BAGAIMANA CARA MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PARA SISWA? Fadjar Shadiq

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

MEMANFAATKAN ALFAMETIKA DAN CRYPTARITHMS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA Fadjar Shadiq

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq

Abdul Rofik SMA Negeri 1 Kota Cirebon ABSTRAK

BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indah Riezky Pratiwi, 2014

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

Praktek Pembelajaran Matematika. Oleh: Fadjar Shadiq, M. AppSc WidyaIswara PPPG Matematika

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT?

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

Bab I A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Cara Penggunaan Paket

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS RME BERORIENTASI TERCIPTANYA BERFIKIR TINGKAT TINGGI MATERI PERBANDINGAN KELAS VII

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?

Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Oleh: ESTI FITRIYANI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP. Nina Agustyaningrum

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

PENALARAN ATAU REASONING. MENGAPA PERLU DIPELAJARI PARA SISWA DI SEKOLAH? Oleh: Fadjar Shadiq

DEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA. Fadjar Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hedya Nurwijayaningsih, 2015

Ayo Belajar Memecahkan Masalah Logika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp:

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

03/02/2010. Mari kita renungkan bersama sama!!!

Pengembangan Modul untuk Guru SMK dalam Rangka Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Lima Tujuan Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pembelajaran Matematika dalam Pandangan Konstruktivisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. memformulasikan dan merealisasikan ide- ide mereka.

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq &

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan Programe for International Student Assessment (PISA) pada tahun

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN. kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

2014 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) dewasa

Mubashiroh et al., Penerapan...

PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA. Uki Suhendar 1., Arta Ekayanti 2

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAGAIMANA CARA MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PARA SISWA? Fadjar Shadiq Iklan yang ditampilkan Program Magister Manajemen (MM) salah satu universitas swasta di Indonesia cukup menggelitik karena telah menyatakan bahwa program MM pada jenjang Pascasarjana di universitas tersebut adalah untuk meningkatkan: Kemampuan Menentukan Kebijakan (Judgment Skill). Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem Solving Skill). Kemampuan dalam Pengambilan Keputusan (Decision Making Skill). Kemampuan Kewirausahaan (Entrepreneurship). Keempat kemampuan di atas memang sangat dibutuhkan para lulusan program MM setiap universitas ketika mereka sudah menyelesaikan program tersebut dan harus terjun ke lapangan. Alasannya, mereka harus mampu memecahkan masalah yang ditemuinya serta menentukan kebijakan dan mengambil keputusan yang tepat. Di samping itu, mereka harus mampu membuat terobosan-terobosan penting untuk memajukan lembaga maupun perusahaan yang dipimpinnya. Mengapa Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Sangat Penting Di dalam proses pengambilan keputusan misalnya, setiap lulusan program MM harus mampu mencari dan menemukan beberapa alternatif tindakan. Setelah itu, dengan analisis yang tajam dan akurat tentang kekuatan maupun kelemahan setiap alternatif yang ada tadi, dapatlah dipilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan yang ada tadi. Tidak hanya itu, mereka dituntut juga untuk memperhitungkan hambatan ataupun kendala yang mungkin muncul ketika salah satu dari beberapa alternatif itu telah dipilih dan telah dilaksanakan. Karenanya mereka dituntut untuk menyiapkan beberapa alternatif lain jika ada 1

hambatan dalam pelaksanaan (pengeksekusian) alternatif tindakan yang sudah dipilih tadi. Dari yang dipaparkan di atas tadi dapatlah disimpulkan bahwa pada proses pengambilan keputusan (decision making) tadi, para lulusan program Pasca Sarjana tersebut, dituntut untuk mampu menggunakan kemampuan berpikir tingkat tingginya, suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Haruslah diakui bahwa kemampuan atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) tersebut jauh lebih dibutuhkan di masa kini daripada di masa-masa sebelumnya. Secara khusus, Tran Vui (2001:5) mendefinisikan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut: Higher order thinking occurs when a person takes new information and information stored in memory and interrelates and/or rearranges and extends this information to achieve a purpose or find possible answers in perplexing situations Dengan demikian, kemampuan berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan menghubunghubungkannya dan/atau menata ulang dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan ataupun menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Iklan Progam MM di atas telah menunjukkan dan membuktikan pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut. Namun, ada beberapa pertanyaan yang dapat dimunculkan berkait dengan iklan di atas, di antaranya: Apakah peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti iklan di atas harus menunggu sampai di tingkat Pasca Sarjana? Apa peran pendidikan matematika di SD, SMP, maupun SMA didalam meningkatkan kemampun tersebut? Bagaimana cara pendidikan matematika di SD, SMP, maupun SMA didalam meningkatkan kemampun tersebut? 2

Untuk menjawab pertanyaan di atas, suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah tentang sudah dikenalnya beberapa ilmuwan dan matematikawan besar dunia seperti Euclides, Newton, ataupun Einstein. Namun di sisi lain, perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah cepat. Melihat keadaan seperti itu, salah satu pertanyaan tingkat tinggi yang sangat menarik, mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas di benak kita sehingga pertanyaan seperti inilah yang telah membedakan kita dengan penanyanya. Pertanyaan tersebut telah diajukan Schoenfeld (1988) dari University of California - Berkeley, salah seorang ahli pendidikan matematika yang sangat terkenal di bidang pemecahan masalah (problem-solving). Formulasi pertanyaannya adalah sebagai berikut: Take any of the greats in mathematics from the past, and imagine them alive today. Mathematics has changed drastically since their time. Would these people be completely at sea in modern mathematics, totally lost because the subject has changed so much? Terjemahan bebasnya, pilihlah matematikawan besar (hebat) dari masa lalu, lalu bayangkan mereka hidup lagi di masa sekarang, di mana Matematika telah sangat berubah (dan tentunya lebih maju) jika dibandingkan dengan matematika di masa mereka. Pertanyaan yang dapat diajukan sekarang adalah, apakah sang matematikawan hebat dari masa lalu itu lalu tidak bisa berbuat apa-apa lagi dengan adanya perubahan yang sangat hebat pada matematika itu sendiri? Jawabannya tentu tidak. Alasannya, para matematikawan tersebut memiliki beberapa kemampuan berpikir khusus, seperti kemampuan berpikir logis, rasional, kritis, imaginatif, dan kreatif. Kemampuan berpikir seperti itulah yang menjadi dasar kemampuan berpikir tingkat tinggi. Seperti telah dijelaskan di bagian depan, kemampuan seperti itu, tidak hanya memerlukan ingatan yang baik saja. 3

Kemana Arah Pengembangan Pendidikan Matematika Mengingat begitu pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi ini di dalam menghadapai persaingan bebas nanti, maka apakah peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti iklan di atas harus menunggu sampai di tingkat Pasca Sarjana, jawabannya tentu tidak. Karena mata pelajaran MIPA dikenal sebagai mata pelajaran yang sangat berperan di dalam meningkatkan daya nalar para siswa, maka peran pendidikan matematika di dalam meningkatkan kemampun tingkat tinggi itu sangatlah besar. Pertanyaan selanjutnya yang sangat penting dan sangat menentukan adalah, bagaimana cara pendidikan matematika di SD, SMP, maupun SMA di dalam meningkatkan kemampun tersebut? Untuk menjawab pertanyaan inilah, naskah ini ditulis. Berkait dengan pertanyaan di atas, Tran Vui (2001) mengindikasikan bahwa guru matematika, termasuk guru-guru matematika di Asia Tenggara sering menggunakan strategi mengajar yang dikenal sebagai pendekatan berpusat pada guru (teacher-centered approaches), pembelajaran langsung (direct instruction), ataupun pengajaran deduktif (deductive teaching). Pendekatan-pendekatan yang digunakan tersebut dikenal tidak akan atau sangat kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi para siswa. Pendekatan itu tidak menggugah siswa untuk berpikir dan berperan aktif selama proses pembelajaran. Mereka dilatih hanya untuk mengingat saja. Karenanya, berdasar penjelasan di atas, para siswa yang gurunya menggunakan pendekatan seperti itu akan menganggap pembelajaran matematika tidak menarik dan tidak relevan dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Agar proses pembelajaran lebih relevan, menarik, dan efektif; maka para guru harus menggunakan pendekatan CBSA (student-centered approaches), yang meliputi: pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran induktif (inductive learning), ataupun pembelajaran inkuari (inquiry learning); baik dengan pembelajaran sistem klasikal ataupun diskusi kelompok. Khusus untuk para guru matematika, penggunaan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education) ataupun Pembelajaran Kontekstual (Contextual 4

Learning) telah disarankan beberapa orang pakar (Nur, 2000) dan terutama oleh Direktorat PLP (Depdiknas, 2002). Pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme ini lebih memberikan kemudahan kepada para siswa untuk dapat membentuk (mengkonstruksi) sendiri pengetahuan matematika setelah mengalami kegiatan dengan hal-hal yang nyata bagi para siswa. Nyata di sini bukan hanya berarti dapat diamati pancaindera, namun nyata dapat berarti halhal yang dapat dipikirkan para siswa. Para matematikawan dan ahli pendidikan matematika di Indonesia melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD, SMP, dan SMA yang diterbitkan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, Puskur 2001) telah menyatakan atau menetapkan bahwa pemecahan masalah (problem-solving), penalaran (reasoning), dan komunikasi (communication) sebagai kompetensi dasar di samping kompetensi dasar lainnya yang sudah biasa seperti bilangan, sudut, integral, trigonometri, dan matriks. Pencantuman ketiga kompetensi dasar itu telah menunjukkan pengakuan akan pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi mulai dikenalkan sejak dini, sejak para siswa duduk di bangku SD. Hal itu merupakan salah satu kelebihan dari kurikulum berbasis kompetensi terbaru ini. Berdasar penjelasan di atas, inti sari yang didapatkan adalah, ketiga kompetensi di atas sangatlah penting karena ketiga kompetensi itulah yang membedakan beberapa ilmuwan dan matematikawan besar dunia seperti Euclides, Newton, ataupun Einstein dengan orang-orang kebanyakan. Ketiga kompetensi itu jugalah yang telah membedakan manusia dengan hewan. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) tersebut sangat penting dan sangat dibutuhkan, terutama dari masa-masa sebelumnya. Karenanya, usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) melalui pemecahan masalah (problem-solving), penalaran (reasoning), dan komunikasi (communication) perlu diantisipasi para guru matematika, dosen perguruan tinggi, widyaiswara LPMP dan PPPG sebelum kurikulum berbasis 5

kompetensi tersebut benar-benar diimplementasikan pemerintah. Pertanyaan yang dapat dimunculkan berkait dengan tiga kompetensi dasar yang merupakan tiga serangkai itu adalah: Kegiatan-kegiatan apa saja dalam proses pembelajaran matematika di kelas yang dapat digunakan yang dapat menunjang pencapaian peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut? Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi? Sejalan dengan teori pembelajaran terbaru seperti konstruktivisme dan munculnya pendekatan baru seperti RME (Realistic Mathematics Education), PBL (Problem Based Learning), serta CTL (Contextual Teaching & Learning), maka proses pembelajaran di kelas sudah seharusnya dimulai dari masalah nyata yang pernah dialami atau dapat dipikirkan para siswa, dilanjutkan dengan kegiatan bereksplorasi, lalu para siswa akan belajar matematika secara informal, dan diakhiri dengan belajar matematika secara formal. Dengan cara seperti itu, para siswa kita tidak hanya dicekoki dengan teori-teori dan rumus-rumus matematika yang sudah jadi, akan tetapi para siswa dilatih dan dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Jika pada masa-masa lalu, masalah diberikan setelah teorinya didapatkan para siswa, maka pada masa sekarang, masalah tersebut diberikan sebelum teorinya didapatkan para siswa. Sebagai guru matematika, pernyataan George Polya (1973: VII), berikut perlu mendapat perhatian kita, yang menyatakan bahwa: Yes, mathematics has two faces; it is the rigorous science of Euclid but it is also something else. Mathematics presented in the Euclidean way appears as a systematic, deductive science; but mathematics in the making appears as an experimental, inductive science. Pendapat Polya ini telah menunjukkan pengakuan beliau tentang pentingnya penalaran induktif (induksi) dalam pengembangan matematika. Jika pada masa lalu, siswa belajar matematika secara deduktif aksiomatis, maka pada masa kini, dengan munculnya teori-teori belajar seperti belajar bermakna dari Ausubel (belajar bermakna), teori belajar dari Piaget serta Vigotsky 6

(kontruktivisme sosial), para siswa dituntun ataupun difasilitasi untuk belajar sehingga para siswa dapat menemukan kembali (reinvent) atau mengkonstruksi kembali (reconstruct) pengetahuannya yang dikenal dengan kontekstual learning, matematika humanistik, ataupun matematika realistik. Proses pembelajaran seperti ini, pada tahap-tahap awalnya akan lebih menggunakan penalaran induktif daripada deduktif seperti yang dinyatakan Polya tadi. Mudahmudahan dengan proses pembelajaran seperti ini, pada akhirnya akan muncul penemu-penemu besar dari negara tercinta kita, Indonesia. Berkait dengan pemecahan masalah, terutama selama proses pembelajaran sedang berlangsung, W.W. Sawyer pernah menulis pernyataan berikut di dalam bukunya Mathematician s Delight, sebagaimana dikutip Jacobs (1982:12): Everyone knows that it is easy to do a puzzle if someone has told you the answer. That is simply a test of memory. You can claim to be a mathematician only if you can solve puzzles that you have never studied before. That is the test of reasoning. Pernyataan W.W. Sawyer ini telah menunjukkan bahwa pengetahuan yang diberikan atau ditransformasikan langsung kepada para siswa akan kurang meningkatkan kemampuan bernalar (reasoning) mereka. WW Sawyer menyebutnya sebagai hanya meningkatkan kemampuan untuk mengingat saja. Padahal di era global dan era perdagangan bebas, kemampuan bernalar dan kemampuan berpikir tingkat tinggilah yang akan sangat menentukan keberhasilan mereka. Karenanya, pemecahan masalah akan menjadi hal yang akan sangat menentukan keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah selama proses pembelajaran (Problem Based Lerning) sebagaimana dituntut Kurikulum Berbasis Kompetensi terbaru hendaknya menjadi suatu keharusan. 7

Penutup Tulisan ini telah menunjukkan tentang pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan Matematika, di samping IPA akan berperan sangat penting di dalam meningkatkan kemampuan bernalar para siswa. Sejalan dengan teori pembelajaran terbaru seperti konstruktivisme dan munculnya pendekatan baru, maka proses pembelajaran di kelas sudah seharusnya dimulai dari masalah nyata yang pernah dialami atau dapat dipikirkan para siswa, dilanjutkan dengan kegiatan bereksplorasi, lalu para siswa akan berdiskusi di dalam kelompoknya dan akan belajar matematika secara informal, dan diakhiri dengan belajar matematika secara formal. Dengan cara seperti inilah, para siswa kita tidak hanya dicekoki dengan teori-teori dan rumus-rumus matematika yang sudah jadi, akan tetapi para siswa dilatih dan dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Pada akhirnya, tulisan ini diharapkan dapat menggugah Bapak atau Ibu Guru Matematika, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah (problem solving) selama proses pembelajaran berlangsung sebagaimana dituntut Kurikulum Berbasis Kompetensi terbaru. Daftar Pustaka Depdiknas (2002). MPBS, Buku 5: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Dit PLP. Nur, M (2000). Realistic Mathematics Education. Jakarta: National Education Ministry. Jacobs, H.R. (1982). Mathematics, A Human Endeavor (2 nd Ed). San Fransisco: W.H. Freeman and Company. Polya, G. (1973). How To Solve It (2 nd Ed). Princeton: Princeton University Press. Tran Vui (2001). Effective Mathematics Teaching Strategies Inspiring Progressive Students: Student-Centered Approach. Penang, Malaysia: Recsam. 8