PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN HASIL DEM PULAU JIEW DARI TURUNAN DSM SRTM 90 DENGAN INTERPOLASI KRIGING TERHADAP INTERPOLASI COKRIGING

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Atriyon Julzarika Peneliti Bidang Bangfatja, Pusbangja, LAPAN ABSTRACT

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB II RADAR APERTUR SINTETIK INTERFEROMETRI. (Interferometric Synthetic Aperture Radar INSAR)

PEMODELAN 3D KOTA SEMARANG TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT DENGAN CITRA SATELIT SPOT5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

Teknik Penurunan Digital Surface Model (DSM) dari Citra Satelit ALOS Menjadi Digital Elevation Model (DEM) (Studi Kasus: Cilacap, Indonesia)

STUDI PENGAMATAN PENURUNAN DAN KENAIKAN MUKA TANAH MENGGUNAKAN METODE DIFFERENTIAL INTERFEROMETRI SYNTHETIC APERTURE RADAR

BAB II DASAR TEORI. II.1 Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

BAB IV STUDI KASUS GUNUNG API BATUR - BALI

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

PENGGUNAAN METODE INSAR DIFERENSIAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORMASI ERUPSI GUNUNG MERAPI PADA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Evaluasi Wilayah dan Pengenalan Lokasi untuk Keperluan Rekayasa. Ishak Hanafiah Ismullah 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Eko Yudha ( )

I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

ISTILAH DI NEGARA LAIN

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Atriyon Julzarika *), Bambang Sudarsono **)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jupi Nurul Azkiya Retnadi Heru Jatmiko

TEKNIK PEMODELAN 3D CITRA SATELIT LAPAN TUBSAT DENGAN VIDEOGRAMMETRI (Studi Kasus: Gunung Semeru)

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS CITRA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

KAJIAN PEMANFAATAN DEM SRTM & GOOGLE EARTH UNTUK PARAMETER PENILAIAN POTENSI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR ROB. Arief L Nugraha, Hani ah *)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

PENGENALAN TEKNOLOGI RADAR UNTUK PEMETAAN SPASIAL DI KAWASAN TROPIS. Haniah, Yudo Prasetyo *)

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

Kata Kunci : Deformasi; Gunung Merapi; InSAR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

Ilustrasi: Proses Produksi

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

dalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

Analisa Data Foto Udara untuk DEM dengan Metode TIN, IDW, dan Kriging

Transkripsi:

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM) Susanto *), Atriyon Julzarika **) *) Peneliti Bidang Bangfat, Pusbangja, LAPAN **) Staf Pusbangja, LAPAN ABSTRACT Nowadays, radar is one solution in finishing the problem of cloud effects. Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) can result higher accuracy and precision, also vertical accuracy better that optical data. The important applications in making 3D model include Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM), and Digital Terrain Model (DTM). In this research, it was resulted DEM and DTM InSAR Batam City that were differentialed from DSM InSAR Batam City. Result of this 3D models can support mapping application and any other applications. Keywords: InSAR, DSM, DEM, DTM ABSTRAK Pada saat ini, radar merupakan salah satu solusi dalam menyelesaikan permasalahan bebas efek awan. Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) dapat menghasilkan akurasi dan presisi lebih tinggi, bahkan akurasi vertikal juga lebih baik dibandingkan data optik. Aplikasi yang penting adalah dalam pemodelan 3D yang meliputi Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM), dan Digital Terrain Model (DTM). Pada penelitian ini diperoleh DEM dan DTM InSAR Kota Batam yang diturunkan dari DSM InSAR Kota Batam. Hasil pemodelan 3D ini dapat mendukung untuk aplikasi pemetaan dan berbagai aplikasi lainnya. Kata kunci: InSAR, DSM, DEM, DTM 1 PENDAHULUAN Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) adalah teknologi penginderaan Jauh yang menggunakan citra hasil sensor radar dari pesawat udara/satelit (Julzarika, 2007). Sensor radar pada pesawat udara dan satelit memancarkan gelombang radar secara konstan, kemudian gelombang radar tersebut direkam setelah diterima kembali oleh sensor akibat dipantulkan oleh target di permukaan bumi. Citra radar yang diperoleh dari pesawat udara maupun satelit berisi dua informasi penting. Informasi tersebut adalah daya sinar pancar berupa fase dan amplitudo yang dipengaruhi oleh banyaknya gelombang yang dipancarkan serta dipantulkan kembali. Gambar 1-1 merupakan grafik fase pada satu amplitudo dalam perekaman citra radar. Gambar 1-1: Grafik fase Pada saat gelombang dipancarkan dilakukan pengukuran fase. Pada citra yang diperoleh dari tiap elemen citra (piksel) akan memiliki dua informasi tersebut. Intensitas sinyal dapat digunakan 154

Pemanfaatan Interferometric Synthetic Aperture Radar... (Susanto et al.) untuk mengetahui karakteristik dari objek yang memantulkan gelombang tersebut, sedangkan fase gelombang digunakan untuk menentukan apakah telah terjadi pergerakan (deformasi) pada permukaan yang memantulkan gelombang tersebut. InSAR merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengekstraksi informasi tiga dimensi (3D) dari permukaan bumi dengan pengamatan fase gelombang radar (Julzarika, 2007). Pada awalnya radar interferometri digunakan untuk pengamatan permukaan Bulan dan planet Venus. Pada tahun 1974 teknik ini diaplikasikan pertama kali di bidang pemetaan. Untuk memperoleh topografi dari citra harus dipenuhi dua buah syarat, yaitu objek di permukaan bumi yang dicitrakan harus dapat terlihat dengan jelas atau memiliki resolusi citra yang tinggi sehingga dapat dilakukan interpretasi dan identifikasi yang sesuai. Selain itu citra harus memiliki posisi tiga dimensi yang cukup sehingga daerah yang akan dipetakan dapat diketahui topografinya. Kedua hal tersebut hanya dapat dipenuhi oleh teknik InSAR. Hal inilah yang menyebabkan semakin banyak bidang kajian yang mengaplikasikan InSAR. Teknik interferometri mencitrakan suatu objek di permukaan bumi dengan cara melakukan pengamatan terhadap beda fase dua gelombang pendar yang berasal dari satu objek. Pada penelitian ini, data InSAR yang digunakan menggunakan wahana pesawat udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pemodelan 3D berupa DEM dan DTM hasil turunan DSM InSAR. 2 DASAR TEORI 2.1 Metode Pencitraan InSAR Metode pencitraan InSAR dapat diterapkan pada wahana pesawat terbang maupun wahana satelit. Pada wahana pesawat terbang digunakan dua antena pada saat yang sama dan melakukan pencitraan dengan sekali melintas (single pass), sedangkan pada wahana satelit digunakan satu antena dengan melakukan pencitraan dengan melintas lebih dari sekali pada waktu yang berbeda (multi pass). Pada penggunaan dua buah antena, berdasarkan posisi antena dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu posisi melintang pesawat terbang (accross track), dan memanjang pesawat terbang (along track). Gambar 2-1 merupakan metode pencitraan dengan wahana satelit dengan sekali melintas (single pass). Gambar 2-1: Metode Pencitraan InSAR dengan wahana satelit, juga mirip wahana pesawat terbang 2.2 Multi Pass, Accross Track, dan Along Track InSAR dapat dilakukan dengan wahana satelit dan wahana pesawat terbang. Teknik InSAR yang menggunakan satelit dilakukan dengan cara pengulangan lintasan (multi pass). Pengulangan lintasan pada daerah yang sama di permukaan Bumi memungkinkan terjadi perubahan liputannya. Perubahan liputan lahan ini mempengaruhi sinyal balik radar. Penggunaan dua satelit yang memiliki perbedaan waktu melintas 1 hari, maka liputan lahan relatif masih tetap. Sensor pada satelit untuk melakukan penginderaan InSAR ke arah samping kanan dengan sudut masuk sebesar 23 derajat dan tegak lurus arah lintasan. Hal ini menyebabkan pada saat satelit bergerak pada posisi naik dari selatan ke utara yang disebut juga ascending sensor mengarah ke timur, sebaliknya saat descending dari arah 155

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 utara ke selatan sensor mengarah ke barat. Sedangkan pada pencitraan InSAR dengan pesawat terbang menggunakan konsep posisi melintang pesawat terbang (accross track), dan memanjang pesawat terbang (along track). Hasil InSAR yang dihasilkan jauh lebih akurat dan presisi dibandingkan dengan wahana satelit. Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode along track sehingga geometri citra sudah dalam posisi orthoimage. Apabila dicitrakan oleh suatu sensor, dua titik di permukaan bumi yang memiliki jarak dan azimuth tertentu kemungkinan kedua titik tersebut muncul pada satu elemen citra (piksel) yang sama, padahal kedua titik tersebut kenyataannya memiliki tinggi yang berbeda, namun menjadi tidak dapat dibedakan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya sensor lain (sensor kedua) yang dapat menunjukkan adanya perbedaan elevasi di antara kedua titik tersebut. Sensor kedua melakukan pencitraan dengan posisi berbeda dengan sensor pertama. Pada masing-masing citra untuk titik yang sama akan mempunyai nilai fase yang berbeda. Beda fase itulah yang merupakan fungsi tingginya. Beda fase ini memiliki nilai pada rentang minus phi hingga positif phi, sehingga hanya dapat diukur dengan ambiguitas 2 phi. 2.3 Garis Dasar (Baseline) Dalam menentukan beda fase salah satu hal yang menentukan adalah pencitraan kedua yang dibedakan dengan pencitraan pertama oleh garis dasar (baseline). Garis dasar ini disebut juga dengan nama garis dasar interferometrik. Garis dasar interferometrik pesawat udara radar dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Semakin pendek garis dasar interferometrik maka pengaruh terhadap perubahan tinggi akan semakin besar. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya panjang garis dasar interferometrik, maka derau fase juga akan semakin meningkat sehingga terjadi ketidaksesuaian antara citra utama dengan citra kedua. 2.4 Aplikasi InSAR InSAR yang merupakan salah satu metode dari SAR saat ini banyak digunakan untuk pemetaan topografi daratan dan permukaan es, studi struktur geologi dan klasifikasi batuan, studi gelombang dan arus laut, studi karakteristik dan pergerakan es, pengamatan deformasi, dan gempa bumi (http://wwwrcamnl.wr.usgs.gov, 2007). Khusus untuk bidang deformasi, kini InSAR menjadi alternatif teknologi yang menjanjikan dalam penelitian deformasi seperti penurunan tanah (land subsidence) dan penelitian gempa bumi. Penggunaan InSAR dalam penelitian gempa bumi berkembang setelah terjadinya gempa Landers di Amerika, yang terdokumentasikan serta terinformasikan deformasinya dengan baik oleh citra InSAR. Selain itu InSAR dapat digunakan untuk penentuan groundwater deformation (http://csrc.ucsd.edu, 2007). 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Pada penelitian ini InSAR digunakan untuk pemodelan 3D dimana data masukan sudah berupa DSM. InSAR tersebut diperoleh dari sensor radar pada wahana pesawat terbang. Data yang berupa DSM tersebut dapat dibuat DEM dan DTM dengan menggunakan persamaan matematika/algoritma tertentu. DTM yang dihasilkan memiliki akurasi dan presisi lebih tinggi. Perangkat lunak yang digunakan adalah Global Mapper, Ilwis, dan EduPac. DSM merupakan suatu model permukaan digital dengan referensi permukaan objek terhadap Mean Sea Level (MSL) 18.61 tahun. Pembuatan DSM ini menggunakan metode Interferometri. Pada Gambar 3-1 ditunjukkan DSM InSAR kota Batam, yang digunakan untuk menghasilkan DEM dan DTM. 156

Pemanfaatan Interferometric Synthetic Aperture Radar... (Susanto et al.) Gambar 3-1: DSM InSAR Kota Batam 3.2 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan diagram alir seperti ditunjukkan pada Gambar 3-2. DEM tersebut dibuat dengan penurunan dari Digital Surface Model (DSM) dengan menggunakan persamaan DSM2DEM yang ditambah dengan interpolasi Kriging dan CoKriging. Persamaan ini dapat dihitung dengan hitung perataan kuadrat terkecil. Pemodelan 3D dengan interpolasi Kriging ini harus memenuhi kisaran tertentu (Julzarika dan Sudarsono, 2009), sebagai berikut. Tinggi setiap titik penelitian adalah hi meter, hi=tinggi terhadap ellipsoid. Kisaran arah sumbu x : X = X-dx i s.d X+dx i Maka range X = X (pada penelitian ini lebih mengutamakan elevasi/sumbu z) Kisaran arah sumbu y : Y = Y-dy i s.d Y+dy i Maka range Y = Y (pada penelitian ini lebih mengutamakan elevasi/sumbu z) Kisaran arah sumbu z :Z = Z-dz i s.d Z+dz i dxi, dyi, dan dzi adalah simpangan baku titik yang diperoleh dari model matematika dengan hitung perataan. Penelitian ini menggunakan interpolasi Kriging. Mulai DSM InSAR DEM InSAR Penentuan model 3D dan algorithm Jaring kontrol geodetik Penentuan model 3D dan algorithm Jaring kontrol geodetik Interpolasi Kriging Pemodelan 3D Interpolasi Kriging Pemodelan 3D tidak Uji range tidak Uji range ya ya (1). DEM InSAR (2).DTM InSAR Selesai Gambar 3-2: Diagram alir penelitian 157

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) dengan InSAR DEM merupakan model permukaan digital dengan referensi tinggi geodesi (tinggi di atas ellipsoid) dan belum dilakukan koreksi geodetik. Penurunan menjadi DEM ini menggunakan interpolasi Kriging yang dibantu dengan penentuan jaring kontrol geodetik. Interpolasi Kriging digunakan karena merupakan interpolasi yang secara geostatistik dan menghasilkan akurasi dan presisi tinggi. Gambar 4-1 menunjukkan DEM InSAR Kota Batam. 4.2 Pembuatan Digital Terrain Model (DTM) dengan InSAR DTM merupakan model permukaan digital dengan referensi tinggi di atas mean sea level yang sudah dilakukan koreksi geodetik berupa koreksi terrain, jarak pendek, jarak menengah, dan lainlain. Terrain yang dihasilkan sudah memiliki akurasi dan presisi tinggi. Selain itu nilai tinggi sudah berupa tinggi normal/terrain, bukan elevasi lagi. Hasil pemodelan 3D berupa DTM ini dapat digunakan untuk aplikasi keteknikan skala besar sampai skala sangat besar. DTM dari data InSAR ini memiliki akurasi vertikal sebesar 1 meter untuk resolusi spasial 5 meter. Pada Gambar 4-2 ditunjukkan tampilan DTM InSAR Kota Batam. Gambar 4-1: DEM InSAR Kota Batam Gambar 4-2: DTM InSAR Kota Batam 158

Pemanfaatan Interferometric Synthetic Aperture Radar... (Susanto et al.) 5 KESIMPULAN Berdassarkan kajian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan: InSAR merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemetaan skala menengah sampai besar dengan wahana pesawat terbang dan satelit serta memiliki keunggulan bebas efek awan. InSAR juga dapat digunakan untuk pemodelan 3D yang meliputi DSM, DEM, DTM dan dapat menghasilkan akurasi vertikal yang lebih baik. InSAR dapat digunakan untuk berbagai aplikasi keteknikan. DAFTAR RUJUKAN Anonim, 2007. World Wide Web, http://wwwrcamnl.wr.usgs.gov. Anonim, 2007. World Wide Web, http://csrc.ucsd.edu. Julzarika, A., 2007.Survei Hidrografi I. Materi Kuliah Teknik Geodesi UNDIP, Semarang. Julzarika, A. and Sudarsono, B., 2009. Penurunan Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi Model Elevasi Dijital (DEM) dari Citra Satelit ALOS Palsar, Jurnal Teknik UNDIP, Semarang. 159