PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK)

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL. Nurkhikmatun

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

1130 ISSN:

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

OLEH : Rosmayanti, Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd, Martianty Nalole

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MEDIA ARSIRAN KELAS IV SDN 27

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan di Indonesia sesungguhnya sudah mengalami

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

Novia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberikan setiap jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Transkripsi:

JOURNAL PEDAGOGIA ISSN 289-3833 Volume. 4, No. 1, Februari 215 PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN PERSONAL DAN KECAKAPAN SOSIAL SERTA PRESTASI BELAJAR SISWA SMA Joko Purnomo SMA Negeri 1 Baureno Bojonegoro Abstrak Tujuan penelitian meningkatkan kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik serta prestasi belajar siswa melalui pembelajaran yang mengintergasikan pendidikan kecakapan hidup. kecakapan hidup (life skill) adalah kemampuan dasar seseorang seperti kecakapan personal (kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah) Penelitian ini menggunakan metode Penilitian Tindakan Kelas (PTK), model PTK menggunakan model Arikunto. Teknik pengumpulan data dalam penelitian melalui observasi, instrumen penelitian terdiri dari lembar penilaian pendidikan kecakapan hidup dan lembar tes. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan kecakapan personal terjadi peningkatan kriteria dari sedang pada siklus I, kriteria baik pada siklus II dan kriteria baik pada siklus III. Kecakapan sosial juga terjadi peningkatan dari kriteria sedang pada siklus I, baik pada siklus II dan sangat baik pada siklus III, sedangkan prestasi belajar siswa yang tuntas pada siklus I ada sebanyak 14 siswa (56%), siklus II siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa (8%) dan pada siklus III sebanyak 24 siswa (96%). Peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus menunjukan bahwa hasil belajar siswa tergolong sangat bagus. Melalui pendidikan kecakapan hidup mampu meningkatkan kecakapan personal dan kecakapan sosial serta prestasi belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Baureno bojonegoro. Kata Kunci: Pendidikan Kecakapan Hidup, Prestasi belajar PENDAHULUAN Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan dengan tujuan pembelajar dapat mencapai tujuan tertentu. Agar pembelajar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, dibutuhkan bantuan dari seluruh elemen masyarakat untuk ikut proaktif dalam mensukseskan pendidikan. Di samping itu juga diperlukan usaha yang terus menurus dari pengelola pendidikan untuk memperbaiki mutu pendidikan yang lebih baik. Pada saat ini sudah banyak usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat pada penyempurnaan kurikulum dan pengembangan model pembelajaran serta perbaikan mutu pengajar dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan di sekolah masih menyisakan berbagai permasalahan yang mendesak untuk diatasi, baik dari sisi infrastruktur berupa bangunan sekolah beserta sarana penunjang lainnya maupun suprasetruktur berupa sistem pendidikan nasional. Permasalahan yang terjadi di ruang kelas merupakan konteks mikro dari pendidikan secara keseluruhan, namun kajian atas permasalahan yang terjadi di kelas dapat memiliki arti yang lebih besar apabila setiap guru di kelas mampu melakukan penelitian yang komprehensif untuk mengatasinya. Permasalahan yang terjadi di kelas dapat terjadi dengan bermacam-macam alasan, maupun kesalahan penggunaan metode mengajar yang menyebabkan siswa sulit untuk dimaksimalkan kemampuannya, dan sejumlah permasalahan lainnya. Untuk memilih dan menentukan metode mengajar yang tepat perlu diperhatikan bahwa proses belajar tidak hanya interaksi antara peserta didik dengan pengajar, tetapi pengajar juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta didik dan bisa memberi motivasi kepada peserta didik. Permendiknas Nomor 22 Tahun 26 (Depdiknas, 26) tentang standar isi mata pelajaran matematika Page 75

Joko Purnomo, Pendidikan Kecakapan Hidup (PHK) Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kecakapan Personal dan Kecakapan Sosial Serta Prestasi Belajar Siswa SMA. menyatakan bahwa pelajaran matematika SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; (b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (c) memecahkan masalah meliputi: kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau model lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematiak dalam kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran matematika peserta didik belum mengetahui sepenuhnya tentang pembelajaran matematika dan apa manfaatnya belajar matematika, ditambah lagi dengan kecenderungan guru-guru yang mengajar matematika hanya memberikan materi setelah itu memberikan tugas kepada siswa tanpa dibarengi dengan pendampingan terhadap siswa sehingga belajar kelihatan monoton dan tidak menyenangkan sehingga peserta didik gampang bosan dalam belajar. Tidak ditanamkannya aspek kecakapan hidup dalam pembelajaran matematika mengakibatkan peserta didik tidak mampu mengembangkan kemampuannya, susah untuk bekerja kelompok, susah berkomunikasi dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan apabila mendapatkan pelajaran peserta didik tidak menganggap bahwa apa yang mereka pelajari bisa bermanfaat bagi dirinya, lingkungannya serta mampu mengembangkan kemampuannya, melainkan hanya sebuah pelajaran yang setelah dipelajari tidak akan membawa perubahan sikap, cara berkomunikasi serta etos kerja bagi dirinya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran melalui konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) atau Life Skill Education. Pada intinya PKH membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar (learning how to learn), menghilangkan pola pikir dan kebiasaan tidak tepat (learning tu unlearn), menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan serta mampu memecahkannya secara kreatif, (Tim BBE Depdiknas 23:1) PKH bukan mata pelajaran baru, sehingga dengan PKH kurikulum tidak harus diubah atau ditambah mata pelajarannya. Yang diperlukan adalah reorientasi pendidikan dari subject mater oriented menjadi life skill oriented. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai alat bukan sebagai tujuan. Mata pelajaran adalah alat untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya digunakan peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata, (Tim BBE Depdiknas 23:1). Dari pelaksanaan PKH di SMA khususnya pelajaran matematika diarahkan untuk memperkuat beberapa aspek kecakapan hidup diantaranya, kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik. Arah tujuan tersebut sejalan dengan kurikulum yang selama ini membedakan komponen normatif, adaptif dan produktif. Page 76

JOURNAL PEDAGOGIA ISSN 289-3833 Volume. 4, No. 1, Februari 215 Komponen normatif dapat disejajarkan dengan kecakapan personal, komponen adaptif dengan kecakapan sosial, dan komponen produktif sejajar dengan kecakapan akademik. Melalui penerapan PKH khususnya kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik pada pembalajaran siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang berupa pemahaman terhadap materi. Siswa dapat berfikir aktif dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan guru yang mencerminkan pendidikan kecakapan hidup khususnya kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik. Melalui peran aktif siswa tersebut siswa dapat membangun pemahaman terhadap materi yang diberikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Penilitian Tindakan Kelas (PTK). penelitian tindakan kelas adalah kajian sistemik dari upaya perbaikkan praktek pendidikan oleh guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka (sekelompok guru) mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Wiriatmadja, 26:12). Model penelitian tindakan kelas mengacu pada model Arikunto pada gambar 1. Instrumen dalam penelitian ini meliputi: Lembar penilaian PKH digunakan untuk mengetahui apakah semua aspek kecakapan hidup sudah dilakukan dalam proses pembelajaran. Lembar tes digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa. Pengukuran tingkat prestasi belajar siswa perlu dilakukan penulis sebagai data pendukung untuk mengetahui apakah pengintregasian PKH dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Baureno Bojonegoro, subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Baureno Bojonegoro, penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 5 Nopember s.d. 23 Nopember 214. Analisis Penilaian Kecakapan Hidup (life skill). Pensekoran PKH yaitu aspek yang diamati dinilai dengan skala skor samapi 5 dengan penafsiran angkaangka tersebut adalah 1= sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = cukup baik, dan 4 = baik, 5 sangat baik. Kemudian pada tahap akhir skor tersebut di rata-rata, setelah di rata-rata dihitung dengan persamaan: K = Fx 1% N x I K F N I = Persentase = Jumlah jawaban responden = Skor tertinggi = Jumlah responden (Riduwan,28:13) Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut: N P 1 n Gambar 1: Model PTK (Arikunto, 28:16) P = Ketuntasan belajar klasikal N = Jumlah siswa yang tuntas N = jumlah siswa Page 77

Joko Purnomo, Pendidikan Kecakapan Hidup (PHK) Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kecakapan Personal dan Kecakapan Sosial Serta Prestasi Belajar Siswa SMA. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang terjadi beberapa peningkatan telah terjadi dalam proses penelitian yang telah dilakukan pada tiap siklus. Adapun pembahasan hasil penilaian kecakapan hidup tiap siklus adalah sebagai berikut : Berdasarkan data yang didapat dari tiap siklus, aspek-aspek kecakapan personal seperti, kecakapan menggali informasi siswa pada siklus pertama mendapatkan skor 3 (sedang), kemudian pada siklus kedua mendapat skor 4 (baik), dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 5 (sangat baik). Pada kecakapan mengolah informasi pada tiap siklus masing-masing mendapatkan skor 3 (sedang), 4 Baik, dan 5 sangat baik. Pada kecakapan memecahkan masalah pada siklus pertama mendapatkan skor 3 (sedang), siklus kedua menjadi 4 (baik) dan siklus ketiga mendapatkan skor 5 (sangat baik). Sedangkan kecakapan mengambil keputusan pada siklus pertama mendapakan skor 4 (baik), siklus Kedua 4 (baik) dan meningkat menjadi 5 (sangat baik) pada siklus ketiga. hasil kecakapan personal pada tiap siklus, dapat dilihat pada diagram 1 di bawah ini: 6 Diagram 1 kecakapan personal tiap siklus 3. Aspek kecakapan memecahkan masalah 4. Aspek kecakapan mengambil keputusan Peningkatan juga terjadi pada penilaian aspek kecakapan sosial dari peserta didik. Berdasarkan data yang didapat dari tiap siklus, aspek-aspek kecakapan sosial seperti, kecakapan lisan siswa pada siklus pertama mendapatkan skor 4 (baik), kemudian pada siklus kedua mendapat skor 5 (sanagt baik), dan pada siklus ketiga menjadi 5 (sangat baik). Pada kecakapan komunikasi tertulis pada tiap siklus masing-masing mendapatkan skor 3 (sedang), 4 (Baik), dan 5 (sangat baik). Sedangkan kecakapan bekerjasama pada siklus pertama mendapakan skor 4 (baik), siklus Kedua 5 (sangat baik) dan meningkat menjadi 5 (sangat baik) pada siklus ketiga. Untuk memperjelas data di atas dapat dilihat pada diagaram 2 di bawah ini. 6 4 2 1 2 3 Siklus I Siklus II Siklus III 4 2 1 2 3 4 Siklus I Siklus II Siklus III 1. Aspek kecakapan lisan 2. Aspek kecakapan komunikasi tertulis 3. Aspek kecakapan bekerjasama Hasil Belajar Siswa 1. Aspek kecakapan menggali informasi 2. Aspek kecakapan mengolah informasi Setelah dilakukan pembelajaran dengan mengintergasikan PKH, peneliti melakukan tes dengan soal yang diberikan pada waktu siklus I, siklus I dan psot-test pada siklus III. Tes ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa terhadap pelajaran Page 78

JOURNAL PEDAGOGIA ISSN 289-3833 Volume. 4, No. 1, Februari 215 yang diberikan dari tiap-tiap pertemuan. Dari nilai post-test didapatkan siswa yang tuntas belajar ada 24 siswa, dan 1 siswa belum tuntas. Dan secara ketuntasan klasikal 96% siswa tuntas belajarnya. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat hasil nilai ujian pada lampiran. Berikut disajikan hasil tes dari tiap-tiap siklus yang sudah dilaksanakan Ketuntasan belajar siswa melalui soal tes I, tes II dan soal post-test menunjukkan ada peningkatan dari sikulus I ke siklus II dan siklus III.. Di siklus I siswa yang tuntas belajar ada sebanyak 14 siswa, di siklus II siswa yang tuntas ada sebanyak 2 siswa, dan ketuntasan belajar siswa dengan post-test di\pertemuan terakhir ada sebanyak 24 siswa yang tuntas, dan ada 1 siswa yang tidak tuntas. Untuk memperjelas rangkuman nilai ujian dapat dilihat pada diagram di bawah ini. 1 8 6 4 2 Diagram 4.3 hasil tes tiap siklus jumlah siswa Tes Siklus I Tes Siklus II Post-test Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar klasikal kelas dari 56% pada putaran I menjadi 8% pada putaran II kemudian meningkat 96% pada posttest akhir. Peningkatan ketuntasan belajar klasikal kelas dari putaran I ke putaran II disebabkan alokasi waktu yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kerumitan soal. Mengenai kenaikan ketuntasan klasikal kelas putaran II ke posttest siklus III lebih disebabkan karena tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan sudah baik. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa kualitas setrategi belajar dan hasil belajar yang mengintregasikan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) pada mata pelajaran trigonometri pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Baureno Bojonegoro dijelaskan sebagai berikut: Kecakapan Hidup siswa yaitu, kecakapan personal terjadi peningkatan kriteria dari sedang pada siklus I, kriteria baik pada siklus II dan kriteria baik pada siklus III. Kecakapan sosial juga terjadi peningkatan dari kriteria sedang pada siklus I, baik pada siklus II dan sangat baik pada siklus III. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan siswa yang tuntas pada siklus I ada sebanyak 14 siswa (56%), siklus II siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa (8%) dan pada siklus III sebanyak 24 siswa (96%). Peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus menunjukan bahwa hasil belajar siswa tergolong sangat bagus. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 28. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, 23. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi aksara Anwar. 26. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta Nur, Muhammad. 21. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: universitas Negeri Surabaya Page 79

Joko Purnomo, Pendidikan Kecakapan Hidup (PHK) Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kecakapan Personal dan Kecakapan Sosial Serta Prestasi Belajar Siswa SMA. Susanto, 28. Penyusunan Silabus dan RPP Berbasis Visi KTSP. Surabaya : Mata pena. Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru TIM BBE DEPDIKNAS. 23. Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Surabaya : SIC Wiraatmadja, Rochiati. 26. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya. Page 8