BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan reproduksi menjadi masalah serius yang menjadi

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

KUESIONER PENELITIAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Pada masa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna, 2010). Peradangan vagina, Vaginistis atau radang vagina bisa dipicu oleh infeksi kuman, atau reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Infeksi yang paling sering menyebabkan radang di bagian ini antara lain Tricomoniasis, Vaginosis Bakterial dan infeksi jamur Candidiasis. Vaginistis sangat mengganggu karena bisa menyebabkan gatal-gatal hingga iritasi (detikhealt.com, 2014). Dampak dari vaginitis juga bisa terjadi peningkatan keretanan terhadap infeksi HIV, kanker serviks, dan kemungkinan infertilitas (mandul) (Wikipedia dalam Fitria, 2011). Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilainilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap HIV/AIDS, penyakit 1 menular seksual (PMS) dan kehamilan dini (Anggraini, 2009).

Organ reproduksi harus sangat diperhatikan, tetapi masih banyak para remaja maupun orang dewasa yang kurang memperhatikannya, sebab di dalam budaya kita, orang merasa kurang nyaman membicarakan masalah seksual. Padahal, organ tersebut sangat membutuhkan perhatian, terutama kesehatan dan kebersihannya. Organ reproduksi pada wanita memang jauh lebih rumit dan rentan akan penyakit. Hal itu disebabkan karena secara anatomis, letak organ reproduksi wanita berada di dalam tubuh (detikhealt). Menjaga kebersihan alat kelamin (kemaluan) khusunya bagian luar merupakan bagian dari kebersihan diri. Miss V (alat kelamin) mudah sekali terkena penyakit karena cenderung selalu lembab, permukaannya sangat halus dan mudah sekali terluka. Tapi, tidak sulit juga untuk menjaganya, yaitu seperti penggunaan pembalut dari bahan lembut dan tidak beraroma, tidak berhubungan seks bebas, serta tidak menggunakan pembersih vagina secara berlebihan. Penyakit-penyakit yang menyerang Miss V tidak selalu berupa penyakit menular, bisa juga berupa reaksi radang karena alergi terhadap bahan-bahan tertentu seperti pembalut atau celana dalam. Apapun itu, tidak bisa dianggap remeh karena Miss V sangat vital perannya dalam sistem reproduksi (detikhealt.com, 2014). Hal ini perlu diketahui remaja putri agar tidak muncul masalah-masalah seperti keputihan, iritasi, timbulnya masalah infeksi pada saluran kemih, bau yang tidak menyenangkan, herpes kelamin, kutil kelamin, kanker serviks, infeksi pada daerah vagina (vaginitis) dll (detikhealt.com, 2014). Jika organ reproduksi wanita terkena masalah, misalnya bagi mereka yang tinggal di daerah tropis, udara yang panas dan cenderung lembab sering membuat merasa gerah dan berkeringat, keringat membuat tubuh kita lembab, terutama dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan yang akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga menimbulkan penyakit.

Pengeluaran lendir dari vagina yang berlebih bisa mengganggu aktivitas, karena letaknya yang tersembunyi sehingga mudah lembab, tempat keluarnya air seni sekaligus sebagai alat reproduksi, membuatnya mudah terjangkit bakteri. Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik yang masih gadis maupun yang telah menikah. Di luar vaginitis, organ intim tersebut memang normalnya mengeluarkan cairan, lingkungan dalam vagina memiliki kadar keasaman (ph) normalnya berkisar 3,5 4,5. Pada keadaan tak normal ph diatas 4,5. Akibatnya, mudah terkena infeksi atau peradangan atau juga disebut vaginitis (http://nad.bkkbn.go.id/article dalam Yuli 2010). Vaginitis dapat menghasilkan cairan, gatal dan nyeri dan seringkali dihubungkan dengan iritasi atau infeksi pada vulva, biasanya karena infeksi. Tiga jenis bakteri utama dari vaginitis adalah bakterial vaginosis (BV), kandidiasis vagina, dan trikomoniasis. Seorang wanita mungkin memiliki kombinasi dari infeksi vagina pada satu waktu. Gejala-gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan bakteri yang menginfeksi, meskipun ada gejala umum bahwa semua infeksi vaginitis miliki tanda peradangan atau bahkan dapat asymptomatic (Wikipedia dalam Fitria, 2011). Berdasarkan data WHO (2007), angka prevalensi tahun 2006, 25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 51%-15% trichomoniasis. Menurut Zubier (2002), wanita di Eropa yang mengalami keputihan sekitar 25%. Menurut Dharmawan (2007), angka skrining vaginitis di Indonesia berkisar antara 75-85%. Pada tahun 2004 kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%), umur 5-14 tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%). Pada tahun 1997 di Jakarta prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu : 6,7% candidiasis, tricomoniasis 5,4% dan bacterial vaginosis 5,1%. Menurut data tahun 2002 prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut : bacterial 53% candidiasis 3%. Tahun 2004 prevalensi

infeksi saluran reproduksi pada remaja putri dan wanita dewasa yang disebabkan oleh bacterial vaginosis 46%, candida albican 29%, dan tricomoniasis 12%. Berdasarkan data dinkes Jatim Tahun 2012 Januari sampai Juli jumlah penderita kanker serviks mencapai 802 orang. Depkes RI menunjukkan bahwa sampai Maret 2008 pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja. Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 14 kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005. Data penyakit infeksi menular seksual (IMS) remaja yang berobat ke RSHS tahun 1998 adalah 19 kasus pria, dan 20 kasus perempuan dari total kunjungan pasien baru 483 orang. Pada remaja pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore dan pada perempuan adalah bakterial vaginosis. Di RS Pirngadi Medan selama 2 tahun (1993-1994) untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 35,4% pada kelompok usia 20-24 tahun. Di RS Dr. Kariadi Semarang selama 4 tahun (1990-1994) tercatat 3.803 kasus IMS pada unit rawat jalan, 1325 kasus (38,8%) diderita oleh remaja berusia 15-24 tahun. Di RSUP Sanglah Denpasar tercatat 59,1% penderita IMS pada tahun 1995-1997 adalah kelompok remaja (IDAI, 2013). Vaginitis dapat juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja putri tentang perawatan genetalia seperti cara mencebok yang benar yaitu dari arah depan ke belakang, hal ini dilakukan untuk mencegah berpindahnya kuman-kuman dari anus ke vagina, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam (Aulia, 2012). Vaginitis terjadi ketika flora vagina terganggu oleh adanya mikroorganisme patogen atau perubahan lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme berkembang biak/berproliferasi. Iritasi perineal (vulvovaginitis) pada remaja umumnya terjadi karena perineal hygiene yang tidak adekuat (Leipert dan Peipert, 2004). Perilaku penggunaan pembersih vagina, kebersihan alat kelamin, cakupan air bersih, berganti-

ganti pasangan seksual dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tidak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi (vaginitis). Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan kejadian vaginitis (Mandals, dkk. 2006). Oleh sebab itu, perlu diketahui remaja putri bahwa menjaga kesehatan reproduksi khususnya pada alat kelamin bagian luar merupakan satu hal yang sangat penting, untuk menghindari masuknya bakteri, jamur, kuman ke dalam vagina dan mencegah terjadinya vaginitis. Untuk tenaga kesehatan diharapakan memberikan penyuluhan serta menghimbau dan mengajak para remaja untuk membuka mediacetak untuk menambah wawasan dan website untuk mengetahui berita terkini tentang kesehatan reproduksi serta masalahnya guna mensejahterakan kesehatan reproduksi remaja. Disini penulis tertarik mengambil tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, karena di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo memberikan layanan konseling, konsultasi, pembimbingan siswa, pengayom siswa terkait masalah atau kebutuhan yang mereka alami. Penyuluhan terkait salah satunya tentang kesehatan reproduksi remaja, secara rutin digelar dalam rangka mengendalikan perilaku yang menyimpang dan sebagai langkah preventif sekolah agar tidak terjadi kerusakan moral generasi muda. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pengetahuan remaja putri tentang vaginitis.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah sebagai berikut Bagaimana pengetahuan remaja putri tentang vaginitis? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan remaja putri tentang vaginitis. 1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis a. Bagi Institusi Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan dalam memberikan pendidikan khususnya masalah reproduksi atau khususnya maternitas dan dijadikan bahan kajian untuk peneliti selanjutnya. b. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang vaginitis, dan sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya. c. Bagi Sekolah Hasil ini dapat dijadikan masukan bagi tenaga pendidikan dalam rangka menambah pengetahuan remaja tentang vaginitis. 1.4.2 Praktis a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi siswi-siswi dalam mengetahui kesehatan reprodusi serta masalah yang ada di dalamnya. b. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sebagai referensi untuk meneliti lebih lanjut tentang vaginitis. 1.4.3 Keaslian Peneliti 1. Hasil penelitian dari Hany Handayani tentang Hubungan Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Remaja Putri Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna di MTs Pembangunan Tahun 2011 Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional bersifat analitik dengan jumlah sampel 102 orang. Hasil penelitian univariat diperoleh bahwa tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku remaja putri tentang kebersihan organ genitalia eksterna, pengetahuan baik sebesar 32 responden (31,4%), berpengetahuan cukup sebanyak 57 responden (55,9%) dan 13 responden (12,7%) yang berpengetahuan kurang.sikap baik 39 responden (38,2%),sikap cukup 19 responden (18,6%),sikap kurang 44 responden(43,1%),perilaku baik 51 responden (50%),perilaku cukup 39 responden (38,2%), perilaku kurang 12 responden (11,8%). Penelitian ini sama-sama meneliti tentang remaja putri tentang kebersihan organ genitalia, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling, instrument yang digunakan adalah kuesioner. Dan yang membedakan penelitian ini adalah tujuan penelitian pengetahuan remaja putri tentang vaginitis dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, tempat dan waktu pengambilan data, dan jumlah sempel penelitian. 2. Hasil penelitian yang dilakukan Dai yah di SMU Negeri 2 Medan tahun 2004 tentang perawatan organ reproduksi bagian luar dari 58 responden yang memiliki kategori baik 15

orang (25,86%), cukup 39 orang (67,24%) dan kategori kurang 4 orang (6,8%). Penelitian ini sama-sama meneliti remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Dan yang membedakan penelitian ini adalah tujuan penelitian pengetahuan remaja putri tentang vaginitis. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tempat dan waktu pengambilan data, dan jumlah sempel penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli Puji A yang berjudul hubungan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan sikap dalam mencegah terjadinya vaginitis. Hasil penelitian terhadap 60 responden, pada pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi didapatkan hasil baik (66,67%) dan buruk (33,33%). Sikap dalam mencegah terjadinya vaginitis positif (61,67%) dan sikap negative (38,33%). Penelitian ini sama-sama meneliti remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan sikap dalam mencegah terjadinya vaginitis dan yang membedakan penelitian ini, tujuan penelitian pengetahuan remaja putri tentang vaginitis., desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tempat dan waktu pengambilan data, dan jumlah sempel penelitian.