KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Materi Luas Permukaan serta Volume Prisma Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Barru

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI MELALUI KETRAMPILAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA PERKULIAHAN KALKULUS LANJUT

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMK SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. Marfi Ario 1)

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

IDENTIFIKASI BERPIKIR LOGIS MAHASISWA TIPE CLIMBER DAN QUITTER DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. FKIP, Universitas PGRI Madiun

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH MATERI GEOMETRI NON EUCLIDES UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN LEARNING STARTS

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN ALAT PERAGA

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

DEVELOPMENT OF PHYSICS-ORIENTED LEARNING DEVICE INQUIRY APPROACH ON THERMODYNAMIC MATERIALS OF CLASS XI SMA BASED ON CURRICULUM 2013

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA N 5 KOTA JAMBI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN

: BAYU PAMUNGKAS K

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH DALAM IPS

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

Penggunaan Media Tiruan Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pemahaman Siswa Friska Eris Novitasari,Titin Kartini Abstrak:

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMETIKA SOSIAL

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SKRIPSI

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD 3 TENGGELES MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATERI PECAHAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA ASPEK INFERENCE DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI SKRIPSI

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FUNGSI REKURSIF PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT MENURUT NEWMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

P 21 Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu Melalui Pembelajaran Matematika dengan Berbasis Masalah (Suatu Kajian Teoritis)

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN PENGGUNAAN METODE THE STUDY GROUP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

ARTIKEL PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Matematika.

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

Rifqi Hidayat 1), Nurrohmah 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Transkripsi:

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH Fransiskus Gatot Iman Santoso Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Katolik Widya Mandala Madiun Email : fransimansantoso@yahoo.com ABSTRACT The research was conducted aimed to determine students' critical thinking skills in solving problems in the course of analysis Geometric Transformations through problem based learning in mathematics. The ability to think critically examined is the ability to solve problems, in this matter of the analysis, the correct procedure and reasoned, correctly draw conclusions based on the facts and the arguments are valid. Students' critical thinking skills in solving problems related to the analysis of subject matter Geometric Transformations, namely translational, half-round, reflection and rotation. This research is descriptive qualitative approach. This study was conducted at Catholic University of Widya Mandala Madiun, and research subjects are students majoring in Mathematics Education Geometric Transformations course overflow Even semester academic year 2011/2012. Data collection techniques in this study using a test method, namely Critical Thinking Test. The results of this study are based on learning mathematics through problem obtained that the average Critical Thinking Skills (CBC) students in solving problems overall analysis on the subject Transformation Geometry of 5.53 and qualifies as being 'critical thinking skills. Keywords: Critial Thinking Skills, Problem Based Learning Mathematics PENDAHULUAN Matematika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah, dan juga merupakan mata pelajaran wajib bagi semua peserta didik. Tentu saja para peserta didik diharapkan dapat menguasai konsep-konsep yang dipelajarinya dengan baik. Kurangnya pemahaman dalam matematika mengindikasikan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep matematika. Kesulitan peserta didik dapat mengakibatkan peserta didik tidak mampu untuk berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Untuk mengatasi permasalahan ini, banyak faktor yang harus diperhatikan. Salah satunya faktor dari guru. Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan peserta didik untuk mencapai kemampuan yang maksimal atau terbaik. Guru harus mempersiapkan diri dari rencana pembelajaran sampai dengan tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Sebelum menjadi seorang guru, calon guru ini perlu dididik di perguruan tinggi, supaya calon guru ini mengetahui proses pendidikan dan pembelajaran yang ada. Sehingga, ketika calon guru ini terjun ke lapangan sudah siap menghadapi dunia pendidikan yang ada pada saat ini. Pada mata pelajaran matematika, calon guru atau mahasiswa pendidikan matematika harus memiliki kemampuan untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Hal ini dikarenakan, pada matematika dituntut untuk berpikir secara deduktif dan induktif, dan untuk menyelesaikan suatu masalah matematika tidak dengan satu penyelesaian saja. Namun, pada kenyataannya harapan itu belum sepenuhnya terwujud. Hal itu yang sering terjadi pada mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, khususnya pada matakuliah Geometri Transformasi. Apalagi materi yang ada pada matakuliah Geometri Tranformasi disampaikan pada peserta didik sekolah menengah, baik SMP maupun SMA, terutama translasi, refleksi dan rotasi. 11

Geometri Transformasi merupakan salah satu matakuliah yang harus ditempuh mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika pada tahun kedua semester genap. Deskripsi matakuliah ini adalah mahasiswa mampu memahami transformasi dalam geometri, isometri-isometri seperti translasi, setengah putaran, refleksi, rotasi, serta hasilkali beberapa isometri, hubungannya dan sifatsifatnya, sehingga terampil mengajar di sekolah menengah. Dari deskripsi matakuliah tersebut tersirat bahwa pada perkuliahan Geometri Transformasi harus mengoptimalkan kemampuan berpikir mahasiswa yang di dalamnya terdapat kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan proses intelektual yang meliputi mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi informasi, mengob-servasi, menrefleksi, sebagai dasar untuk mempercayai dan melakukan sesuatu (NCTM, 1989). Sedangkan Halpern (1984) menggambarkan berpikir kritis sebagai proses berpikir yang terarah dan bertujuan. Dengan demikian berpikir kritis adalah kegiatan yang beralasan berdasarkan faktafakta dan argumen yang valid sebagai acuan untuk melakukan sesuatu maupun mengambil keputusan. Pada pembelajaran Geometri Transformasi selama ini, ada kecenderungan lebih menekankan pada aspek menghitung atau menerapkan rumus dan teorema. Misalnya, setelah dosen menjelaskan definisi transformasi, mahasiswa langsung menentukan suatu transformasi dari fungsi tertentu. Dosen jarang bahkan kurang mengajukan pertanyaan analisis untuk melatih kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam membaca definisi. Misalnya, dari definisi transformasi, dosen seharusnya dapat mengajukan pertanyaan, apakah transformasi bersifat tunggal? Beri penjelasan! Jika memandang karakteristik materi Geometri Transformasi memungkinkan dosen untuk melatih kemampuan berpikir kritis mahasiswa, salah satunya dengan memberikan pertanyaan analisis. Pertanyaan analisis merupakan pertanyaan yang menuntut mahasiswa memecahkan permasalahan kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dan menentukan hubungan masing-masing bagian. Dalam mengembangkan keterampilan kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut. Banyak pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, salah satunya melalui pembelajaran matematika berdasarkan masalah. Pembelajaran matematika berdasarkan masalah merupakan pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Dengan menggunakan pembelajaran matematika berdasarkan masalah ini diharapkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dapat berkembang dan terampil. Dengan demikian selama pembelajaran ini, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Selain itu, dengan pertanyaanpertanyaan analisis diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajarnya. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada matakuliah Geometri Transformasi melalui pembelajaran matematika berdasarkan masalah. PEMBATASAN MASALAH Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian ini, serta agar penelitian ini lebih mendalam dan terarah, maka peneliti membatasi : 1. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan memecahkan masalah, dalam hal ini soal analisis, dengan prosedur yang benar serta beralasan, menarik 12

kesimpulan dengan benar berdasarkan fakta dan argumen yang valid. 2. Tes berpikir kritis yang diberikan pada mahasiswa setelah mahasiswa mengikuti pembelajaran matematika berdasarkan masalah di akhir pokokbahasan. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi universitas dan dosen bahwa untuk menyampaikan materi perkuliahan memperhatikan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. 2. Menambah pengetahuan tentang kemampuan berpikir kritis, dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran. 3. Bagi mahasiswa diharapkan bisa belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga bisa digunakan untuk membantunya belajar pada segala bidang dan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Sebelum peneliti melakukan penelitian lapangan untuk menyelesaikan permasalahan penelitian dan menganalisa hasil penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen penelitian yaitu instrumen rencana pembelajaran dan instrumen tes. Instrumen rencana pembelajaran disusun dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah (PBM), sedangkan materi perkuliahan diambil dari matakuliah Geometri Transformasi dengan pokokbahasan Translasi, Setengah Putaran, Refleksi dan Rotasi. Setelah instrumen rencana pembelajaran disusun, selanjutnya peneliti menyusun instrumen tes. Instrumen tes yang disusun adalah Tes Berpikir Kritis (TBK) dalam menyelesaikan soal analisis pada matakuliah Geometri Transformasi. TBK ini disusun sebanyak 4 (empat) soal tes, dan masing-masing soal analisis berkaitan dengan materi matakuliah Geometri Transformasi, yaitu Translasi, Setengah putaran, Refleksi dan Rotasi. Adapun subjek penelitiannya adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika yang mengampuh matakuliah Geometri Transformasi pada semester Genap Tahun Akademik 2011/2012. Setelah peneliti menyusun instrumen penelitian, baik instrumen rencana pembelajaran maupun instrumen tes, selanjutnya peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai instrumen rencana pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah sesuai pokokbahasan pada matakuliah Geometri Transformasi. Di akhir pembelajaran di masing-masing pokokbahasan, subyek penelitian dikenakan tes berpikir kritis. Setelah subjek penelitian dikenakan tes berpikir kritis dalam menyelesaikan soal analisis pada matakuliah Geometri Transformasi di masing-masing akhir pembelajaran berdasarkan pokokbahasan yang dipelajari, maka diperoleh hasil penelitian : 1. Rataan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada pokokbahasan Translasi sebesar 4,80 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang, dengan sebaran kriteria KBK sebagai berikut : Tabel 1. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) pada Pokokbahasan Translasi (S) Kriteria KBK Jumlah Persen KBK Rendah 3 20,00% KBK Sedang 10 66,67% KBK Tinggi 2 13,33% 2. Rataan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada pokokbahasan Setengah Putaran sebesar 5,67 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang, dengan sebaran kriteria KBK sebagai berikut : 13

Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) pada Pokokbahasan Setengah Putaran (H) Kriteria KBK Jumlah Persen KBK Rendah 4 26,67% KBK Sedang 6 40,00% KBK Tinggi 5 33,33% 3. Rataan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada pokokbahasan Refleksi sebesar 5,53 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang, dengan sebaran kriteria KBK sebagai berikut : Tabel 3. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) pada Pokokbahasan Refleksi (M) Kriteria KBK Jumlah Persen KBK Rendah 2 13,33% KBK Sedang 11 73,33% KBK Tinggi 2 13,33% 4. Rataan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada pokokbahasan Rotasi sebesar 6,13 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang, dengan sebaran kriteria KBK sebagai berikut : Tabel 4. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) pada Pokokbahasan Rotasi (R) Kriteria KBK Jumlah Persen KBK Rendah 3 20,00% KBK Sedang 6 40,00% KBK Tinggi 6 40,00% 5. masing-masing aspek penilaian Geometri Transformasi sebagai berikut : Tabel 5. Aspek Penilaian Ketepatan Sketsa/Gambar Persen 0 0 1 0 0 1 1,67% 1 15 8 6 9 38 63,33% 2 0 2 6 4 12 20,00% 3 0 4 3 2 9 15,00% Tabel 6. Aspek Penilaian Keruntutan Langkah Pengerjaan 0 1 3 2 3 9 15,00% 1 3 2 3 1 9 15,00% 2 11 10 10 11 42 70,00% Total 15 15 15 15 100,00 60 % Tabel 7. Aspek Penilaian Kebenaran Jawaban Setiap Langkah 0 3 3 2 3 11 18,33% 1 10 7 12 6 35 58,33% 2 2 5 1 6 14 23,33% Tabel 8. Aspek Penilaian Kebenaran Menyimpulkan Pernyataan 0 11 10 14 8 43 71,67% 1 4 5 1 7 17 28,33% Tabel 9. Aspek Penilaian Argumen 0 3 3 2 3 11 18,33% 1 10 7 8 3 28 46,67% 2 2 5 5 9 21 35,00% 6. Rataan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis secara keseluruhan pada matakuliah Geometri Transformasi sebesar 5,53 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang, dengan sebaran kriteria KBK sebagai berikut : Tabel 10. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) pada Matakuliah Geometri Transformasi Kriteria KBK Jumlah Persen KBK Rendah 3 20,00% 14

KBK Sedang 11 73,33% KBK Tinggi 1 6,67% PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian melalui pembelajaran matematika berdasarkan masalah diperoleh pada matakuliah Geometri Transformasi kemampuan berpikir kritis (KBK) mahasiswa dalam menyelesaikan soal analisis pada pokokbahasan Translasi sebesar 4,80, pada pokokbahasan Setengah Putaran sebesar 5,67, pada pokokbahasan Refleksi sebesar 5,53, pada pokokbahasan Rotasi sebesar 6,13 serta pada matakuliah Geometri Transformasi sebesar 5,53 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika berdasarkan masalah sudah dengan baik dalam melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan soal analisis yang diajukan selama pembelajaran berlangsung. Hasil ini menambah kebermaknaan pembelajaran berdasarkan masalah yang di dalam pembelajaran ini peserta didik mengerjakan masalah yang diajukan oleh pendidik, menyusun pengetahuan, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa di dalam pembelajaran berdasarkan masalah dilatih selama pembelajaran berlangsung dengan keterlibatan mahasiswa selama pembelajaran, melakukan investigasi terhadap masalah yang diajukan, bekerja bersama dalam menyelesaikan masalah yang diajukan, saling tanya jawab dan berdiskusi antar mahasiswa. Situasi seperti ini menghadapkan mahasiswa untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikan masalah, sehingga mahasiswa dituntut aktif selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu, mahasiswa diminta untuk mendesain, mengembangkan serta mempresentasikan artefak dan exhibit, selanjutnya mempresentasikan atau memamerkan hasil karya mahasiswa di depan kelas. Kebermaknaan ini dalam pembelajaran matematika berdasarkan masalah membuat kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menyelesaikan soal analitis pada matakuliah Geometri Transformasi pada kriteria sedang. Hal ini didukung dengan persen kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang mempunyai kriteria sedang dan tinggi sebesar 80% pada pokokbahasan Translasi, sebesar 73,33% pada pokokbahasan Setengah Putaran, sebesar 83,67% pada pokokbahasan Refleksi, sebesar 80,00% pada pokokbahasan Rotasi dan sebesar 80,00% pada matakuliah Geometri Transformasi. Geometri Transformasi pada tabel 5 yaitu aspek penilaian ketepatan sketsa/gambar menunjukkan bahwa 65% mahasiswa (dari skor 0 dan skor 1) masih kurang tepat membuat sketsa/gambar dalam. Hanya 15% mahasiswa saja yang tepat membuat sketsa/gambar dalam pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hal ini disebabkan mahasiswa kurang terbiasa diajukan dengan menggunakan sketsa/gambar. Padahal selama proses pembelajaran berdasarkan masalah dari tahap pertama pembelajaran sampai dengan tahap akhir pembelajaran, terutama bagian artefak dan exhibit, mahasiswa diwajibkan untuk mendesain artefak dan exhibit. Selain itu, mahasiswa diwajibkan mengembangkan serta mempresentasikan artefak dan exhibit. Selanjutnya mahasiswa mempresentasikan atau memamerkan hasil karya mahasiswa di depan kelas. Sehingga berakibat, kebermaknaan pembelajaran berdasarkan masalah kurang dimaknai dengan baik oleh peserta didik. 15

Geometri Transformasi pada tabel 6 yaitu aspek penilaian keruntutan langkah pengerjaan menunjukkan bahwa 70% mahasiswa sudah dengan baik dan runtut dalam langkah pengerjaan permasalahan yang diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hanya 30% mahasiswa (pada skor 0 dan skor 1) yang kurang baik dan kurang runtut dalam langkah pengerjaan permasalahan yang diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hal ini dikarenakan mahasiswa diwajibkan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Di dalam pembelajaran berdasarkan masalah, mahasiswa dilatih selama pembelajaran berlangsung dengan keterlibatan mahasiswa selama pembelajaran, melakukan investigasi terhadap masalah yang diajukan, bekerja bersama dalam menyelesaikan masalah yang diajukan, saling tanya jawab dan berdiskusi antar mahasiswa. Situasi seperti ini menghadapkan mahasiswa untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikan masalah, sehingga mahasiswa dituntut aktif selama pembelajaran berlangsung. Sehingga keruntunan langkah pengerjaan permasalahan yang diajukan pada diri mahasiswa tertanam dengan baik dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Geometri Transformasi pada tabel 7 yaitu aspek penilaian kebenaran jawaban setiap langkah menunjukkan bahwa 76,67% mahasiswa (dari skor 0 dan skor 1) masih kurang tepat untuk kebenaran jawaban setiap langkahnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hanya 23,33% mahasiswa saja yang tepat untuk kebenaran jawaban setiap langkahnya dalam pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hal ini dikarenakan sebagian besar mahasiswa kurang teliti dan kurang memeriksa kembali penyelesaian dalam menyelesaikan permasalahan yang diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang teliti dan kurang memeriksa kembali penyelesaian diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hal ini berakibat pada aspek penilaian Geometri Transformasi pada tabel 8 yaitu aspek penilaian kebenaran menyimpulkan pernyataan menunjukkan bahwa 71,67% mahasiswa yang tidak benar dalam menyimpulkan pernyataan dalam pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hanya 28,33% mahasiswa saja yang benar dalam menyimpulkan pernyataan dalam pada pembelajaran berdasarkan masalah. Geometri Transformasi pada tabel 9 yaitu aspek penilaian argumen menunjukkan bahwa 65,00% mahasiswa masih kurang untuk berargumen dengan baik dan benar diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hanya 35,00% mahasiswa saja yang dapat berargumen dengan baik dan benar diajukan pada pembelajaran berdasarkan masalah. Hal ini disebabkan mahasiswa kurang terbiasa dalam menyelesaikan permasalahan yang diajukan untuk berargumen dengan baik dan benar. Padahal selama proses pembelajaran berdasarkan masalah dari tahap pertama pembelajaran sampai dengan tahap akhir pembelajaran, terutama bagian artefak dan exhibit, mahasiswa diwajibkan untuk mendesain artefak dan exhibit. Hal ini dapat digunakan mahasiswa untuk saling berargumen dan menyampaikan pendapat antar sesama mahasiswa dalam satu kelompok. Selain itu, 16

mahasiswa diwajibkan mengembangkan serta mempresentasikan artefak dan exhibit. Selanjutnya mahasiswa mempresentasikan atau memamerkan hasil karya mahasiswa di depan kelas. Sehingga berakibat, kebermaknaan pembelajaran berdasarkan masalah kurang dimaknai dengan baik oleh peserta didik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal analisis pada Geometri Transformasi melalui pembelajaran berdasarkan masalah sebesar 5,53 dan masuk dalam kriteria kemampuan berpikir kritis sedang. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi pendidik a. Untuk memperhatikan kemampuan berpikir kritis peserta didiknya supaya dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan analisis. b. Dapat menggunakan pembelajaran matematika berdasarkan masalah sebagai alternatif pembelajaran guna melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan soal analisis. 2. Bagi peserta didik Untuk selalu melatih kemampuan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan soal analisis melalui berbagai bentuk pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. 6 th Edition. Boston:Mc Graw Hill Halpern, F. Diane. 1984. Thought and Knowledge an Introduction ti Critical Thinking. New Jersey:Lawrence Erlbaum Asspciate Inc. NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Rosyidi, Abdul Haris. 2011. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Analisis Berkaitan dengan Luas Daerah Bidang dan Volum Benda Putar. Surabaya:Proseding Seminar Nasional Matematika Unesa Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta : Prestasi Pustaka 17