Tradisi Undhuh-undhuh GKJW : Fungsi dan Relevansi Nilai Budaya terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan dan Peraturan Majelis Agung Tentang Badan-badan Pembantu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

1 BAB I PENDAHULUAN. kegiatan peribadatan, gereja juga diharapkan menjadi tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB IV ANALISIS DATA

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

Standar Kompetensi Guru KD Indikator Esensial. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Jurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

Transkripsi:

Tradisi Undhuh-undhuh GKJW : Fungsi dan Relevansi Nilai Budaya terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter Primita Yanuar Prastika Putri Prodi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail : dani.myta@yahoo.com Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan, fungsi dan relevansi nilai budaya dari tradisi Undhuh-undhuh GKJW terhadap pengembangan pendidikan karakter. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian yang dilakukan di GKJW Jemaat Sumberpucung ini menghasilkan data bahwa Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. Kata Kunci : Undhuh-undhuh, GKJW, Fungsi, Nilai Budaya, Pendidikan Karakter Masuknya agama Kristen di Indonesia yang dimulai sejak zaman kedatangan bangsa Eropa membawa pengaruh besar bagi bangsa Indonesia khususnya mengenai metode penyebarannya (Kruger, 1959). Salah satu metode yang digunakan adalah metode Coolen yang mengabarkan Injil dengan gaya Jawa. (Mulder,1983). Bentuk penyelarasan upacara gerejani dengan pola kebudayaan Jawa adalah Tradisi Undhuh-undhuh yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Gereja Kristen Jawa sampai pada saat ini (Sastrosupono, 1994). Sastrosupono (1984) membahas mengenai orang Jawa telah melakukan akulturasi antara unsur kebudayaan Jawa dengan unsur kebudayaan Kristen yang terlihat dalam Gereja Kristen Jawa dalam hal ini tradisi Jawa yang digunakan untuk memuliakan Tuhan. Hasil penelitian Ismawati (1994) menemukan bahwa upacara 1

Undhuh-undhuh di desa Peniwen bertujuan untuk memperoleh keselamatan diri dan semua anggota masyarakat agar dijauhkan dari segala macam gangguan ghaib. Penelitian oleh Sulistyaningsih (1997) menyatakan upacara Undhuhundhuh ini juga mempunyai tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur pada Tuhan karena diberi berbagai berkat sehingga manusia hidup tentram. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan, perubahan, dan relevansi nilai budaya tradisi Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung terhadap pendidikan karakter. Hasil penelitian Aryunani (2010) menyatakan perubahan bentuk tata cara pelaksanaan Undhuh-undhuh dan perubahan makna mempersembahkan bagi warga gereja karena faktor intern dan faktor ekstern melahirkan nilai-nilai budaya tersendiri bagi perkembangan karakter masyarakat. METODE PENELITAN Lokasi penelitian adalah GKJW Jemaat Sumberpucung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber antara lain warga GKJW Jemaat Sumberpucung yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Observasi dilakukan saat dimulainya persiapan, pelaksanaan, sampai akhir dari rangkaian upacara. Wawancara dilakukan kepada berbagai informan yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Wawancara dilakukan secara berencana dan terbuka untuk memperoleh data sebanyak mungkin. Dokumentasi dilakukan dengan menganalisis dokumendokumen berupa catatan yang dibuat oleh panitia Undhuh-undhuh GKJW Jemaat Sumberpucung mengenai anggaran pemasukan dan pengeluaran dalam pelaksanaan Undhuh-undhuh GKJW Jemaat Sumberpucung tahun 2012. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku yang relevan baik yang berhubungan dengan Undhuh-undhuh ataupun ilmu sosiologi dan antropologi, yang dapat melengkapi data yang diperoleh dari pengamatan terhadap pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung. Analisis data dilakukan secara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. 2

HASIL Pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung adalah sehari sebelum pelaksanaan panitia menghimpun persembahan natura berupa hasil kebun, tanaman, barang kebutuhan pokok, dan hewan ternak untuk diberi nomor. Barang-barang yang telah diberi nomor tersebut ditata sedemikian rupa di dalam ruang gereja. Barang barang tersebut setelah ibadat Minggu pagi akan dilelang ke warga jemaat. Ada juru lelang yang dibentuk oleh panitia Undhuh-undhuh yang bertugas menawarkan barang persembahan kepada warga jemaat untuk dibeli dengan penawaran tertinggi. Bagi warga yang memenangkan lelangan maka barang beserta kwitansi langsung bisa didapat oleh warga yang bersangkutan. Begitu selanjutnya hingga barang habis. Warga jemaat pemenang lelangan tidak harus membayar barang saat itu juga tetapi dapat dicicil sampai waktu pelaksanaan sebelum Undhuh-undhuh yang ke-2 pada tahun bersangkutan. Jumlah dan besarnya lelangan akan diinformasikan kepada yang bersangkutan melalui warta jemaat. Tradisi Undhuh-undhuh selama tahun 1989-2012 mengalami dinamika dengan terdapatnya perubahan-perubahan dalam tata cara pelaksanaannya serta pergeseran fungsi upacara itu sendiri. Perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh tersebut tidak terlepas dari perubahanperubahan yang terjadi dalam warga GKJW Jemaat Sumberpucung sebagai unsur penentu tumbuh dan berkembangnya tradisi Undhuh-undhuh di gereja tersebut.perubahan ini muncul karena sudah sudah memasuki era tahun 2000-an sehingga pola pikir warga jemaat dan pendetanya pun semakin maju sehingga sedikit lebih kearah penghilangan tradisi yang dianggap kurang begitu penting. Seperti pada masa kepemimpinan Bapak Johny Sukohadi yang membuat tata cara peribadahan lebih praktis dan efisien dalam pelaksanaannya termasuk dalam pelaksanaan Undhuh-undhuh ini. beliau melakukan perubahan beliau menjelaskan agar pelaksanaan Undhuh-undhuh itu bisa praktis dan tidak merepotkan warga jemaat. Salah satu contohnya beliau meniadakan pelaksanaan Tradisi Bukak Siti, Keleman dan ibadat pembuka musim tanam yang merupakan tradisi pembuka sebelum pelaksanaan Undhuh-undhuh. Menurut beliau hal ini dilakukan agar 3

lebih praktis dan tidak memakan biaya yang berlebih. Pelaksanaan Tradisi Bukak Siti,Keleman dan ibadat pembuka musim tanam menurut beliau merupakan pemborosan karena dalam tradisi tersebut warga jemaat harus membawa makanan dan kue-kue untuk keperluan pelaksanaannya. Beliau berpendapat bahwa lebih baik uang yang digunakan untuk membeli makanan itu digunakan untuk persembahan saja karena lebih bermanfaat. Perubahan yang beliau laksanakan tidak hanya dalam hal tata cara saja namun juga dari segi wujud barang persembahan. Dalam Undhuh-undhuh yang asli barang yang dipersembahkan memang benar-benar apa yang dimilikinya dan menjadi mata pencahariannya. Namun kalau melihat zaman sekarang ini menurut Bapak Johny sudah kurang sesuai lagi karena jarang ada warga yang benar-benar mempersembahkan persembahan yang menjadi mata pencahariannya karena alasan kurang praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Undhuh-undhuh merupakan tradisi ucapan syukur warga GKJW Jemaat Sumberpucung atas segala berkat yang diberikan oleh Tuhan selama hidup mereka. Pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung berlangsung 2 kali yaitu Undhuh-undhuh natura berupa hasil alam yang dilaksanakan sekitar bulan Maret-Mei dan Undhuhundhuh berupa uang yang dilaksanakan sekitar bulan September-November. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. PEMBAHASAN Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung merupakan wujud upacara adat yang dilakukan manusia kepada Tuhan dalam kehidupan religinya dalam rangka pengucapan syukur atas berkah panen yang mereka terima. Hal ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1987) yang mengemukakan bahwa manusia melakukan tindakan religi juga karena adanya 4

getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh adanya rasa kesatuan sebagai warga masyarakat. Selain itu adanya dasar dari ajaran agama yang tertuang dalam kitab suci juga dapat menimbulkan adanya kekuatan yang bernafaskan religi yang mendorong seseorang melakukan suatu upacara keagamaan. Keberadaan tradisi Undhuh-undhuh selama tahun 1989-2012 mengalami dinamika dengan terdapatnya perubahan-perubahan dalam tata cara pelaksanaannya serta pergeseran fungsi upacara itu sendiri. Perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh tersebut tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam warga GKJW Jemaat Sumberpucung sebagai unsur penentu tumbuh dan berkembangnya tradisi Undhuh-undhuh di gereja tersebut. Pandangan sikap, tingkah laku, atau penerimaan ide-ide baru dalam masyarakatnya, memungkinkan terjadi perubahan dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh. Laju arus modernisasi dalam pembangunan merupakan faktor yang juga tidak dapat diabaikan yang memicu terjadinya perubahan dalam tradisi Undhuh-undhuh. Demikian pula halnya dengan sikap terbuka masyarakatnya terhadap kebudayaan baru atau asing yang turut mempengaruhi terjadinya perubahan dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Rostiyati (1985) perubahan yang terjadi dalam upacara adat disebabkan oleh penerimaan ide-ide baru oleh masyarakat melalui laju moderniasasi dan pembangunan. Tradisi Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki banyak nilai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya antara lain : nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong-royong, nilai pelestarian budaya dan nilai pendidikan. Nilai-nilai ini dapat mendukung pembelajaran pendidikan formal seperti yang dikemukakan oleh Agung (2011) bahwa pendidikan informal dapat dikatakan mendukung pendidikan formal karena mengandung unsur-unsur pembentukan karakter yang berguna bagi perkembangan kepribadian. Salah satu contoh pendidikan informal adalah peran kebudayaan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai karakter kedalam pembentukan kepribadian masyarakat pendukungnya. 5

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Undhuh-undhuh merupakan tradisi ucapan syukur warga GKJW Jemaat Sumberpucung atas segala berkat yang diberikan oleh Tuhan selama hidup mereka; (2) Undhuh-undhuh yang dilaksanakan memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. (3) Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. DAFTAR RUJUKAN Aryunani, M. 2010. Riyaya Undhuh (Studi Deskriptif tentang Perubahan Upacara Undhuh-Undhuh di GKJW Mojowarno desa Mojowarno Kecamatan Mojowarno kabupaten Jornbang Jawa Timur). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya Unair. Agung, I. 2011. Pendidikan Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Bestari Buana Murni. Ismawati. 1994. Upacara Undhuh- Undhuh di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fips UM. Koentjaraningrat. 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Kruger, Muller. 1959. Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Mulder, Niels. 1983. Kebatinan dan Hidup Sehari- Hari Orang Jawa : Kelangsungan dan Perkembangan Kulturil. Jakarta : Gramedia Rostiyati, A. 1985. Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya. Jakarta: Depdikbud Sastrosupono, S. 1984. Sinkretisme dan Orang Kristen Jawa. Bandung: Mizan Sulistyaningsih. 1997. Upacara Undhuh-Undhuh di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjingwetan, Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fips UM. 6