BAB I PENDAHULUAN. menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar tahun

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK BALITA USIA 1-5 TAHUN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK BALITA USIA 1-5 TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) pada pasien penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pertumbuhan fisik paling pesat terjadi pada masa. anak dan remaja. Pertumbuhan pada masa tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah gizi. Gizi adalah komponen kimia yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

METODE PENELITIAN. n =

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu infant atau bayi, toddler

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 4 HASIL. Tabel 4.1. Karakteristik umum anak balita di Kecamatan Jatinegara tahun Karakteristik Median (min-maks) n %

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB 4 HASIL Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi


SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. Anak pendek atau stunting adalah kondisi anak yang. gagal mencapai potensi pertumbuhan linear sehingga

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tinggi badan merupakan salah satu parameter antropometri yang sangat penting. Secara umum, pengukuran dapat digunakan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk menentukan risiko-risiko penyakit yang mungkin timbul. 1 Tinggi badan juga digunakan untuk penentuan kebutuhan energi basal, penghitungan dosis obat 2, dan menentukan standar dan prediksi volume paru. 3 Pengukuran pada anak-anak secara individual dapat digunakan untuk menentukan status gizi, sedangkan data pengukuran pada suatu populasi dapat digunakan untuk menentukan standar pertumbuhan. 4,5. Data antropometri yang hanya berupa tidak akan berarti apapun tanpa adanya data-data lain, misalnya usia dan berat badan. Data harus dikombinasikan dengan data usia atau data berat badan sehingga pada akhirnya didapat data berdasarkan berat badan atau berdasarkan usia yang biasa disebut dengan indeks antropometri. Indeks antropometri inilah yang akan berguna untuk menentukan standar pada kelompok tertentu, atau pada pengukuran individual, status gizi individu tersebut baru dapat ditentukan dengan cara membandingkan dengan standar yang ada. 5 1

2 Anak balita adalah anak dengan rentang usia 1-5 tahun dan merupakan kelompok yang rentan terhadap malnutrisi. Prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 19,6 % berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013. 6 Penentuan status gizi pada anak, terutama anak balita, menjadi sangat penting mengingat kejadian malnutrisi pada rentang usia ini dapat mengakibatkan terganggunya fungsi tumbuh kembang anak yang dampaknya akan tetap terlihat saat dewasa. 7 Malnutrisi juga merupakan salah satu penyebab utama dari mortalitas pada balita. 8,9 Malnutrisi dapat disebabkan oleh adanya Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), kurangnya ASI, Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) yang tidak sesuai, defisiensi mikronutrien, kurangnya asupan makanan, dan adanya penyakit infeksi. 5,7 Pengukuran dapat dilakukan pada posisi berdiri untuk anak di atas 2 tahun maupun tidur untuk anak usia kurang dari 2 tahun. Sikap yang tepat untuk pengukuran pada posisi berdiri adalah kepala, scapula, pantat, dan kaki harus menempel pada papan. Pengukuran pada posisi berdiri maupun tidur, dibutuhkan postur yang tegak dari subjek sehingga hasil yang didapatkan akurat. 10 Pengukuran dengan cara standar seperti ini tidak dapat dilakukan pada anak dengan kelainan pada skeleton axial atau kelemahan otot 2,3,11-13, padahal anak-anak dengan penyakit seperti ini juga tidak boleh luput dari pemeriksaan gizi. Pemeriksaan dengan cara standar pada anak-anak yang mengalami kelumpuhan dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang lebih rendah (underestimate). Terkadang, klinisi justru memilih untuk tidak melakukan pengukuran. 11 Tidak dilakukannya pemeriksaan gizi pada anak yang 2

3 sakit dapat menyebabkan anak tersebut jatuh pada kondisi malnutrisi tanpa disadari oleh dokter, perawat, atau orang tua yang merawatnya. Hal ini dapat memperparah penyakit atau justru akan menambah penyakit baru, oleh karena itu diperlukan parameter lain untuk memprediksi sesungguhnya, sehingga pemeriksaan gizi juga tetap dapat dilakukan pada anak-anak tersebut dengan akurat. 3,14 Penelitian-penelitian sebelumnya telah menemukan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk prediksi, antara lain rentang tangan (arm span), kaki, lengan, demi span, half span 11, dan tinggi lutut. Di antara parameter-parameter tersebut, rentang tangan merupakan prediktor yang paling akurat untuk. 14,15 Hubungan antara rentang tangan dan bervariasi pada setiap ras, gender, dan kelompok usia, oleh karena itu, hasil dari penelitian sebelumnya di negara lain belum tentu dapat diterapkan di Indonesia. 13 Penelitian mengenai hubungan antara rentang tangan dan di Indonesia sudah pernah dilakukan pada kelompok lansia, namun penelitian pada anak-anak belum pernah dilakukan. 15 Melalui penelitian ini, diharapkan akan diketahui persamaan (equation) prediksi dari rentang tangan dengan uji regresi linier sederhana. 1.2 Permasalahan Penelitian Bagaimana perbandingan antara dan rentang tangan pada anak balita 3

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbandingan antara dengan rentang tangan pada anak balita 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan rerata rentang tangan anak balita berdasarkan jenis kelamin 2. Menjelaskan rerata anak balita berdasarkan jenis kelamin 3. Menjelaskan rumus penghitungan berdasarkan rentang tangan pada anak balita 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dari rentang tangan pada anak balita. 2. Sebagai dasar untuk menentukan pada anak dengan disabilitas atau kelainan tulang belakang. 3. Sebagai sumbangan pustaka dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi 4. Sebagai data bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Orisinalitas Penelitian Berikut ini adalah penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara rentang tangan dengan pada anak: 4

5 Penelitian Desain Subjek Hasil Zverev Yuri, dkk Cross Malawi (2005) 3 sectional Estimating Height from Arm Span in Malawian Children Coll. Antropol. 29 (2005) 2: 469-473 289 anak laki-laki dan 337 anak perempuan usia 6-15 tahun yang bebas dari cacat fisik. bebas: depa, usia tergantung: Ditemukannya persamaan prediksi pada anak Malawi. Adanya korelasi yang signifikan antara tinggi badan prediksi dan tinggi badan sesungguhnya Yousafzai AK, dkk India (2003) 10 Comparison of Armspan, Arm Length and Tibia Length as Predictors of Actual Height of Disabled and Nondisabled Children in Dharavi, Mumbai, India. European Journal of Clinical Nutrition (2003) 57: 1230-1234 Case controlcross sectional 141 anak dengan bermacammacam disabilitas dan 162 anak sehat usia 2-6 tahun. bebas: depa, tibia, lengan tergantung: Tinggi badan Panjang depa, lengan, dan tibia merupakan prediktor yang kuat untuk. Hal ini dapat digunakan untuk prediksi anak yang lumpuh. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dalam hal subjek dan tempat. Subjek pada penelitian ini adalah anak usia 1-5 tahun. Tempat penelitian ini adalah Semarang. 5