BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya menanamkan pendidikan kepada seseorang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. oleh sebab itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. aktif mengembangkan potensi didalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat. sudah banyak gedung-gedung sekolah yang dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan perwujudan diri individu. Tidak seorang pun manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari luar siswa atau faktor dari lingkungan (Sudjana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunukasi antar manusia,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipsndang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk. nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan. kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tata boga adalah pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kharissa Probosiwi, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan di sekolah dalam pembelajaran, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan sebagai suatu tempat berkumpul antara guru dan peserta didik, melainkan sebagai suatu sistem yang sangat kompleks dan dinamis, dan merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan. Lebih dari itu kegiatan inti dari sekolah adalah mengelola Sumber Daya Manusia yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada pembangunan bangsa. Salah satu lembaga formal adalah sekolah menengah kejuruan (SMK) yang diharapkan mampu melaksanakan tujuan pendidikan nasional yaitu menghasilkan siswa yang terampil dan siap bekerja dalam dunia usaha, sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan kejuruan yang lebih tinggi. SMK dikatakan formal karena sistemnya sudah terstandarisasi. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan Nasional dikatakan bahwa, standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia (PP No. 19 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 1). Sebagai lembaga pendidikan SMK memiliki bidang keahlian yang berbeda dan disesuaikan dengan 1

2 lapangan kerja yang ada. Di SMK para siswa di didik dan dilatih agar profesional dalam bidang keahliannya masing masing. Dalam mewujudkan siswa yang profesional di bidang keahliannya harus melalui berbagai proses pembelajaran, begitu juga tersedianya alat ukur untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa. SMK Negeri I Berastagi merupakan satu lembaga pendidikan kejuruan formal yang terdiri dari empat program keahlian, yaitu : Kriya Tekstil, Kriya Kayu,TPHP dan Perhotelan. Program keahlian Kriya Tekstil memiliki banyak program mata pelajaran produktif untuk mendukung tercapainya lulusan yang bermutu, diantaranya adalah batik teknik ikat celup.pembuatan batik teknik ikat celup dibutuhkan kemampuan menguasai teori dan praktek membatik sesuai dengan motif yang diinginkan. Karena kemampuan ini merupakan dasar di dalam pembuatan batik teknik ikat celup. Bagus tidaknya hasil jadi suatu produk batik tergantung dari kemampuan seseorang didalam menguasai materi batik teknik ikat celup. Batik teknik ikat celup merupakan pelajaran yang mempelajari tentang pembuatan batik dengan teknik ikat celup, dimana pada pelajaran ini siswa diharapkan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung, dapat menyelesaikan tugas dengan baik serta mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal dan eksternal. Dalam bukunya (Dimyati dan Mudjiono,2009) menyebutkan: Faktor internal (dari dalam diri siswa) meliputi hal-hal seperti: 1) sikap terhadap belajar, 2) motivasi belajar, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan mengelola bahan belajar, 5) kemampuan menggali hasil

3 belajar yang tersimpan, 6) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, 7) rasa percaya diri siswa, 8) intelegensi dan keberhasilan belajar, 9) kebiasaan belajar dan 10) cita-cita siswa. Sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) meliputi halhal sebagai berikut: 1) Guru sebagai pembina belajar, 2) Prasarana dan sarana pembelajaran, 3) Kebijakan penilaian, 4) Lingkungan sosial siswa di sekolah dan 5) Kurikulum sekolah. Rendahnya hasil belajar batik teknik ikat celup juga terjadi karena proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih mengunakan metode pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran berpusat pada guru (Teacher- Centered) bukan berpusat pada siswa (Student -Centered). Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat kurang aktif, baik bertanya maupun memberikan ide atau pendapat saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pembelajaran batik teknik ikat celup yang belum dipahami. Pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah didominasi pada pembelajaran batik teknik ikat celup cenderung berorientasi pada materi yang tercantum pada buku panduan dan jarang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran batik teknik ikat celup, siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru,belum terlihat variasi pembelajaran dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Batik Teknik Ikat Celup Kelas XI KT di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

4 Berastagi dikatakan bahwa, prestasi belajar secara individu mata pelajaran batik teknik ikat celup masih rendah,yaitu masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),hal ini dikatakan dengan masih banyaknya siswa yang mengikuti program remidi saat megerjakan tugas akhir semester sampai dengan 70%. Hal ini terlihat dari data dokumentasi guru mata pelajaran Batik Teknik Ikat Celup siswa kelas XI Kriya Tekstil T/A 2013 s/d T/A 2015 dengan jumlah 299 siswa yang terdiri dari 3 kelas. Siswa yang memiliki nilai kategori A (sangat baik) 7%, nilai pada kategori B (baik) 23% dan C (cukup/kurang) 70 % (lampiran1). Guru bidang studi menyatakan bahwa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru,siswa juga tidak membaca buku-buku pelajaran dan tidak mengerjakan tugas kalau tidak diperintahkan oleh guru. Siswa cenderung mengerjakan tugas disaat tugas akan dikumpulkan dan mengandalkan bantuan teman,siswa tidak berani mengerjakan tugasnya sendiri dan malas untuk berusaha. Siswa belum dapat merancang belajar secara mandiri sehingga siswa menjadi cepat bosan, kurang berkonsentrasi, dan kurang aktif dalam pembelajaran. Kondisi yang demikian menunjukkan kurangnya kemandirian siswa dalam pembelajaran batik teknik ikat celup. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya kemandirian belajar dari dalam diri siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat maksimal. Brookfield (dalam Yamin, 2008: 115) mengatakan bahwa belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan siswa secara bebas menentukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademik, dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan

5 belajarnya. Kemandirian belajar berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, termasuk dalam mata pelajaran batik teknik ikat celup. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai percaya terhadap kemampuannya sendiri, disiplin, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengejar prestasi, sehingga mereka tidak merasa rendah diri dan siap mengatasi segala masalah yang akan muncul sehingga prestasi akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Pengetahuan Batik Teknik Ikat Celup Siswa Kelas XI Kriya Tekstil SMK Negeri I Berastagi. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diindentifikasikan masalah masalah yang terjadi dalam hasil belajar batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya nilai rata rata mata pelajaran batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 2. Kurangnya kemandirian belajar siswa dalam mata pelajaran batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 3. Kurangnya kemampuan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 4. Hasil belajar mata pelajaran batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri Berastagi masih di bawah nilai KKM.

6 5. Kurangnya perhatian siswa pada saat guru menerangkan materi pembelajaran batik teknik ikat celup. 6. Kurangnya variasi pembelajaran yang disampaikan oleh guru bidang studi batik teknik ikat celup. C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan indentifikasi masalah serta untuk memperjelas permasalahan yang diteliti perlu diadakan pembatasan masalah. Berkaitan dengan itu penulis membatasi permasalahan ini pada masalah yaitu : 1. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI Kriya Tekstil SMK Negeri I Berastagi tahun ajaran 2015/2016. 2. Kemandirian belajar mata pelajaran Batik Teknik Ikat Celup pada materi batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 3. Hasil belajar pengetahuan kognitif mata pelajaran batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah pengertian batik teknik ikat celup,alat dan bahan pembuatan batik teknik ikat celup dan pewarnaan batik teknik ikat celup. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :

7 1. Bagaimana kemandirian belajar batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana hasil pengetahuan batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi tahun ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana hubungan kemandirian belajar terhadap hasil pengetahuan batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi tahun ajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Setiap usaha yang dilakukan berhasil apabila terlebih dahulu ada tujuan,demikian juga penelitian ini harus mempunyai tujuan tertentu agar dapat memberi gambaran secepatnya sesuai data data peneliti yang dilaksanakan,adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 2. Untuk mengetahui hasil pengetahuan batik teknik ikat celup siswa kelas XI KT SMK Negeri I Berastagi. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan kemandirian belajar terhadap hasil pengetahuan batik teknik ikat celup siswa kelas XI SMK Negeri I Berastagi. F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa menfaat sebagai berikut: 1. Guru bidang studi

8 Hasil penelitian ini diharapkan agar guru dapat memberi motivasi kepada siswa sehingga membangkitkan kemandirian belajar batik teknik ikat celup siswa. 2. Siswa Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk meningkatkan kemandirian belajarnya khususnya dalam mata pelajaran batik teknik ikat celup. 3. Sekolah Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah. kegiatan ilmia 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan