Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

dokumen-dokumen yang mirip
Pengurangan Dampak Buruk Napza Suntik

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM LJASS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PROSEDUR WAWANCARA PERAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DALAM PELAKSANAAN PERDA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 16 SERI E

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK BURUK PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

Memahami HIV/AIDS dan Pengurangan Dampak Buruk Napza Suntik

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

komisi penanggulangan aids nasional

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

Transkripsi:

Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm Reduction napza suntik

1.1 Kaitan HIV/AIDS dan Napza Suntik Penyebaran HIV di kalangan pengguna napza suntik atau penasun (Injecting Drug User/ IDU) menjadi kasus paling menonjol di sejumlah negara maju dan berkembang. Di kalangan penasun penyebaran HIV terjadi manakala peralatan suntik dipakai secara bergantian oleh banyak orang. Penggunaan Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 1

jarum suntik secara bergantian merupakan salah satu cara yang paling efisien menularkan HIV, virus penyebab AIDS. Dampaknya, penularan HIV di kalangan penasun bukan saja berlangsung dengan sangat cepat, tetapi juga menjadi inti bagi gelombang penularan ke kelom-pok masyarakat lain, terutama ke kelompok-kelompok yang aktif secara seksual hingga mengenai anakanak mereka. Pencegahan penggunaan narkoba adalah cara yang paling penting dalam mengatasi penyebaran HIV/AIDS. Namun, kendati berbagai upaya pencegahan t e l a h 2 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

dilakukan, penggunaan narkoba tetap menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa intervensi untuk menghentikan penggunaan narkoba ternyata hanya memberi sedikit dampak. Ada bukti bahwa angka kambuh pengguna narkoba dalam masa pemulihan yang kembali pada kebiasaannya adalah sangat tinggi, rata-rata 80-90 persen. 1.2 Pengertian Harm Reduction Napza Suntik Untuk menahan serta menghalangi laju penyebaran HIV di kalangan penasun, maka dikembangkanlah suatu pendekatan yang disebut Pengurangan Dampak Buruk atau Harm Reduction. Pengurangan dampak buruk napza dapat dipandang sebagai upaya pencegahan terhadap dampak buruk napza tanpa perlu mengurangi jumlah penggunaannya. Dengan kata lain, harm reduction lebih mengutamakan pencegahan dampak buruk napza, bukan pencegahan penggunaan napza. Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 3

1.3 Strategi Harm Reduction Napza Suntik Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS akibat dari penggunaan napza suntik, maka pendekatan harm reduction menggunakan strategi sebagai berikut: Pertama, penasun didorong untuk berhenti memakai narkoba; Kedua, jika penasun bersikeras untuk tetap memakai narkoba, maka ia didorong untuk berhenti mamakai cara menyuntik; Ketiga, jika penasun bersikeras memakai cara menyuntik, maka ia didorong dan dipastikan tidak memakai atau berbagi peralatan suntiknya secara bergantian dengan pengguna lain Keempat, jika tetap terjadi penggunaan bergantian, maka penasun didorong dan dilatih untuk menyucihamakan peralatan suntiknya 4 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 5

1.4 Program Harm Reduction Napza Suntik Beberapa program yang dilaksanakan secara simultan untuk mendukung strategi tersebut di atas adalah sebagai berikut: Program Penyediaan Jarum Suntik Steril dan Pemusnahan (PERJASUN) Program Pelayanan Kesehatan Dasar Program Penjangkauan, Komunikasi-Informasi- Edukasi, dan Rujukan Program-program tersebut diharapkan mampu mengubah perilaku pengguna sehingga mengurangi resiko infeksi HIV di antara penasun. 1.5 Pro Kontra Harm Reduction Napza Suntik Di banyak tempat, termasuk Indonesia, pendekatan harm reduction menimbulkan kontroversi karena dipandang oleh sebagian kalangan sebagai tindakan melegitimasi penggunaan napza. Kontroversi ini muncul karena kalangan penentang belum memahami secara utuh maksud, tujuan, 6 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

dan peran strategis harm reduction dalam konteks penanggulangan narkoba dan HIV/AIDS. Harm reduction sesungguhnya bertujuan untuk mencegah penyebaran HIV sesegera mungkin Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 7

di kalangan penasun. Kalau pendekatan ini tidak dilakukan, maka semua tujuan jangka panjang seperti penghentian penggunaan napza dan rehabilitasinya akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, pendekatan ini seharusnya dipandang sebagai pendekatan penting dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara lebih luas. 8 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

Bab 2 Program Penyediaan Jarum Suntik Steril & Pemusnahan Jarum Bekas (PERJASUN) Pengertian PERJASUN Tujuan program Sasaran program Pelaksana program Media program Sarana pendukung program Alur proses pelayanan Aturan & ketentuan khusus lainnya

2.1 Pengertian PERJASUN PERJASUN adalah suatu rangkaian kegiatan dalam penyediaan dan pemberian paket jarum suntik steril di puskesmas bagi penasun, serta pemusnahan limbah jarum suntik bekas yang telah diamankan. Program ini juga meliputi pendidikan, pemberian informasi, dan komunikasi Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 9

untuk mengubah perilaku beresiko dalam rangka pencegahan infeksi menular lewat darah. 2.2 Tujuan Program Program PERJASUN bertujuan untuk: Mendistribusikan peralatan suntik steril kepada penasun Menyediakan kemudahan bagi penasun dalam memperoleh peralatan tersebut; Memutus mata rantai penularan HIV/AIDS dan virus darah lainnya di kalangan penasun; Menciptakan perlindungan kepada masyarakat dari penularan penyakit melalui limbah suntik; Menyediakan suatu acuan dalam proses awal pendataan untuk kepentingan epidemiologi dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Perjasun. 10 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

2.3 Sasaran Program Obyek sasaran program adalah: Pengguna napza suntik (penasun) yang belum mampu berhenti; Limbah suntik. 2.4 Pelaksana Program Pelaksana inti program ini adalah Puskesmas, dengan tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut: Puskesmas bertanggung jawab terhadap pelaksanaan harian program beserta kegiatan administrasinya; Puskemas memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program beserta kegiatan administrasinya secara berkala (setiap bulan); Puskesmas melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan program kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 11

Puskesmas bekerja sesuai wilayah kerjanya. Puskesmas yang tidak menyediakan program PERJASUN dapat melakukan koordinasi dengan puskesmas atau rumah sakit lainnya yang menyelenggarakan program tersebut. 2.5 Media Program Peralatan utama yang digunakan dalam program ini meliputi: Spuit; Kondom; Leaflet; Alcohol swab (apus alkohol) Berbagai peralatan tersebut dikemas dalam bentuk Paket Perjasun yang akan dibagikan kepada penasun. Setiap Paket Perjasun terdiri dari 3 spuit, 3 alcohol swab, 3 kondom, dan selembar leaflet. 12 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

2.6 Sarana Pendukung Program Sarana pendukung program PERJASUN ini meliputi: Tempat pemberian dan pengumpulan Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 13

peralatan suntik di puskesmas; Kartu Perjasun dan Yankesdas (menggunakan kartu berobat yang berlaku di puskesmas); Buku Register Perjasun; Format Perjasun (terlampir); Sarung tangan; Safety box (penampungan limbah suntik); Rujukan insenerator; Penjempit suntikan; Masker; Desinfektan (klorin). 2.7 Alur Proses Pelayanan (alur terlampir) Secara umum alur pelayanan program PERJASUN adalah sebagai berikut: a. Penasun mendaftar di loket pendaftaran dengan menunjukkan Kartu Pasien Perjasun. Apabila penasun belum mempunyai kartu 14 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

b. c. tersebut, maka penasun bisa langsung mendaftarkan diri dengan memberikan data identitas sebagai berikut: Nama Tanggal lahir Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Identitas penasun akan dicatat petugas pada Buku Register Perjasun dan diberi nomor identitas; Setelah mendaftar, pasien bisa mendapatkan Paket Perjasun di tempat yang telah ditentukan dengan ketentuan: Pasien diijinkan mengambil maksimal dua paket Perjasun dalam satu kali kunjungan; Puskesmas menekankan kepada pasien untuk mengembalikan limbah suntik; Pelayanan dibuka setiap Senin - Sabtu jam 10.00 13.00, kecuali hari libur. Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 15

d. e. f. Petugas mencatat pada formulir yang tersedia, jumlah limbah suntik yang dikembalikan dan jumlah Paket Perjasun yang diberikan; Limbah suntik yang dikembalikan, kemudian dimasukkan ke dalam safety box oleh pasien sendiri, yang selanjutnya dikumpulkan dan dikirim untuk dimusnahkan di pusat rujukan insenerator terdekat; Pengamanan limbah suntik, yang meliputi pengumpulan dan pemusnahan, dilaksanakan dengan memperhatikan standar kewaspadaan umum. 2.8 Aturan & Ketentuan Khusus Lainnya Pasien dilarang membawa, mengedarkan, dan menggunakan napza ilegal di lingkungan puskesmas; Pasien harus mengikuti peraturan lain yang berlaku di puskesmas yang bersangkutan (tidak merokok, dll.) 16 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

Bab 3 Program Pelayanan Kesehatan Dasar (YANKESDAS) Pengertian YANKESDAS Tujuan program Sasaran program Pelaksana program Sarana pendukung program Alur proses pelayanan

3.1 Pengertian YANKESDAS Program pelayanan kesehatan dasar, atau disingkat YANKESDAS, adalah kegiatan penatalaksanaan kesehatan dasar bagi penasun. Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 17

3.2 Tujuan Program Mengobati penyakit penyerta; Meningkatkan kualitas hidup; Mengurangi resiko penularan. 18 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

3.3 Sasaran Program Sasaran utama program ini adalah pengguna napza suntik (penasun). 3.4 Pelaksana Program Petugas Puskesmas atau Rumah Sakit yang berwenang 3.5 Sarana Pendukung Program Sarana pendukung program ini meliputi: Kartu Pasien; Buku Register Medik; Kartu Catatan Medik; Obat-obatan; Masker; Desinfektan (klorin); Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 19

Sarung tangan; Peralatan standar kesehatan dasar; Alat bedah kecil (minor surgery). 3.6 Alur Proses Pelayanan a. b. c. d. e. f. Calon pasien mendaftar diri ke loket pendaftaran Puskemas atau Rumah Sakit; Pasien menunggu giliran pemeriksaan di ruang tunggu tanpa diskriminasi; Pasien diperiksa dan mendapat resep obat; Resep obat diberikan ke loket obat dan pasien menunggu kembali sampai obat selesai disiapkan; Setelah mendapatkan obat, pasien dapat pulang; Untuk kejadian-kejadian tertentu, seperti kondisi darurat, pasien dapat langsung mendapatkan pelayanan tanpa mengikuti alur tersebut di atas. 20 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

Bab 4 Program Penjangkauan, KIE, & Rujukan Pengertian program Tujuan program Sasaran program Pelaksana program Media program Alur proses pelayanan

4.1 Pengertian Penjangkauan adalah suatu kegiatan pendekatan personal maupun kelompok untuk melibatkan masyarakat termasuk penasun dalam upaya pengurangan dampak buruk napza di lingkungannya. Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 21

Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) adalah suatu upaya penyebaran dan pengembangan informasi dan ketrampilan mengenai pengurangan dampak buruk napza bersama masyarakat termasuk penasun untuk lingkungan setempat. Rujukan adalah fasilitasi kebutuhan pasien untuk mendapatkan informasi dan layanan ke tempat lain yang lebih memadai. 4.2 Tujuan Program Tujuan program Penjangkauan (dan KIE) - Menyebarluaskan serta mengembangkan informasi dan ketrampilan pengurangan dampak buruk napza kepada masyarakat termasuk penasun untuk lingkungan setempat; - Meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam upaya pengurangan dampak buruk napza termasuk promosi dan peningkatan cakupan layanan yang tersedia di 22 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

- - lingkungan setempat; Mengurangi stigma dan diskriminasi masyarakat dan pelayan kesehatan terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) dan penasun; Peningkatan upaya kesehatan masyarakat dengan mendekatkan penasun ke puskesmas terdekat. Tujuan program Rujukan - Memfasilitasi pasien untuk mendapatkan layanan sesuai kebutuhannya; - Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat pemakaian napza dan implikasinya; - Meningkatkan kualitas kesehatan pengguna napza melalui layanan rehab, substitusi oral, Anti-Retroviral (ARV), dan sebagainya. Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 23

4.3 Sasaran Program Kelompok sasaran program ini adalah Penasun dan masyarakat luas. 4.4 Pelaksana Program Pelaksana utama program adalah setiap individu, kelompok, maupun institusi di masyarakat yang memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan. 4.5 Media Program Media cetak; seperti leaflet, buku saku, poster, dan sejenisnya. Surat rujukan. 24 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

4.6 Alur Pelaksanaan (skema terlampir) Pelaksana melakukan pendekatan kepada penasun dan masyarakat sekitar agar mereka bersedia terlibat aktif dalam program; Selanjutnya, melalui pengembangan kegiatan dan materi KIE, pelaksana bersama masyarakat Program Pengurangan Dampak Buruk Narkotika 25

merujuk pasien untuk mendapatkan layanan yang tersedia; Puskesmas memberikan Surat Rujukan Puskesmas bagi pasien yang membutuhkannya agar pasien yang bersangkutan bisa mendapatkan layanan yang memadai 26 Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat

Lampiran Alur Layanan PERJASUN dan YANKESDAS Skema Penjangkauan, KIE, dan Rujukan Contoh format Register Pasien PERJASUN Contoh formulir data jarum keluar dan masuk Daftar Penyedia Layanan HIV dan Napza di Jawa Barat

Lampiran 1 Alur Layanan PERJASUN dan YANKESDAS

Lampiran 2 Skema Penjangkauan, KIE, dan Rujukan

Lampiran 3 Contoh Format Register Pasien PERJASUN Tgl Daftar Nama Tgl lahir No. Identitas Pekerjaan Alamat dst

Lampiran 4 Contoh Formulir Data Jarum Keluar & Masuk

Lampiran 5 Daftar Penyedia Layanan Rehabilitasi HIV & Napza di Jawa Barat