Management & Internal Control Business Law & Regulations IT Business & Organizational Environment Economics Business Management Minimum Level of Proficiency Advanced Intermediate Intermediate Intermediate Intermediate Intermediate Foundation Intermediate Intermediate Foundation Intermediate Learning Outcomes* * lihat ED IES 2: IPD Technical Competence (Revised) 44

PROFESSIONAL SKILLS IES 3 Initial Professional Development Professional Skills Competence Area Intelectual Personal Interpersonal & Communication Organizational Minimum Level of Proficiency Advanced Intermediate Intermediate Intermediate Learning Outcomes* * lihat ED IES 3: IPD Professional Skills (Revised) 45

PROFESSIONAL VALUE, ETHICS & ATTITUDES IES 4 Initial Professional Development Professional values, ethics and attitudes Competence Area Professional skepticism & professional judgement Ethical principles Committment to the public interest Minimum Level of Proficiency Intermediate Intermediate Intermediate Learning Outcomes* * lihat ED IES 4: IPD Professional values, ethics and attitudes (Revised) 46

ENGAGEMENT PARTNERS IES 8 Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements Competence Area TECHNICAL COMPETENCE Audit of Financial Statements Financial accounting &reporting Governanace & Risk Management Internal Control Business & Organizational Environment; Economics; Business Management Taxation IT Business Law & Regulations Finance & Financial Management Management accounting Minimum Level of Proficiency Advance Advanced Advanced Advanced Intermediate Intermediate Intermediate Foundation Intermediate Intermediate Learning Outcomes* * lihat ED IES 8: Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements (Revised) 47

ENGAGEMENT PARTNERS IES 8 Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements Competence Area PROFESSIONAL SKILLS Intelectual Personal Interpersonal & Communication Organizational Minimum Level of Proficiency Advanced Advanced Advanced Advanced Learning Outcomes* * lihat ED IES 8: Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements (Revised) 48

ENGAGEMENT PARTNERS IES 8 Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements Competence Area PROFESSIONAL SKILLS Intelectual Personal Interpersonal & Communication Organizational Minimum Level of Proficiency Advanced Advanced Advanced Advanced Learning Outcomes* PROFESSIONAL VALUES, ETHICS AND ATTITUDES Professional skepticism & professional judgement Ethical principles Committment to the public interest Advanced Advanced Advanced * lihat ED IES 8: Professional Development for Engagement Partners Responsible for Audits of Financial Statements (Revised) 49

DISKUSI

Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan R.I. Gd. Djuanda II, Lt. 19 20 Jln. Dr. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710 Telp. : (021) 384 3237 (direct) Fax. : (021) 350 8573 Email: ppajp@depkeu.go.id Website: www.ppajp.depkeu.go.id