Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

NOMOR TENTANG. Pemerintah. Provinsi, P dan 3839); Negara. 4. Peraturan. Negara. Lembarann Negara Nomor. 6. Peraturan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 147 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS. NOMOR 11 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

BUPATI PURWOREJ O, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

G U B E R N U R L A M P U N G

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 15 TAHUN 2006

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR / 473 / /2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA SURABAYA

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan

BUPATI SUMENEP KEPUTUSAN BUPATI SUMENEP NOMOR : 188/30/KEP/ /2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) BUPATI SUMENEP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 79 /KUM/2013 TENTANG

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

EVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI PESISIR SELATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bottom-up learning.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

*49722 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 62 TAHUN 2000 (62/2000) TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL

Transkripsi:

BUKU RENCANA BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG 8.1 PERAN SERTA MASYARAKAT Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan berbagai unsur seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM yang selanjutnya disebut dengan peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang, karena pada akhirnya hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terselenggarakannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana tersebut di atas, dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, dimana didalamnya diatur mengenai : Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat dalam proses penataan ruang ; Bentuk peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang ; Tata cara peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang, dan ; Pembinaan peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam penataan ruang adalah keterlibatan dan mengambil peran secara aktif dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. VIII - 1

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, antara lain adalah: (1) Sebagai proses pembuatan suatu kebijakan, karena masyarakat sebagai kelompok yang berpotensi menanggung konsekuensi dari suatu kebijakan memiliki hak untuk konsultasi (rights to consult). (2) Sebagai suatu strategi, dimana melalui peran serta masyarakat suatu kebijakan pemerintah akan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga keputusan tersebut memiliki kredibilitas (credible). (3) Peran serta masyarakat juga ditujukan sebagai alat komunikasi bagi pemerintah yang dirancang untuk melayani masyarakat untuk mendapatkan masukan dan informasi dalam pengambilan keputusan, sehingga melahirkan keputusan yang responsif. (4) Peran serta masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau konflik, dimana perlu didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi tersebut adalah dengan bertukar pikiran maupun pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan. (5) Pengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasukpula pelaksanaan tata ruang kawasan. (6) Pemberi informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam menyusun strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Dari uraian mengenai bentuk dan sifat peran serta masyarakat di atas, akan memberikan gambaran lebih jelas bagaimana kebijakan peran serta masyarakat di dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Sijunjung. VIII - 2

8.1.1 Tata Cara Dan Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam penataan ruang ini merupakan bagian yang sangat penting, bahkan pemerintah mengeluarkan peraturan khusus mengenai peran serta masyarakat tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (PP Peran Serta Masyarakat). Definisi peran serta masyarakat menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 (PP Peran Serta Masyarakat) tersebut adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 (PP Peran Serta Masyarakat) diatur mengenai hak masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang, yaitu : (1) Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. (2) Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan. (3) Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari proses penataan ruang. (4) Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat pelaksanaan pemanfaatan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam kegiatan penataan ruang yang wajib untuk dipatuhi, adalah sebagai berikut : (1) Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang; (2) Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sedangkan bentuk peran serta masyarakat yang terdapat dalam penataan ruang wilayah kabupaten adalah : (1) Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah kabupaten yang ditetapkan. VIII - 3

(2) Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah kabupaten. (3) Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan wilayah kabupaten. (4) Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah kabupaten. (5) Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan. (6) Bantuan tenaga ahli. Bentuk peran serta masyarakat di atas berlaku sama terhadap peran serta masyarakat di daerah kabupaten. Namun, perlu digarisbawahi bahwa bentuk-bentuk peran serta yang ditawarkan di dalam PP tersebut tidak menyangkut sama sekali peran serta masyarakat dalam pembuatan keputusan, sehingga sifatnya masih bersifat konsultatif. Sedangkan kewajiban pemerintah sehubungan dengan peran serta masyarakat ini bahwa pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang melalui : (1) Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan atau pelatihan; (2) Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada masyarakat secara terbuka; (3) Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat; (4) Menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat; (5) Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; (6) Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang VIII - 4

berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam mentaati rencana tata ruang; (7) Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang. Meskipun dalam pembagian peran sebagaimana diuraikan di atas, ternyata belum menempatkan masyarakat secara setara atau memiliki posisi tawar yang sama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan ruang, selain masyarakat mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dari Lembaran Daerah Kabupaten, pemerintah Kabupaten berkewajiban mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang yang telah ditetapkan tersebut melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum yang mudah diakses masyarakat dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut. Sedangkan tata cara peran serta masyarakat dalam proses penataan ruang atau kawasan dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberadaan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi, dan masalah, serta rancangan rencana tata ruang, baik secara lisan maupun tertulis dan ditujukan kepada bupati. Kesemuanya itu dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tabel 8.1 Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Wilayah Provinsi Penataan Ruang (termasuk kawasan strategis) Kabupaten Perencanaan 1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Gubernur) 1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Pemanfaatan Dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan Bupati) Dilakukan sesuai dengan VIII - 5

Wilayah Penataan Ruang Provinsi (termasuk kawasan strategis) perundang-undangan yang berlaku (pelaksanaan diatur lebih lanjut oleh Gubernur) Kabupaten ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku (pelaksanaan dikordinasikan oleh Bupati) Secara keseluruhan prinsip-prinsip pokok dan bentuk-bentuk peran serta masyarakat di dalam setiap proses penataan ruang wilayah diatur didalam Peraturan Pemerintah tentang hak warga negara dalam pemanfaatan ruang yang menjadi dasar dalam perumusan-perumusan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten. 8.1.2 Prosedur Peran Serta Masyarakat Prosedur kemitraan yang dianut dalam pengembangan Kabupaten Sijunjung ini adalah memposisikan pemerintah kabupaten, menjadi fasilitator dan administrator pembangunan. Dengan demikian orientasi pembangunan dari top down berubah ke bottom up dan partisipatif dan juga sekaligus menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis. Berbagai program yang dapat dilakukan secara kemitraan antara para stakeholder pembangunan, kemitraan dalam pembangunan sangat penting untuk dilakukan mengingat dua hal : (1) Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan; (2) Kemitraan merupakan cara yang tepat untuk mengefisienkan belanja pemerintah (government expenditure) di sektor pembangunan; (3) Selain kepentingan praktis, kemitraan swasta juga didukung oleh instrumen hukum yang mendukung terselenggaranya kerjasama pelaku pembangunan; VIII - 6

Pola kerjasama pemerintah dan swasta dalam kemitraan tersebut sangat membantu dalam mewujudkan pembangunan daerah. Beberapa pertimbangan yang mendasari kerjasama ini, yaitu: 1. Pihak Pemerintah Kabupaten Sijunjung: 2. Di era otonomi daerah ini beban Pemerintah Kabupaten Sijunjung semakin tinggi khususnya dalam proses pemanfaatan sumberdaya keuangan, administrasi dan manajemen; a. Terbatasnya anggaran pembangunan untuk daerah; b. Terbatasnya tenaga profesional untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah. 3. Pihak Swasta: a. Sektor swasta dapat memenuhi kebutuhan yang belum tertangani oleh Pemerintah Daerah, tanpa mengambil alih peran Pemerintah Daerah; b. Pelayanan swasta itu amat bervariasi, swasta juga dianggap luwes; c. Dengan masuknya swasta, maka persaingan akan lebih tumbuh; d. Efisiensi diperkirakan lebih baik. Ada beberapa skema kerjasama yang dapat terbentuk melalui mekanisme kemitraan pemerintah dan swasta/lembaga ekonomi masyarakat. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan dan dibenarkan secara hukum adalah: 1. Kontrak Pelayanan (service contract); 2. Kontrak Manajemen (management contract); 3. Kontrak Sewa (lease contract); 4. Konsesi (concession); 5. BOT (Built Operation Transfer). 8.2 KELEMBAGAAN Penataan Ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau masyarakat menjadi faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran dari manfaat yang akan dicapai. Selama ini upaya pengelolaan Penataan Ruang cenderung hanya dari atas (top down), VIII - 7

bukan dari bawah, dengan melibatkan masyarakat, hal ini merupakan fakta, karena ketersediaan dana berada pada sistem anggaran pemerintah, begitu pula halnya dengan mekanisme penyelenggaraannya. Kelibatan masyarakat masih terbatas pada tahap pemenuhan persyaratan atau formalitas saja, dan kalau kemudian akan muncul keseragaman produk, itu karena mengabaikan keberagaman karakteristik wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga produk tersebut kurang bisa memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani. Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan ruang dipandang sebagai proses demokratisasi, karenanya penataan ruang harus sudah dianggap dan merupakan hak seluruh warga masyarakat, karena langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Pada era otonomi dan desentralisasi, memberikan ruang yang lebih leluasa kepada pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelenggarakannya. 8.2.1Kebijakan Kelembagaan Penataan Ruang Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, menyebutkan bahwa Penataan Ruang bertujuan untuk terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya, dan terciptanya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Sedangkan secara hirarki penataan ruang terbagi atas Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Dimana kelembagaan dalam penyelenggaraan kewenangan dan pembinaan penataan ruang di Tingkat Nasional dilaksanakan oleh Menteri yang ditunjuk, di Tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Gubernur dan Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Bupati/Walikota. Sedangkan untuk penataan ruang kawasan tertentu (kawasan strategi dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional) penyusunan rencana tata ruangnya dikoordinasikan oleh Menteri yang ditunjuk, dengan arahan pengelolaannya sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah/Provinsi dilaksanakan oleh Gubernur, VIII - 8

dan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota. Dalam menterpadukan penataan ruang pada semua tingkatan, yang bertugas mengkoordinasikan penataan ruang, dapat dilihat pada tabel 8.2. Tabel 8.2 Koordinatorisasi Penataan Ruang Tingkatan Kelembagaan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Penyelenggaraan Kewenangan Menteri Presiden Pembinaan Penataan Ruang Provinsi Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Provinsi Penataan Ruang Kabupaten/Kota Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Kab/Kota Penyelenggaraan Kewenangan Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Arahan Pengelolaan Penyelenggaraan Kewenangan Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Arahan Pengelolaan Gubernur Gubernur Bupati/Walikota Bupati/Walikota Menteri Menteri Gubernur Menteri Sumber : Undang-undang No. 26 Tahun 2008 Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di semua tingkatan, dikeluarkan Keppres No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKTRN) dan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No. 19 Tahun 1996 Tentang VIII - 9

Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. BKTRN mengkoordinasikan penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional agar sejalan dengan RTRWN, dengan terbentuknya BKPRD akan membantu Gubernur, dan Bupati/Walikota dalam merumuskan kebijakan Penataan Ruang di wilayah masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Provinsi bertanggung jawab kepada Gubernur sedangkan BKPRD Kab/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan fungsi Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas dengan melibatkan/peranserta masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara PSM Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, maupun Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara PSM dalam Penataan Ruang. 8.2.2Organisasi Kelembagaan Penataan Ruang Penataan ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau masyarakat menjadi faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran dari manfaat yang akan dicapai. Selama ini upaya pengelolaan Penataan Ruang cenderung hanya dari atas (top down), bukan dari bawah, dengan melibatkan masyarakat, hal ini merupakan fakta, karena ketersediaan dana berada pada sistem anggaran pemerintah, begitu pula halnya dengan mekanisme penyeleng-garaannya. Keterlibatan masyarakat masih terbatas pada tahap pemenuhan persyaratan atau formalitas saja, dan kalau kemudian akan muncul keseragaman produk, itu karena mengabaikan keberagaman karakteristik wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga produk tersebut kurang bisa memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani. Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan ruang dipandang sebagai proses demokratisasi, karenanya VIII - 10

penataan ruang harus sudah dianggap dan merupakan hak seluruh warga masyarakat, karena langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Pada era otonomi dan desentralisasi, memberikan ruang yang lebih leluasa kepada pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelenggarakannya. Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di semua tingkatan, dikeluarkan Keppres No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKTRN) dan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No. 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah dengan Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. BKTRN mengkoordinasikan penyeleng-garaan Penataan Ruang Nasional agar sejalan dengan RTRWN, dengan terbentuknya BKPRD akan membantu Gubernur dan Bupati/Walikota dalam merumuskan kebijakan Penataan Ruang di wilayah masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Provinsi bertanggung jawab kepada Gubernur sedangkan BKPRD Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan fungsi Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas dengan melibatkan/peranserta masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat (PSM) Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, maupun Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara PSM dalam Penataan Ruang. Sebagaimana terkandung dalam Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Kepmendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, maka setiap daerah kabupaten perlu membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). VIII - 11

BKPRD Kabupaten ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati sesuai pasal 3, sedangkan susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten sesuai pasal 4 Kepmendagri No. 50 tahun 2009, sebagai berikut : a. Penanggung Jawab : Bupati dan Wakil Bupati b. Ketua : Sekretaris Daerah c. Sekretaris : Kepala Bappeda d. Wakil Sekretaris : Sekretaris Bappeda e. Anggota : Pimpinan SKPD disesuai-kan dengan tingkat kebutuhan dan potensi daerah BKPRD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada pasal 3, mempunyai tugas, sebagai berikut: a. merumuskan berbagai kebijakan penyelenggaraan penataan ruang kabupaten dengan memperhatikan kebijakan penataan ruang nasional dan propinsi; b. mengkoordinasikan penyusun-an Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; c. mengkoordinasikan penyusun-an Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan sesuai dengan kewenangan kabupaten; d. mengintegrasikan dan mema-duserasikan RTRW Kabupaten. Dengan RTRW Propinsi, RTRWN, RTR Kawasan Tertentu, dan RTRW Provinsi/Kabupaten Perbatasan; e. memaduserasikan RPJM dan tahunan yang dilakukan pemerintah kabupaten, masyarakat dan dunia usaha dengan RTR; f. melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi dan pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang. g. memberikan rekomendasi perizinan tata ruang kabupaten; h. melakukan rekomendasi penertiban terhadap peman-faatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; i. mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; VIII - 12

j. mengembangkan informasi penataan ruang kabupaten untuk kepentingan pengguna ruang di jajaran pemerintah, masyarakat dan swasta; k. mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang kabupaten; l. mengkoordinasikan penangan-an dan penyelesaian masalah atau konflik yang timbul dalam penyelenggaraan penatan ruang baik di provinsi maupun di kabupaten/ kota dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya; m. memberikan rekomendasi guna memecahkan masalah atau konflik pemanfaatan ruang kabupaten dan masalah atau konflik pemanfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan kabupaten/ kota; n. melaksanakan fasilitasi, super-visi, dan koordinasi dengan dinas/ instansi kabupaten, pemerintah propinsi, masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang; o. menterpadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dengan propinsi dan kabupaten sekitarnya; p. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang kabupaten; q. menjabarkan petunjuk bupati berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban koordinasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten; r. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten secara berkala kepada bupati. Untuk memperlancar tugas BKPRD Kabupaten dibantu oleh Sekretariat, Tim Teknis/ Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Tim Teknis/ Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Sekretariat BKPRD Kabupaten dipimpin oleh Kepala Bidang Bappeda Kabupaten yang membidangi Tata Ruang yang bertugas : a. menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten; VIII - 13

b. memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kabupaten; c. menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten; d. menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan penataan ruang. Tim Teknis/ Pokja Perencanaan Tata Ruang Kabupaten dengan susunan anggota sebagai berikut : a. Ketua : Kabid pada Bappeda yang mengurusi tata ruang b. Wakil Ketua : Kabid pada Dinas PU yang mengusi tata ruang c. Sekretaris : Kasubbid pada Bappeda yang mengurusi Tata Ruang d. Anggota : Disesuaikan dengan kebutuhan, dan yang terkait dengan fungsi penyusunan rencana tata ruang. Tim Teknis/Pokja Perencanaan Tata Ruang Kabupaten mempunyai tugas sebagai berikut : a. memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten; b. mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Kabupaten; c. mengkoordinasikan dan melakukan fasilitasi serta supervisi penyusunan rencana tata ruang yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Propinsi; d. mengkoordinasikan penyusunan RTRW Kabupaten dalam rangka sinkronisasi RTRW Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan; e. menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam perencanaan serta memberikan alternatif pemecahannya; f. melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten serta menyampaikan usulan pemecahan/ kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten. VIII - 14

Sedangkan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten mempunyai susunan keanggotaan terdiri dari: a. Ketua : Kabid pada Dinas PU yang mengurusi tata ruang b. Wakil Ketua :.Kabag. Hukum pada Sekretariat Daerah Kabupaten c. Sekretaris :.Kepala Sub Bidang pada Dinas PU yang membidangi Tata Ruang d. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan, penertiban, dan perizinan pemanfaatan ruang. Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten mempunyai tugas : a. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijaksanaan pemanfaatan dan pengendalian ruang kabupaten. b. Mengkoordinasikan pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap rencana tata ruang. c. Mengkoordinasikan penertiban dan perizinan pemanfaatan ruang kabupaten d. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang serta memberikan alternatif pemecahannya. e. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten serta menyampaikan usulan pemecahan/ kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten. VIII - 15