PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 62.A TAHUN 2014 TENTANG LARANGAN MENJUAL MAKANAN/MINUMAN DAN MAINAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PERTIMBANGAN BUPATI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 SERI D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANJAR

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG PENYELENGGARAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 57 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR ARSIP DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 86 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 11 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 250 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN

Transkripsi:

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan evaluasi terhadap hasil penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan di Kabupaten Purwakarta, masih sering terjadi tawuran antar peserta didik dan penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik yang tidak sesuai dengan norma kepatutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. bahwa keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah menyimpang dari tujuan pendidikan nasional, sehingga perlu peran serta pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan tawuran dan penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, untuk mencegah dan menanggulangi tawuran, dan mengatur penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik perlu menetapkan peraturan Bupati tentang pencegahan dan penanggulangan tawuran dan penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dinas Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 1 Tahun 2013;

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Bupati adalah Bupati Purwakarta. 3. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga yang selanjutnya disebut Disdikpora adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta. 4. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Purwakarta. 5. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 6. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Maksud Pencegahan dan penanggulangan tawuran dan penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik dalam peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah melalui OPD terkait untuk mengambil langkah-langkah baik preventif maupun represif terhadap perbuatan atau perilaku tawuran dan penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik. (2) Tujuan Pencegahan dan penanggulangan tawuran dan penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik dalam peraturan Bupati adalah a. menciptakan Kabupaten Purwakarta bebas tawuran peserta didik; dan b. membentuk sikap disiplin dan taat aturan dalam penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik.

BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup peraturan Bupati ini meliputi : a. pencegahan tawuran peserta didik; b. penanggulangan tawuran peserta didik; dan c. penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik. BAB III PENCEGAHAN TAWURAN PESERTA DIDIK Bagian Kesatu Upaya Pencegahan Pasal 4 (1) Untuk mencegah terjadinya tawuran peserta didik di Kabupaten Purwakarta, Disdikpora menyusun pedoman pembinaan kesiswaan bagi seluruh peserta didik di Kabupaten Purwakarta. (2) Dalam penyusunan pedoman pembinaan kesiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Disdikpora berkoordinasi dengan seluruh OPD dan lembaga lain yang terkait. (3) Seluruh satuan pendidikan wajib melaksanakan dan menerapkan pedoman pembinaan kesiswaan yang disusun oleh Disdikpora ke dalam peraturan sekolah dan kegiatan kesiswaan di setiap satuan pendidikan. Pasal 5 (1) Untuk mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanggulangan tawuran peserta didik dibentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik Kabupaten Purwakarta. (2) Susunan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang sekurangkurangnya terdiri dari unsur : a. Pembina : Bupati Purwakarta b. Pengarah : 1. Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta 2. Assisten Sekda Bidang Pemerintahan Setda Kabupaten Purwakarta c. Ketua : Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta d. Sekretaris : Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta

e. Anggota : 1. Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Purwakarta; 2. Unsur Kepolisian Resort Purwakarta; 3. Unsur Kementerian Agama Republik Indonesia; 4. Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Daerah pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Purwakarta; 5. Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Purwakarta; 6. Kepala Bidang Pendidikan Menengah pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta; 7. Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta; 8. Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta; 9. Kepala Bidang Pemuda dan Olah Raga pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta; 10. Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan pada Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. (3) Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibantu oleh Sekretariat Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik, yang terdiri dari unsur Disdikpora. (4) Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik dan Sekretariat Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 6 OPD yang membidangi ketentraman dan ketertiban melakukan pemantauan di lapangan berupa patroli secara berkelanjutan terhadap kegiatan peserta didik atau suatu situasi yang mengarah kepada tindak kekerasan atau tawuran. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 7 Dalam rangka pembinaan kesiswaan Disdikpora wajib : a. memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada setiap satuan pendidikan berkenaan dengan pencegahan tawuran dan program pembinaan kesiswaan;

b. memantau dan mengawasi pelaksanaan pembinaan kesiswaan oleh setiap satuan pendidikan; c. berkoordinasi dengan OPD terkait, pihak kepolisian atau lembaga lain dalam upaya pencegahan tawuran dan pelaksanaan pembinaan kesiswaan; d. memberikan laporan kepada Bupati secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali atas pelaksanaan program pembinaan kesiswaan, atau secara insidentil apabila terjadi tawuran atau terdapat indikasi yang mengarah kepada terjadinya tawuran peserta didik. Pasal 8 Dalam rangka pelaksanaan dan penerapan pedoman pembinaan kesiswaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (3), setiap satuan pendidikan wajib: a. menyusun program pembinaan kesiswaan; b. penerapan disiplin peserta didik yang meliputi antara lain disiplin waktu belajar, berpakaian, ketertiban lingkungan, dan perilaku peserta didik; c. melakukan pemantauan terhadap semua kegiatan kesiswaan baik di dalam maupun di luar satuan sekolah; d. melakukan pemeriksaan/razia secara berkala terhadap barang yang dibawa oleh peserta didik ke sekolah; e. menjalin komunikasi secara aktif dengan para orang tua/wali peserta didik; f. melakukan koordinasi secara aktif dengan pihak kepolisian untuk turut serta dalam melakukan pembinaan kesiswaan; g. mencegah peserta didik melakukan kekerasan/perpeloncoan kepada peserta didik lain; h. membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik yang mengacu kepada pedoman pembinaan kesiswaan. i. memberikan laporan kepada Disdikpora melalui pengawas sekolah: 1. secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali atas setiap pelaksanaan dan penerapan pedoman pembinaan kesiswaan pada satuan pendidikan masing-masing. 2. secara insidentil apabila terjadi kasus tawuran atau terdapat indikasi yang mengarah kepada terjadinya tawuran peserta didik. (1) Setiap peserta didik wajib: Pasal 9 a. mengikuti program pembinaan kesiswaan di satuan pendidikan masing-masing; b. menghormati pendidik dan tenaga kependidikan; c. memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan Purwakarta bebas tawuran;

d. mencintai keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara, serta menyayangi sesama peserta didik; e. mencintai dan melestarikan lingkungan; f. ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, keamanan, dan ketertiban umum; g. menjaga kewibawaan dan nama baik satuan pendidikan yang bersangkutan; dan h. mematuhi semua peraturan yang berlaku. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di bawah bimbingan dan keteladanan pendidik dan tenaga kependidikan, serta pembiasaan terhadap peserta didik. Bagian Ketiga Larangan Pasal 10 Untuk mencegah terjadinya tawuran peserta didik, setiap satuan pendidikan dilarang : a. menerima peserta didik yang dikeluarkan dari satuan pendidikan lain karena terlibat tawuran; b. membiarkan peserta didik berada di luar lingkungan sekolah pada waktu jam belajar; c. membiarkan peserta didik mempengaruhi peserta didik lain untuk melakukan kekerasan; d. membiarkan peserta didik melakukan kegiatan kekerasan/perpeloncoan kepada peserta didik lain baik di dalam maupun di luar lingkungan satuan pendidikan; dan/atau e. menggunakan simbol atau atribut sekolah kepada peserta didik, kecuali untuk kegiatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Setiap peserta didik dilarang : Pasal 11 a. melakukan tawuran atau terlibat dalam tawuran antar peserta didik; b. mempengaruhi peserta didik lain untuk melakukan tindakan kekerasan; c. melakukan tindakan kekerasan kepada peserta didik lain; d. membawa barang atau benda seperti senjata tajam, benda keras, cairan kimia berbahaya dan sejenisnya yang tidak diperintahkan untuk kegiatan pembelajaran; e. menumpang kendaraan bak terbuka seperti truk, pick up dan sejenisnya baik secara sendiri atau bergerombol; f. menggunakan pakaian seragam yang beratribut sekolah; g. bergerombol pada tempat tertentu tanpa tujuan yang jelas; dan/atau

h. keluar malam saat jam beribadah dan jam belajar (18.00 21.00 WIB), kecuali pada malam libur sekolah. BAB IV PENANGGULANGAN TAWURAN PESERTA DIDIK Pasal 12 Dalam hal terjadi tawuran antar peserta didik, Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik Kabupaten Purwakarta melakukan : a. peninjauan di tempat terjadinya tawuran antar peserta didik; b. inventarisasi satuan pendidikan dan peserta didik yang terlibat dalam tawuran; c. identifikasi terhadap peristiwa terjadinya tawuran, peserta didik pelaku tawuran dan peserta didik dan/atau pihak lain yang menjadi korban tawuran; dan d. merumuskan langkah penanganan paska tawuran dan memberikan saran dan rekomendasi kepada Bupati. Pasal 13 Peserta didik yang terlibat dalam tawuran yang terindikasi melakukan tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku oleh pihak yang berwenang. BAB V PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK Pasal 14 (1) Untuk mewujudkan ketertiban penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik, Disdikpora melakukan langkah sebagai berikut : a. berkoordinasi dengan OPD terkait dan kepolisian untuk melakukan pembinaan berlalu lintas kepada peserta didik; b. menyusun panduan penggunaan kendaraan bermotor bagi peserta didik; c. mensosialisasikan kurikulum pendidikan berlalu lintas dan panduan penggunaan kendaraan bermotor kepada semua satuan pendidikan; d. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik melalui pengawas sekolah; e. menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati terhadap penggunaan kendaraan bermotor oleh peserta didik.

(2) Seluruh satuan pendidikan wajib melaksanakan tata tertib penggunaan kendaraan bermotor di lingkungan satuan pendidikan masing-masing melalui langkah sebagai berikut : a. mengajarkan kurikulum pendidikan berlalu lintas; b. melaksanakan panduan penggunaan kendaraan bermotor pada satuan pendidikan masing-masing; c. melakukan pemeriksaan kepada peserta didik berkenaan dengan kelengkapan dokumen kendaraan bermotor seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Surat Izin Mengemudi (SIM); d. melakukan pemeriksaan terhadap standar keamanan dan keselamatan berkendaraan bermotor, seperti helm yang terstandarisasi. e. melakukan penertiban lokasi parkir kendaraan bermotor; dan f. memberikan laporan pelaksanaan tertib kendaraan bermotor kepada Disdikpora melalui pengawas sekolah. (3) Satuan pendidikan dilarang menerima peserta didik yang dikeluarkan dari satuan pendidikan lain karena terlibat geng motor atau menjadi anggota geng motor. Pasal 15 (1) Setiap peserta didik pengguna kendaraan bermotor wajib: a. memiliki dokumen kendaraan bermotor seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Surat Izin Mengemudi (SIM); b. menggunakan kendaraan bermotor sesuai standar keamanan dan keselamatan seperti penggunaan ban standar, kaca spion, knalpot standar dan helm standar; c. bagi peserta didik pengguna kendaraan bermotor roda 2 (dua) tidak boleh membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang; dan/atau d. mengendarai kendaraan bermotor dengan menjunjung tinggi etika berlalu lintas; (2) Setiap peserta didik pengguna kendaraan bermotor dilarang: a. terlibat dalam kegiatan geng motor atau menjadi anggota geng motor; b. mengendarai kendaraan bermotor tanpa dilengkapi dokumen kendaraan bermotor berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Surat Izin Mengemudi (SIM); c. menggunakan kendaraan bermotor yang tidak sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan seperti menggunakan ban yang tidak standar, tidak menggunakan kaca spion, knalpot yang tidak standar dan helm yang tidak memenuhi standar keselamatan; d. membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang bagi peserta didik pengguna kendaraan bermotor roda 2 (dua); e. mengendarai kendaraan bermotor secara ugal-ugalan; f. menggunakan kendaraan bermotor yang menimbulkan kebisingan; dan/atau

g. menggunakan kendaraan bermotor pada waktu jam belajar. (3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di bawah bimbingan dan keteladanan pendidik dan tenaga kependidikan, serta pembiasaan terhadap peserta didik. BAB VI SANKSI Pasal 16 Satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 dikenai sanksi administratif berupa : a. teguran/peringatan; b. pencabutan izin memimpin sebagai kepala sekolah bagi sekolah swasta; c. pembebasan jabatan sebagai kepala sekolah bagi sekolah negeri; d. larangan menerima peserta didik baru pada tahun ajaran berikutnya; atau e. pencabutan izin operasional satuan pendidikan. Pasal 17 (1) Peserta didik yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dikenai sanksi administratif berupa: a. teguran/peringatan; b. skorsing; c. dikeluarkan dari satuan pendidikan; atau d. denda administratif paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). (2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan penerimaan daerah dan disetor ke kas daerah. Pasal 18 (1) Satuan pendidikan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa teguran/peringatan. (2) Satuan pendidikan yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (3) diberi sanksi administratif berupa teguran/peringatan dan perintah untuk mengeluarkan peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 19 (1) Peserta didik yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) dan melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran/peringatan ; b. skorsing atau; c. Denda administratif paling banyak Rp.5.000.000,- ( Lima juta rupiah ). (2) Peserta didik yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (2) huruf a dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran/peringatan; b. skorsing; atau c. dikeluarkan dari satuan pendidikan. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 20 Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan tawuran peserta didik dan kegiatan geng motor masyarakat dapat berperan serta secara aktif antara lain dengan: a. memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu keadaan yang mengarah kepada tawuran peserta didik atau terjadinya tawuran peserta didik. b. memberikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan atau aktifitas geng motor; c. memberikan masukan atau sumbang saran terkait pemecahan masalah tawuran peserta didik atau geng motor; d. melakukan kegiatan pembinaan atau pendidikan kepada generasi muda untuk menjauhi budaya kekerasan, tawuran dan geng motor; e. membuat spanduk, pamflet atau media komunikasi lainnya yang berisi himbauan atau penolakan aksi tawuran dan/atau geng motor; f. melakukan tindakan baik yang bersifat pencegahan atau penanggulangan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 21 Biaya operasional Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tawuran Peserta Didik Kabupaten Purwakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purwakarta.

BAB IX PENUTUP Pasal 22 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Purwakarta. Ditetapkan di Purwakarta pada tanggal 19 Februari 2014 BUPATI PURWAKARTA, Ttd. DEDI MULYADI Diundangkan di Purwakarta Pada tanggal 19 Pebruari 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA Drs. H. PADIL KARSOMA,M.Si BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2014 NOMOR 46