BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL UPAYA POLISI DIY DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam masyarakat. Kekerasan itu dapat berupa kekerasan fisik. sebagai pelampiasan nafsu seks.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

[

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

Institute for Criminal Justice Reform

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu tindak kriminal yang semakin marak terjadi adalah persetubuhan, ironisnya

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap orang yang melihat atau memandangnya. 20. penyiksaan dan perlakuan tidak senonoh lainnya terhadap perempuan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabatnya serta dijamin hak-haknya untuk tumbuh dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dibidang hukum. Hal ini seiring degan amanat Undang-undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak kekerasan yang sering terjadi di dalam masyarakat. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik dan/atau psikis. Kekerasan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kekerasan fisik berupa kejahatan kesusilaan yang kebanyakan korbannya adalah anak-anak dan pelakunya bisa orang dewasa dan/atau juga anak-anak. Hal tersebut dikarenakan anak-anak mempunyai sifat keluguan dan kepolosan yang sering disalahgunakan oleh orang lain untuk kepentingan diri sendiri sebagai pelampiasan nafsu seksualnya. Moral manusia yang mengalami kemerosotan saat ini menghilangkan rasa kepekaan, nilai-nilai kerohanian, kejujuran, cinta kasih, kekeluargaan dan iman. Hal ini dibuktikan dengan beragam jenis fenomena kehidupan yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa dan oleh karena itu, sewajarnya anak harus mendapat perlindungan dari keluarga, masyarakat dan negara.

2 Anak merupakan amanah sekaligus karunia termulia dari Tuhan Yang Maha Esa,yang memiliki hak asasi manusia, harkat dan martabat luhur yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun juga dan tanpa ada satupun terkecuali. Anak-anak sangat rentan menjadi korban tindak pidana kesusilaan karena disamping mudah di rayu juga tidak mempunyai kekuatan untuk melawan. Pelaku tindak pidana kesusilaan pada umumnya adalah orang yang dekat atau seseorang yang dikenalnya seperti keluarga, tetangga, pengasuh atau guru maupun orang yang tak dikenalnya sekalipun. Pada umumnya seseorang melakukan tindak pidana kesusilaan terhadap anak disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti ekonomi, pendidikan yang rendah, media komunikasi dan media massa seperti majalahmajalah ataupun buku-buku prono, gambar-gambar porno, video porno. Ada juga karena faktor pengangguran, adanya kesempatan dan rendahnya penghayatan serta pengalaman terhadap norma-norma keagamaan. 1 Mencermati fenomena-fenomena yang ada di masyarakat, khususnya peristiwa tindak pidana kesusilaan yang dilakukan terhadap anak menimbulkan berbagai kritik dari berbagai kalangan. Hal tersebut perlu 1 Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, tahun 2001, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV.Novinda Mandiri, Jakarta

3 menjadi bahan refleksi bagi bangsa karena kehidupan bangsa ini melandaskan asas pancasila tetapi realitanya dalam kehidupan sosial tidaklah seperti itu. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala pelanggaran hukum dalam bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. 2 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 2 Bab I ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

4 Kepolisian Negara RI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menengakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 3 Atas dasar ketentuan tersebut, maka peran kepolisian tidak hanya sebatas pada proses penyidikan tindak pidana kesusilaan namun juga berperan dalam memelihara ketertiban di dalam masyrakat, tak terkecuali dalam hal pencegahan tindak pidana kesusilaan tersebut khususnya adalah anak. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 huruf b ayat (2) merumuskan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Maksud dari pasal ini adalah bahwa hak anak tetap dilindungi oleh undangundang dan negara untuk mengayomi, menyejahterahkan serta membela dari segala macam tindakan yang merampas hak-hak anak. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terutama dalam Pasal 287 merumuskan bahwa barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar pernikahan, padahal diketahui atau sepatutnya di duga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. 3 Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

5 Pasal 290 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Ke-2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin. Ke-3. Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh diluar pernikahan dengan orang lain. Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merumuskan bahwa setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan perbuatan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan pada ayat (2) ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau

6 orang lain. Pasal 82 merumuskan bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00(enam puluh juta rupiah). Menurut Wakapolda DIY kasus terhadap anak cukup mengkhawatirkan selama tahun 2012, laporan kasus kesusilaan terhadap anak hingga 59 kasus dan pada tahun berikutnya (2013) meningkat menjadi 65 kasus kesusilaan terhadap anak. 4 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan mengkaji masalah tentang Peran Polda DIY Dalam Penanggulangan Anak Korban Tindak Pidana Kesusilaan B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas penulis dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Upaya Polisi DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Dengan Korban Anak? 4 Daerahsindonews.com

7 2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Polisi DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Dengan Korban Anak? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengkaji dan menganalisis upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis kendala-kendala dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. D. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian meliputi : 1. Bagi penulis : Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak dan kendala-kendala dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. 2. Bagi Masyarakat : Untuk menambah wawasan masyarakat mengenai upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan

8 Untuk pengembangan ilmu hukum secara umum dan hukum pidana khususnya mengenai upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Upaya Polisi DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Dengan Korban Anak merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi Polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. Berdasarkan penelusuran penulis diperpustakaan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ada beberapa judul skripsi dengan tema yang sama tetapi ada perbedaan, yaitu: 1. Bernadheta Sulistya Utaminingsih alumni Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, NPM 06 05 09428 dengan judul Penengakan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Kesusilaan Dalam Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Wates. Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana proses penegakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana kesusilaan dalam wilayah hukum pengadilan negeri wates dan untuk mengetahui hambatan apa yang

9 ditemui dalam proses penegakan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kesusilaan dalam wilayah hukum pengadilan negeri wates. Kesimpulan dari penelitiannya adalah proses penegakan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kesusilaan terdapat kekhususan yaitu penyelidikan dan penyidikan diusahakan dilakukan oleh polisi penyidik wanita agar bisa lebih mengerti jiwa anak dan hambatan yang ditemui dalam proses penegakan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kesusilaan dalam wilayah hukum pengadilan negeri wates yaitu masih ada penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana kesusilaan yang pelakunya anak dilakukan oleh penyidik yang belum mempunyai banyak pengalaman, terbatasnya sarana dan prasarana, dalam pelaksanaan persidangan korban yang sebagian anak-anak tidak mau menceritakan dengan jujur, masih ada perbedaan pendapat antara hakim dan jaksa, pendampingan lembaga sosial yang tidak bisa maksimal untuk mendampingi anak dalam sidang anak. 2. Ronggo Brahmono alumni Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, NPM 05 05 09222 dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Percabulan. Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk memperoleh data tentang bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban percabulan dan untuk memperoleh data tentang hambatan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak korban percabulan. Kesimpulan dari penelitiannya,

10 bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak korban tindak pidana percabulan yaitu setiap anak berhak mendapatkan perlindungan hukum akan perlakuan diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan seksual, perlindungan hukum terhadap berbagai macam perlakuan diskriminasi dan perlakuan salah, perlindungan hukum dari segala bentuk eksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana percabulan yaitu kurangnya pengetahuan hukum masyarakat, orang tua dari anak yang menjadi korban percabulan tidak mau melapor ke pihak yang berwenang dan kurang ditegakkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. F. Batasan Konsep 1. Kepolisian Segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Anak Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 3. Korban

11 Seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 4. Tindak Pidana Menurut Moelyatno adalah tindakan atau perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, barang siapa yang melanggar larangan tersebut dapat juga dikatakan bahwa tindakan atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana asal saja pada waktu itu diingat bahwa larangan ditunjukkan pada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang). 5. Kesusilaan Menurut Terminologi Hukum Pidana adalah Kesusilaan moral dengan norma kesopanan, khususnya di bidang seksual. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum normatif. Pengkajian norma-norma hukum ini dilakukan dengan meneliti norma hukum positif yang dapat dari bahan pustaka atau data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 2. Sumber Data

12 a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang kekuatan berlakunya mengikat, seperti peraturan perundang-undangan, antara lain : 1) Pasal 28 huruf b ayat (2) Undang Undang Dasar 1945 2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. 4) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168. 5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang termuat dalam Lembaran Negara Nomor 4235. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum dan pendapat hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berkaitan dengan penelitian ini, diperoleh dari buku, website, jurnal dan makalah. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Balai Pustaka, Jakarta 3. Metode Pengumpulan Data

13 Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi kepustakaan yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mencari, menemukan dan mempelajari bahan yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang dapat menunjang hasil wawancara. b. Wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mengemukakan pertanyaan terhadap narasumber untuk mengetahui tentang fakta-fakta, informasi, pendapat dan saran dari narasumber. Wawancara dilakukan terhadap Kompol Zulham Efendi Lubis, S.iK sebagai Kepala Unit VC Ditreskrimum Polda DIY dengan menggunakan bentuk pertanyaan terbuka yaitu bentuk pertanyaan yang jawabannya adalah penjelasan dari narasumber. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Analisis Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif, yaitu data yang sudah terkumpul akan diseleksi dan diolah berdasarkan kualitasnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahn penelitian sehingga didapatkan

14 suatu gambaran tentang upaya polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak. 6. Proses Berpikir Langkah terakhir dalam menarik kesimpulan dilakukan dengan proses berpikir atau prosedur bernalar secara deduktif, yaitu penarikan kesimpulan yang bertitik tolak dari preposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum yang berjudul Upaya Polisi DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Dengan Korban Anak, terdiri dari 3 (tiga) BAB yaitu BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum. BAB II PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK A. Tinjauan Umum Tentang Polisi

15 B. Tinjauan Umum Tentang Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan 1. Pengertian Tindak Pidana kesusilaan 2. Sebab sebab terjadinya Tindak Pidana Kesusilaan C. Tinjauan Umum tentang Anak Korban Tindak Pidana Kesusilaan 1. Pengertian Anak 2. Pengertian Korban 3. Keberadaan Anak Korban Tindak Pidana Kesusilaan D. Upaya dan kendala Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan 2. Kendala yang dihadapi Polisi DIY dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran