ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER (277A) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ADI PRASETYA NUGROHO NIM I

IMPLEMENTASI METODE PALMER UNTUK ANALISIS KEKERINGAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TEMON KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

SKRIPSI. Disusun oleh : JULIAN WAHYU PURNOMO PUTRO I

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

PENERAPAN METODE PALMER DROUGHT SEVERITY INDEX (PDSI) UNTUK ANALISA KEKERINGAN PADA SUB-SUB DAS SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO JURNAL ILMIAH

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI DI DAS KEDUANG BERDASARKAN METODE FLOW DURATION CURVE (FDC)

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

3. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Aplikasi Model Regresi Dalam Pengalihragaman Hujan Limpasan Terkait Dengan Pembangkitan Data Debit (Studi Kasus: DAS Tukad Jogading)

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By:

ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN MENGGUNAKAN METODE SCS

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

A. Metode Pengambilan Data

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI BERDASARKAN DEBIT DI DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENDAHULUAN Latar Belakang

INDEKS KEKERINGAN DI KABUPATEN NGANJUK

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEKERINGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER DROUGHT SEVERITY INDEX (PDSI) DI SUB DAS BABAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT BANJIR PADA DAS BATANG ARAU PADANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

RPKPS MATA KULIAH HIDROLOGI PERTANIAN OLEH

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

HIDROLOGI TERAPAN. Bambang Triatmodjo. Beta Offset

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

HIDROLOGI. 3. Penguapan 3.1. Pendahuluan 3.2. Faktor-faktor penentu besarnya penguapan 3.3. Pengukuran Evaporasi 3.4. Perkiraan Evaporasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

ANALISIS NERACA AIR SUNGAI RANOWANGKO

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik)

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN PADA STASIUN HUJAN PASAR KAMPAR

PREDIKSI KEKERINGAN DENGAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

Transkripsi:

ANALISIS KEKERINGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PALMER (277A) Adi Prasetya Nugroho 1, Rintis Hadiani 2, dan Susilowati 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Email: adiprasetyanugroho01@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Email: rintish@gmail.com ABSTRAK Keberadaan air di bumi ini relatif tetap karena air melakukan perputaran atau biasa disebut siklus hidrologi. Perubahan iklim mempunyai pengaruh besar terhadap siklus hidrologi, salah satunya terjadi kekeringan di beberapa daerah seperti Daerah Aliran Sungai Keduang yang berada di Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kekeringan menggunakan metode Palmer dan mengetahui kriteria kekeringan berdasarkan analog data debit yang terdiri dari debit normal rerata (Q 50rerata ) dan debit andalan rerata (Q 80rerata ) terhadap kriteria kering Palmer. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketersediaan air kurang dari batas ambang (threshold) Q 50rerata sebesar 16,966.10 6 m 3 / bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun berdasarkan threshold Q 80rerata sebesar 3,176.10 6 m 3 / bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya pada Juni dan Agustus. Kekeringan terjadi pada 2002 dan 2003 karena ketersediaan air kurang dari threshold Q 50rerata maupun threshold Q 80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan. Kekeringan berdasarkan indeks Palmer, pada 2002 dan 2003 terjadi kekeringan dimana besaran indeks Palmer pada 2002 berkisar antara -7,530 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering sedangkan pada 2003 berkisar antara -10,190 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering. Kata Kunci: DAS Keduang, Kekeringan, Metode Palmer, Indeks Kekeringan, Kriteria Kering 1. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia terletak di bagian iklim tropis yang mempunyai ciri khusus yaitu curah hujan tinggi pada musim penghujan dan curah hujan rendah saat musim kemarau (Köppen, 1900 dalam Puradimaja, 2006) sehingga pada musim penghujan sulit untuk mengendalikan air, namun sebaliknya saat musim kemarau panjang sulit untuk memenuhi kebutuhan akan air. Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang dan terbesar di pulau Jawa, terletak di antara dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki empat daerah aliran sungai yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan, DAS kecil di kawasan pantai utara dan DAS Kali Lamong. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas, meliputi 3 Sub DAS yaitu Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir (http//bulletin.penataanruang.net). Banjir pada musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau merupakan suatu fenomena yang sering terjadi di sebagian besar wilayah pulau Jawa khususnya pada Daerah Aliran Sungai Keduang yang merupakan Sub Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Hulu 3. (http//www.tabloidkampus.com). Kekeringan adalah kejadian alam yang berpengaruh besar terhadap ketersediaan air dalam tanah yang diperlukan oleh kepentingan pertanian maupun untuk mencukupi kebutuhan makhluk hidup khususnya manusia (Suryanti, 2008). Di pulau Jawa ketersediaan air hanya dapat dipenuhi pada musim penghujan sedangkan pada musim kemarau terjadi defisit air yang menjadi indikator penting terjadinya kekeringan (Sutopo, 2007). Kekeringan menyebabkan berbagai kerugian bagi makhluk hidup khususnya manusia, seperti kekurangan air untuk berbagai keperluan, gagal panen pada daerah pertanian dan berkurangnya pendapatan masyarakat. Apabila kekeringan dapat diperkirakan, maka mitigasi bencana kekeringan dapat diantisipasi. Perkiraan kekeringan dapat dilakukan berdasarkan pola hujan, iklim maupun pola debit yang pernah terjadi (Hadiani, 2009). Analisis indeks kekeringan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: Crop Moisture Index (CMI), Surface Water Supply Index (WSI), Palmer Drought Severity Index (PDSI), Reclamation Drought Index (RDI), Standardized Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 A - 201

Precipitation Index (SPI) dan masih banyak lainnya. Indeks kekeringan ini diciptakan tergantung daerah penelitian, pengguna, proses, input dan output-nya (Suryanti, 2008). Metode yang masih sering digunakan dalam analisis kekeringan yaitu metode Palmer dimana indeks kekeringan sebagai parameter kelembaban tanah (Hadiani, 2009). Kriteria Kering dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain kriteria kering berdasarkan data debit normal sama dengan Q 50 dengan kriteria (Hadiani, 2009): Disebut kering (K) apabila Q 80 < Q < Q 50 ; Disebut sangat kering (SK) apabila 71-100% Q 80 ; Disebut amat sangat kering (ASK) apabila Q < 70% Q 80. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis kekeringan dengan menggunakan metode Palmer yang dilakukan di Daerah Aliran Sungai Keduang kabupaten Wonogiri- Jawa Tengah. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Kekeringan adalah kejadian alam yang berpengaruh besar terhadap ketersediaan air dalam tanah yang diperlukan oleh kepentingan pertanian maupun untuk mencukupi kebutuhan makhluk hidup khususnya manusia (Suryanti, 2008). Di pulau Jawa ketersediaan air hanya dapat dipenuhi pada musim penghujan sedangkan pada musim kemarau terjadi defisit air yang menjadi indikator penting terjadinya kekeringan (Sutopo, 2007). Dalam penelitian ini menggunakan metode poligon Thiessen karena merupakan cara yang paling umum dari beragam analisis. Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya (Bambang Triatmodjo, 2008). Hujan rerata wilayah dapat dihitung sebagai berikut : 1 R n i A i R A 1. i dengan R = tinggi hujan rata-rata wilayah (areal rainfall) R; A = luas daerah aliran; Ai = luas daerah pengaruh stasiun I; Ri = tinggi hujan pada stasiun i. Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Thornthwaite. Wanielista (1990) dalam Asdak (2004) menjelaskan bahwa metode Thornthwaite memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses ET (evapotranspirasi) dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET dengan rumus matematis sebagai berikut: dengan PET = evapotranspirasi potensial (mm); T a PET = 1,6 [(10T a )/ I] a (2) = suhu rata- rata bulanan ( o C); I = indeks panas tahunan. I 12 [( T / 5)] 1.5 (3) i 1 ai dengan: a = 0.49+ 0.0179 I 0.0000771 I 2 + 0.000000675 I 3 (4) Nilai untuk evapotranspirasi potensial (PET) harus disesuaikan dengan jumlah hari per bulan dan panjang hari (latitudinal adjustment). Faktor penyesuaian panjang hari menurut letak lintang untuk persamaan Thornthwaite. Koefisien Limpasan atau angka koefisien C menurut Asdak (2004) merupakan bilangan perbandingan antara laju debit puncak dengan intensitas hujan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti laju infiltrasi, keadaan tata guna lahan atau tutupan lahan, intensitas hujan, permeabilitas dan kemampuan tanah menahan air. Analisis indeks ketajaman kekeringan metode Palmer meliputi perhitungan parameter utama dan perhitungan parameter iklim. Analisis Parameter Iklim (Palmer, 1965) dapat diuraikan seperti langkah di bawah ini. Menentukan nilai koefisien untuk mendapatkan nilai CAFEC (Climatically Appropriate for Existing Conditions) α ET / PET (5) (1) γ β R/ PR RO/ PRO RO/ S' (6) (7) A - 202 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

κ δ L / PL (8) ( PET R) /( P L) dengan α = koefisien evapotranspirasi; β = koefisien pengisian lengas ke dalam tanah; γ = koefisien limpasan; δ = koefisien kehilangan air; κ = pendekatan terhadap pembobot iklim; ET = rerata evapotranspirasi; PET = rerata evapotranspirasi potensial; R = rerata pengisisan lengas; PR = rerata pengisisan lengas potensial; RO = rerata aliran permukaan; PRO= rerata aliran permukaan potensial; S ' = rerata kelembaban tanah; L kehilangan kelembaban tanah; PL = rerata kehilangan kelembaban tanah potensial; P (9) = rerata presipitasi. = rerata Nilai CAFECNilai CAFEC merupakan dugaan dari parameter- parameter evapotranspirasi, run off, recharge, presipitasi dan loss dimana secara klimatologis sesuai dengan kondisi waktu dan daerah penelitian. Rumus yang digunakan untuk parameter- parameter tersebut adalah sebagai berikut: Dengan ET αpet R βpr RO γpro ET = nilai evapotranspirasi CAFEC; L δpl (10) (11) (12) (13) P ET R RO L (14) R = nilai pengisisan lengas ke dalam tanah CAFEC; RO = nilai L = nilai kehilangan lengas tanah CAFEC; P = nilai presipitasi CAFEC; PET= aliran permukaan CAFEC, evapotranspirasi potensial; PR = pengisian lengas ke dalam tanah potensial; PRO = aliran permukaan potensial; PL = kehilangan lengas tanah potensial. Periode Kelebihan dan Kekurangan Hujan PET R RO K ' 1.5Log 10 [( P L P P d (15) D = rataan nilai mutlak dari d (16) 2.80) / 25.6 ] D 0.50 DK = D * K' (18) Karakter Iklim sebagai Faktor Pembobot (K) : D * K' K K' 12 D * K' 1 Penduga Nilai Z: Indeks Penyimpangan atau anomali lengas (Z): Z = d* K Indeks Kekeringan (X): dengan: (17) (19) z d * κ (20) (21) X ( Z / 3) i1 X (22) X ( Z / 3) i 0.103( Z / 3) i1 (23) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 A - 203

a. Prakiraan Potensi Ketersediaan Air (Q tersedia ) Perhitungan prakiraan ketersediaan air atau debit tersedia dalam penelitian ini berdasarkan aliran mantap atau air larian yang masuk ke Daerah Aliran Sungai Keduang yang dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Dimana aliran mantap atau biasa disebut air larian merupakan bagian air hujan yang jatuh dan mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam badan air seperti sungai, danau maupun lautan (Asdak, 2004). Dalam perhitungan prakiraan potensi ketersediaan air menggunakan modifikasi dari metode rasional dengan rumus sebagai berikut (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17, 2009): Q tersedia = 10 C x R x A (24) dengan Q tersedia = potensi ketersediaan air (m 3 /bulan); R = curah hujan bulanan wilayah (mm/bulan); A = luas daerah tangkapan (ha); C = koefisien limpasan; 10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m 3. b. Indeks Ketajaman Kekeringan (Kriteria Kering) Dalam penelitian ini, analisis kriteria kering merupakan analog dari kriteria kering berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer. Berdasarkan kriteria data debit maka perlu dilakukan perhitungan debit andalan (Q 80 ) dan debit normal (Q 50 ) dengan menggunakan metode ranking (rumus Weibul). Prosedur perhitungan diawali dengan mengurutkan seri data debit dari urutan terbesar hingga terkecil untuk masing- masing bulan pengamatan. Selanjutnya diranking mulai dengan ranking pertama (m = 1) untuk data terbesar dan seterusnya hingga data terkecil. Rumus Weibul adalah (Soemarto, 1987): dengan P = probabilitas; m = ranking; N = jumlah data. m P (25) N 1 Analog kriteria kering Palmer berdasarkan kriteria kering menurut data debit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analog Kriteria Kering Palmer Berdasarkan Kriteria Kering Menurut Data Debit 3. METODE PENELITIAN Indeks Kekeringan Klasifikasi 0.00 (-2.99) Kering -3.00 (-3.99) Sangat Kering -4.00 Amat Sangat Kering Lokasi penelitian berada pada DAS Keduang yang terletak di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah seperti terlihat pada Gambar 1. Data yang digunakan meliputi Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25000 dalam format shapefile ArcGIS. Data curah hujan harian 3 stasiun hujan yaitu stasiun hujan Ngadirojo (125f), stasiun hujan Jatisrono (131) dan stasiun hujan Jatiroto (130c) dalam kurun waktu 10 tahun (2002-2011) dan data klimatologi dari stasiun klimatologi dam Wonogiri dalam kurun waktu 10 tahun (2002-2011). Analisis data dilakukan dengan bantuan Ms. Excel dan ArcGIS. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Hujan Titik menjadi Hujan Wilayah Untuk Menentukan Hujan Wilayah Di Das Keduang Digunakan Metode Poligon Thiessen Dengan 3 Stasiun Hujan Dan Luasan Das Keduang Sebesar 420,982 Km 2. Perhitungan menunjukkan bahwa Sta. Ngadirojo (125f) = 96,447 km 2 dengan koefisien Thiessen 0,229; Sta. Jatisrono (131) = 220,170 km 2 dengan koefisien Thiessen 0,523; Sta. Hujan Jatiroto (130c) = 104,365 km 2 dengan koefisien Thiessen 0,248. A - 204 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Gambar 1. Peta DAS Keduang Koefisien limpasan diperlukan untuk mengetahui besarnya intensitas hujan yang melimpas di permukaan. Koefisien limpasan dihitung dengan memperkirakan jenis tata guna lahan pada DAS Keduang. Dari hasil perhitungan didapat nilai koefisien limpasan (C) di DAS Keduang sebesar 0,401. Evapotranspirasi potensial metode Thornthwaite hanya tergantung pada suhu udara rata- rata bulanan dan letak lintang. Pada penelitian ini menggunakan stasiun klimatologi Dam Wonogiri yang terletak antara 07 50' 010" LS dan 110 55' 023" BT. b. Indeks Kekeringan Palmer Parameter utama yang digunakan untuk perhitungan indeks kekeringan Palmer adalah evapotranspirasi, pengisian lengas ke dalam tanah (recharge), kehilangan kelembaban tanah (loss), kelembaban tanah (available water content) sampai kedalaman zone perakaran yaitu 500 mm (Asdak, 2004) dimana lapisan tanah atas (Sa = 100 mm) dan lapisan tanah bawah (Sb = 400 mm) dan aliran permukaan (run off). Beberapa parameter lain yang terkait perhitungan antara lain evapotranspirasi potensial (potential evapotranspiration) yang didapat dengan menggunakan metode Thornthwaite, pengisian lengas ke dalam tanah potensial (potential recharge), aliran permukaan potensial (potential run off) dan kehilangan kelembaban tanah potensial (potential loss). Hasil perhitungan indeks kekeringan tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Indeks Kekeringan pada 2002 Bln P d K' K z Z Z/3 0.103( Z / 3) D i1 X X Jan 0,000-82,570 51,240 1,770 0,273-82,570-22,580-7,530 0,000-7,530-7,530 Feb 116,210-10,030 29,580 1,390 0,098-10,030-0,980-0,330 0,780 0,450-7,080 Mar 16,350-75,920 47,320 1,730 0,239-75,920-18,180-6,060 0,030-6,030-6,350 Apr 73,160 4,580 30,790 1,470 0,112 4,580 0,510 0,170 0,620 0,800-5,270 Mei 20,250-32,010 32,330 1,510 0,125-32,010-4,000-1,330-0,020-1,350-1,180 Jun 0,000-16,280 16,680 1,110 0,035-16,280-0,570-0,190 0,140-0,050-1,390 Jul 0,000-1,520 2,130-0,210 0,002-1,520 0,000 0,000 0,020 0,020-0,170 Agst 0,000-3,760 6,060 0,470 0,002-3,760-0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 Sept 0,000-10,060 13,950 1,000 0,024-10,060-0,240-0,080 0,000-0,080-0,080 Okt 20,710-10,120 26,170 1,390 0,086-10,120-0,870-0,290 0,010-0,280-0,360 Nop 52,850-9,970 34,460 1,550 0,140-9,970-1,400-0,470 0,030-0,440-0,730 Des 132,380 10,990 77,010 2,030 0,540 10,990 5,940 1,980 0,050 2,030 1,560 Berdasarkan perhitungan di atas pada bulan dengan nilai bertanda negatif berarti mengalami kekeringan, sedangkan pada bulan dengan nilai bertanda positif mengalami surplus air. Prakiraan potensi ketersediaan air merupakan analisis tentang seberapa besar ketersediaan air yang ada di DAS Keduang. Hasil perhitungan prakiraan potensi ketersediaan air untuk tahun 2002 seperti pada Tabel 3. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 A - 205

Tabel 3. Prakiraan Potensi Ketersediaan Air pada 2002 Bulan Hujan Wilayah (mm/bulan) Potensi Ketersedian Air (x10 6 m³/ bulan) Januari 0,000 0,000 Februari 289,810 48,920 Maret 40,780 6,880 April 182,440 30,800 Mei 50,500 8,530 Juni 0,000 0,000 Juli 0,000 0,000 Agustus 0,000 0,000 September 0,000 0,000 Oktober 51,650 8,720 Nopember 131,790 22,250 Desember 330,130 55,730 Untuk mengetahui ketersediaan air pada setiap tahun menggunakan data debit normal (Q 50 ) atau nilai tengah dari data debit tiap tahun. Untuk tahun 2002 diperoleh debit normal sebesar 7,700x 10 6 m 3 / bulan yang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Potensi Ketersediaan Air pada 2002 Ketersediaan air rerata bulanan dihitung berdasarkan potensi ketersediaan air rerata bulanan dibandingkan dengan threshold debit normal rerata (Q 50rerata ) dan threshold debit andalan rerata (Q 80rerata ) yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Ketersediaan Air Rerata Bulanan No. Bulan Ketersediaan Air Rerata Bulanan (x 10 6 m 3 / bulan) 1. Januari 42,650 2. Februari 56,280 3. Maret 40,890 4. April 28,700 5. Mei 22,000 6. Juni 6,850 7. Juli 0,640 8. Agustus 1,580 9. September 4,240 10. Oktober 12,980 11. November 26,450 12. Desember 51,100 Melakukan perhitungan debit normal rerata (Q 50rerata ) selama kurun waktu analisis (2002-2011) dengan hasil sebesar 16,966x 10 6 m 3 / bulan dan debit andalan rerata (Q 80rerata ) sebesar 3,176x 10 6 m 3 / bulan yang dapat disajikan dalam A - 206 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

grafik hubungan ketersediaan air rerata bulanan (Q rerata ) dengan debit normal rerata (Q 50rerata ) dan debit andalan rerata (Q 80rerata ) seperti pada Gambar 3. Seperti terlihat pada Gambar 3, ketersediaan air kurang dari threshold Q 50rerata sebesar 16,966x 10 6 m 3 / bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun berdasarkan threshold Q 80rerata sebesar 3,176x 10 6 m 3 / bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya pada Juni dan Agustus. Potensi ketersediaan air dalam kurun waktu analisis 10 tahun (2002-2011) berdasarkan pada perbandingan data ketersediaan air dengan debit normal rerata (Q 50rerata ) dan debit andalan rerata (Q 80rerata ) seperti dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa kekeringan terjadi pada tahun 2002 dan 2003 dimana ketersediaan air kurang dari threshold Q 50rerata maupun threshold Q 80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan. Gambar 3. Hubungan Q rerata dengan Q 50rerata dan Q 80rerata Gambar 4. Potensi Ketersediaan Air Pada DAS Keduang Pada 2002-2011 5. INDEKS KETAJAMAN KEKERINGAN (KRITERIA KERING) Kriteria kering dalam penelitian ini berdasarkan pada analog kriteria kering menurut data debit dengan kriteria kering Palmer.Dalam kriteria kering menurut data debit dibagi menjadi tiga kriteria. Dari perhitungan debit normal rerata (Q 50rerata ), debit andalan rerata (Q 80rerata ) dan perhitungan indeks Palmer dapat dilakukan analisis kriteria kering berdasarkan analog data ketersediaan air yang tersedia di DAS Keduang dengan kriteria kering Palmer. Hasil analog kriteria kering berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 5. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 A - 207

Tabel 5. Analog Kriteria Kering Berdasarkan Data Debit Dengan Kriteria Kering Palmer tahun 2002 Bulan Indeks Kekeringan Q x 10 6 m³/bulan) Kriteria Kering (Q tersedia ) Q 80 Q 50 Q 80 (71%) Q 80 (70%) Berdasarkan Debit Jan -7,530 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK ASK Feb -7,080 48,920 3,176 16,966 2,250 2,220 B ASK Mar -6,350 6,880 3,176 16,966 2,250 2,220 K ASK Apr -5,270 30,800 3,176 16,966 2,250 2,220 B ASK Mei -1,180 8,530 3,176 16,966 2,250 2,220 B K Jun -1,390 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K Jul -0,170 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K Agst 0,000 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K Sep -0,080 0,000 3,176 16,966 2,250 2,220 ASK K Okt -0,360 8,720 3,176 16,966 2,250 2,220 K K Nop -0,730 22,250 3,176 16,966 2,250 2,220 B K Des 1,560 55,730 3,176 16,966 2,250 2,220 B B Keterangan: K = Kering, ASK = Amat Sangat Kering, SK = Sangat Kering, B = Basah. Berdasarkan Palmer Dapat diketahui dari analog kriteria kering berdasarkan data debit dengan kriteria kering Palmer tidak terlalu berbeda jauh. 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Prakiraan potensi ketersediaan air di DAS Keduang bervariasi, ketersediaan air kurang dari threshold Q 50rerata sebesar 16,966x 10 6 m 3 / bulan terjadi pada Juni sampai dengan Oktober. Namun berdasarkan threshold Q 80rerata sebesar 3,176x 10 6 m 3 / bulan, tidak adanya ketersediaan air hanya pada Juni dan Agustus. Kekeringan yang terjadi pada 2002 dan 2003 dimana ketersediaan air kurang dari threshold Q 50rerata maupun threshold Q 80rerata yang terjadi selama lebih dari enam bulan, 2. Berdasarkan indeks Palmer, pada 2002 dan 2003 terjadi kekeringan imana besaran indeks Palmer pada 2002 berkisar antara -7,530 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering sedangkan pada 2003 berkisar antara -10,190 yang setara dengan amat sangat kering sampai dengan 0,000 yang setara dengan kering, 7. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti berterimakasih kepada Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. KONTEKS atas diijinkannya kesempatan ini, dan seluruh rekan di Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Winda. 2006. Pola Distribusi Hujan Jam-Jaman Di Sub DAS Keduang (Skripsi). Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Anonim, 2009. Peraturan Menteri No. 17 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah. Jakarta. Anonim,2012a.BuletinPenataanRuang.Http://bulletin.penataanruang.net/2012/01/15upload/ data_artikel/profil DAS Bengawan Solo.PDF). Anonim,2012b.TabloidKampus.Http://www.tabloidkampus.com/2012/02/10detail.php?edisi=6&id=103). Asdak, Chay.2004, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Chow, V.T., 1992, Hidrolika Saluran Terbuka (terjemahan), Jakarta: Erlangga. Hadiani, Rr. Rintis. 2009. Analisis Kekeringan Berdasarkan Data Hidrologi. Disertasi, UNIBRAW, Malang. Nugroho, Sutopo Purwo, 2007, Analisis Neraca Air Pulau Jawa, Jurnal Alami, Vol 12, No 01. Palmer, Wayne C, 1965, Meteorological Drought, Research Paper, No 45, Washington DC. A - 208 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Puradimaja, D.J. B. Kombaitan dan D.E. Irawan, 2006. Hydrogeological Analysis in Regional Planning of Tigaraksa City, Tangerang, Banten, Indonesia Langkawi-Malaysia. Ponce, V.M., 1989, Engineering Hydrology Priciples and Practices, Prentice Hall, New Jersey. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya. Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta. Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudibyakto. 1985. Evaluasi Kekeringan di Daerah Kedu Selatan dengan Menggunakan Indeks Palmer. Thesis, Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Sudibyakto, Suyono, Dewi Galuh Condro Kirono, 1999, Analisis Curah Hujan Untuk Antisipasi Kekeringan Dan Mitigasinya Di Daerah Aliran Sungai Progo, Majalah Geografi Indonesia, Th 13, No 23, Hal 55-68. Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset. Yogyakarta Suryanti, Ika. 2008. Analisis Hubungan Antara Sebaran Kekeringan Menggunakan Indeks Palmer Dengan Karakteristik Kekeringan. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Susandi, A., Y. Firdaus dan I. Herlianti, 2008, Impact of Climate Change on Indonesian Sea Level Rise with Referente to It s Socioeconomic Impact, EEPSEA Climate Change Conference, Bali. Triadmojo, Bambang.2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset. Wikipedia, 2012. Kekeringan. Http:// id.wikipedia.org/wiki/kekeringan/2012/01/17). Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 A - 209