Perbedaan Pola dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu. Dengan Ras Arabik

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

DAFTAR PUSTAKA. 2. Acharya AB, Sivapathasundharam B. Forensic Odontology. In: Rajendran R,

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS ARABIK LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

`BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum terbagi

PERBEDAAN POLA RUGE PALATAL PADA PENDUDUK KETURUNAN DEUTRO MELAYU DENGAN KETURUNAN CINA DI JAWA TENGAH JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

ABSTRAK. Kata kunci: analisis Bolton, rasio keseluruhan, rasio anterior, suku Tionghoa, suku Papua

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

HUBUNGAN ph SALIVA DENGAN KARIES PADA KEHAMILAN TRIMESTER PERTAMA DAN KEDUA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP DENGAN EROSI GIGI Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Kelurahan Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah

HUBUNGAN JUMLAH GIGI SUSU DENGAN POLA MAKAN ANAK USIA 9-24 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN RUGA PALATAL UNTUK IDENTIFIKASI FORENSIK

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.

Types and Origins Analysis of Palatal Rugae in Males and Females for

PENGARUH PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA DAN PEMBESARAN GINGIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN KEPUASAN ANTARA PASIEN ASKES DAN PASIEN JAMKESMAS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR.KARIADI SEMARANG

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH

Dentofasial, Vol.11, No.3, Oktober 2012: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

PERBEDAAN INDEKS PERIODONTAL DAN SKOR PEMBESARAN GINGIVA KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG YANG MENDAPAT PERAWATAN GIGI DAN TIDAK MENDAPAT PERAWATAN GIGI

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP DENGAN KEJADIAN DISKOLORASI GIGI (Studi Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah)

PENGARUH PAJANAN ASAP TERHADAP JUMLAH CANDIDA DI RONGGA MULUT. Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

LEBAR MESIODISTAL GIGI PERMANEN RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA MALAYSIA DI FKG USU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK. Kata kunci: Pasta gigi herbal, pasta gigi non herbal, indeks plak, ortodontik cekat.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

ALUR PENELITIAN. (Required space )

PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

Symmetric Measures. Asymp. Std. Approx. T b Approx. Measure of Agreement Kappa

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

KARYA TULIS ILMIAH. PENGARUH MEROKOK TERHADAP ph SALIVA TERSTIMULASI PADA PEROKOK DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

INTISARI. Kata kunci: tekanan darah, dataran tinggi, dataran rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

ABSTRAK. Kata kunci : anak SD, jajanan, sukrosa, ph saliva, indikator ph, karies

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SIKAT GIGI ELEKTRIK DAN SIKAT GIGI KONVENSIONAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN PENGUKURAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA)

Kata kunci: sefalometri; ortodontik; metode konvensional; metode computerized radiograph

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Universitas Lampung. Abstrak

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Kata kunci: Arch Length Discrepancy (ALD), indeks Howes, indeks Pont, Model studi

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

DATA PENELITIAN SUBJEK. Nama :... No. Telp :... Suku Bangsa :...

PENGARUH LETAK TENSIMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

Kata kunci: budaya menginang, karies gigi, Talaga Paca.

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP. DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo Kota Semarang, Jawa Tengah

Transkripsi:

Perbedaan Pola dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu Dengan Ras Arabik JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum Fahreza Hanifa Akbar 22010110120062 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

Perbedaan Pola dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu Dengan Ras Arabik Fahreza Hanifa Akbar 1, Oedijani Santoso 2 ABSTRAK Latar belakang : Ruge palatal mempunyai morfologi unik dan individualistik yang berbeda antara masing-masing individu. Dengan menggunakan metode rugoskopi palatal, ruge palatal dapat digunakan untuk identifikasi forensik karena stabil dan dianggap setara dengan sidik jari. Manfaat penelitian ini adalah memberi informasi adanya perbedaan pola dan ukuran, sebagai data antemortem, dapat menjadi sumbangan ilmu kedokteran forensik dan dasar bagi peneliti selanjutnya. Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan pola dan ukuran ruge palatal ras Deutro Melayu dengan ras Arabik. Metode : Penelitian ini menggunakan observasional analitik. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 48 orang, 24 ras Deutro Melayu dengan 24 ras Arabik. Data merupakan data primer. Analisis data pola ruge palatal berupa data ordinal menggunakan Mann-Whitney Test. Ukuran ruge palatal datanya numerik menggunakan uji normalitas shaphiro-wilk, apabila data menghasilkan data tidak normal maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test, sebaliknya apabila data yang dihasilkan normal maka uji yang digunakan uji independent test. Hasil : Pola ruge palatal pada ras Deutro Melayu dan ras Arabik terdapat perbedaan bermakna di daerah A kanan, C kanan, A kiri, C kiri. Pada ukuran ruge palatal juga didapatkan perbedaan bermakna antara ras Deutro Melayu dan ras Arabik di daerah B kanan, C kanan, B kiri dan C kiri. Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pola ruge palatal dan ukuran ruge palatal pada ras Deutro Melayu dan ras Arabik. Kata kunci : pola dan ukuran ruge palatal, ras Deutro Melayu, ras Arabik 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2 Staf Pengajar Bagian Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT Background: Palatal rugae has unique and individualistic morphology which differ among different individuals. By using palatal rugoscopy method, palatal rugae can be used to forensics identifications because of its stability and considered equal to fingerprints. Palatal rugae pattern which can be identified include number, length, location, and shape. Palatal rugae can be seen from teeth mold or intraoral imaging. The purpose of this study is to determine the palatal pattern and size and antemortem data. Aim: to determine the difference between palatal rugae pattern and size in Deutero- Malay race with Arabic race. Methods: this study was an observational analytic study. Study subjects were all reached population who fulfilled inclusion and exclusion criteria. This study used 48 subjects, 24 Deutero-Malays and 24 from Arabic race. Data were primary data taken from jaw mold which then analyzed for its palatal rugae s pattern and size. Data analysis used Mann- Whitney test to analyze palatal rugae s pattern in interval arrays. Sapphiro-Wilk test was used to analyze palatal rugae s pattern in numerical orders. If the result was abnormal then Mann-Whitney test would be used and if the result was normal, independent test would be used. Results: There were significant differences between palatal rugae s pattern in Deutero- Malay race and Arabic race in both right and left region A and C. There were also significant differences between palatal rugae s size in Deutero-Malay race and Arabic race in both right and left region B and C. Conclusion: There was significant difference between palatal rugae s pattern and size in Deutero-Malay race with Arabic race. Keywords: palatal rugae s pattern and size, Deutero-Malay race, Arabic race

PENDAHULUAN Ruge palatal memiliki morfologi yang sangat individualistik, bahkan pada individu kembar tidak didapati pola ruge palatal yang sama. Pola ruge palatal yang dapat dipelajari meliputi jumlah, panjang, lokasi, dan bentuknya, pola ruge palatal itu sendiri dapat dilihat melalui cetakan gigi atau foto intraoral. 1 Santorini telah mengilustrasikan secara nyata dengan menggambarkan 3 garis bergelombang secara terus menerus dan menyilang garis tengah palatum. 2 Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum terbagi menjadi palatum durum dan palatum mole. Dua pertiga anteriornya adalah palatum durum, yang tersusun atas processus palatinus os maxillae dan pars horizontalis ossi palatini dan sepertiga posterior palatum adalah palatum mole merupakan suatu jaringan fibromuskuler, dibentuk oleh beberapa otot yang melekat pada bagian posterior palatum durum. 6 Vaskularisasi palatum melalui vena, arteri, nervus palatina mayor berhubungan dengan saraf nasopalatina, fungsi utama nervus palatina mayor adalah persyarafan pada palatum durum dan ginggiva rahang atas, nervus palatina minor mensyarafi bagian palatum mole. 7 Ras adalah merujuk kepada sekumpulan manusia yang memiliki ciri-ciri fisik yang diwarisi secara genetik. Terdapat tiga ras yang dominan yaitu Kaukasian (kulit putih), Negroid (kulit hitam) dan Mongoloid (kulit kuning). 8 Ras Melayu secara keseluruhan terdiri atas orang-orang Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Ras ini memiliki ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). 9 Di Negara Indonesia ras Arabik dikaitkan dengan penyebaran agama Islam, seperti yang dikatakan Hamka bahwa orang Arab adalah orang yang mempepelopori agama Islam di negerinegeri Melayu pada abad ke VII M, atau tahun pertama Islam. 10 METODE Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kota Jember dan Kota Semarang pada bulan Maret Juni 2014. Responden dipilih dengan cara consecutive sampling. Data yang dikumpulkan merupakan data primer berupa

hasil penelitian pola dan ukuran ruge palatal pada sampel penelitian. Pada penelitian ini didapatkan 48 sampel yang masing-masing dibagi menjadi 24 sampel ras Arabik dan 24 sampel ras Deutro Melayu. Kriteria inklusinya adalah sampel usia 17-35 tahun yang merupakan keturunan ras Deutro Melayu dan Arabik belum pernah melakukan perawatan ortodonti yang dapat merubah anatomi ruge palatal, sampel yang tidak mengalami trauma rongga mulut yang menyebabkan perubahan ruge palatal, sampel tidak menggunakan preparat gigi palsu lepasan. sampel yang tidak memiliki riwayat operasi bibir celah langit-langit yang merubah ruge palatal sedangkan kriteria Eksklusinya sampel tidak bersedia menjadi sampel penelitian dan Sampel yang sensitif dengan bahan cetak rahang.variabel bebas penelitian ini adalah ras Deutro Melayu dan Arabik dan Variabel terikat penelitian ini adalah perbedaan pola dan ukuran ruge palatal. Analisis data pola ruge palatal berupa data interval menggunakan Mann-Whitney Test. Ukuran ruge palatal datanya numerik menggunakan uji normalitas shaphirowilk, apabila data menghasilkan data tidak normal maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test, sebaliknya apabila data yang dihasilkan normal maka uji yang digunakan uji independent test. HASIL Tabel 1. Uji beda pola ruge palatal ras Deutro Melayu dengan Ras Arabik. No Posisi Pola Ruge p Arabik Detro Melayu 1 Kanan A TITIK TITIK 0,008* 2 Kanan B GARIS GELOMBANG 0,441 3 Kanan C GARIS GELOMBANG 0,000* 4 Kanan D GELOMBANG,GARIS GELOMBANG 0,054 5 Kiri A TITIK TITIK 0,008* 6 Kiri B GARIS GELOMBANG 0,119 7 Kiri C GARIS GELOMBANG 0,000* 8 Kiri D GELOMBANG,GARIS GELOMBANG 0,195

Berdasarkan hasil uji beda pada tabel 1 didapatkan pada ras Deutro Melayu dan ras Arabik dengan perbedaan bermakna (p<0,05) adalah pada daerah ruge kanan A, kanan C, kiri A dan kiri C. Pada daerah ruge A baik kiri maupun kanan dominan titik namun terdapat perbedaan bermakna karena jumlah ruge bentuk titik pada ras Deutro Melayu lebih banyak dibanding dengan ras Arabik, sedangkan pada daerah ruge C baik kanan maupun kiri didapatkan perbedaan bentuk ruge pada ras Arabik dominan garis sedangkan ras Deutro Melayu dominan bentuk gelombang. Pada daerah ruge B dan D baik kiri maupun kanan walaupun terdapat perbedaan namun secara statistik tidak bermakna (p>0,05). 3.2 Ukuran Ruge Tabel 2.Uji normalitas Shapiro-Wilk Uk.B.ka Uk.C.ka Uk.D.ka Uk.B.ki Uk.C.ki Uk.D.ki DEUTRO MELAYU ARAB MELAYU ARAB MELAYU ARAB MELAYU ARAB MELAYU ARAB MELAYU ARAB Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Statistic df Sig.,203 24,012,937 24,143 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lillief ors Significance Correction Shapiro-Wilk,231 24,002,902 24,024,179 24,046,935 24,128,135 24,200*,963 24,507,245 24,001,695 24,000,211 24,007,924 24,073,168 24,078,935 24,124,146 24,200*,954 24,324,113 24,200*,977 24,840,208 24,009,922 24,064,278 24,000,794 24,000,167 24,082,908 24,031

Tabel 3. Uji beda ukuran ruge palatal ras Deutro melayu dengan ras Arabik bagian kanan sesuai dengan klasifikasi Caldas. Rerata ± SD Daerah Kanan Deutro Melayu Kanan Arabik P ruge Daerah B 0,929± 0,177 1,029±0,108 0,005* Daerah C 1,058± 0,146 1,287±0,136 0,000* Daerah D 1,331± 0,246 1,4295±0,115 0,198 Tabel 4. Uji beda ukuran ruge palatal ras Deutro melayu dengan ras Arabik bagian kiri sesuai dengan klasifikasi Caldas. Rerata ± SD Kiri Deutro Melayu Kiri Arabik P Daerah B 0,881 ± 0,161 0,101±0,926 0,001* Daerah C 1,096 ± 0,167 1,279±0,139 0,000* Daerah D 1,333 ± 0,238 1,433±0,158 0,318 Dilihat dari tabel 4 dapat diketahui bahwa kelompok ras Deutro Melayu dan ras Arabik memiliki rata-rata ukuran ruge yang berbeda di tiap daerah. Didapatkan perbedaan pada sebagian daerah ruge palatal yaitu daerah B kanan C kanan B kiri dan C kiri, secara statistik memiliki perbedaan bermakna yaitu (p<0,05). Pada daerah ruge D meskipun terdapat perbedaan, namun secara statistik tidak bermakna (p>0,05).

PEMBAHASAN Pola Ruge Penelitian oleh Fahmi dan kawan-kawan, pada 120 populasi Arab Saudi yang dibagi menjadi 60 pria dan 60 wanita menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada jumlah dan panjang ruge antara pria dan wanita. Namun pada penelitian tersebut diungkapkan bahwa terdapat perbedaan bentuk ruge palatal dimana wanita memiliki ruge tipe konvergen yang lebih banyak dibanding pria, sedangkan pria memiliki ruge tipe sirkular yang lebih banyak daripada wanita. 3 Penelitian pada populasi di India oleh Nayak et al tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan pada bentuk ruge palatal antara pria dan wanita. Namun terjadi perbedaan yang signifikan antara ras satu dengan yang lainnya. Maka disimpulkan perbedaan ras juga ikut mempengaruhi pola ruge palatal. 7 Penelitian Kapali dkk mengungkapkan, pada populasi Aborigin, Australia, dan Kaukasia menunjukkan bahwa jumlah ruge primer ( primary rugae ) pada Aborigin lebih besar dibandingkan dengan Kaukasia, namun untuk ruge primer dengan panjang lebih dari 10 mm jumlahnya pada Kaukasia lebih banyak dari Aborigin. Bentuk lurus ruge palatal lebih banyak ditemukan pada Kaukasia sedangkan bentuk bergelombang lebih banyak pada Aborigin. Namun pada penelitian tersebut tidak terdapat adanya perbedaan dari jumlah ruge antara pria dan wanita baik pada populasi Kaukasia maupun Aborigin. 8 Pola ruge palatal dapat mengalami perubahan sejalan dengan usia, seperti yang ditunjukkan dari hasil penelitian pada 10 kasus suku Aborigin oleh Kapali et al. Model studi pertama dibuat pada saat anak berumur 6 tahun dan model studi kedua dibuat pada saat anak berumur 20 tahun, kemudian pola ruge palatal dari kedua model studi tersebut dibandingkan. Hasil penelitian didapati adanya perubahan bentuk ruge palatal sebesar 32% dan perubahan ukuran sebesar 28%. Menurut penelitian sebelumnya oleh Eva T yang membandingkan antara keturunan ras Cina dengan Deutro Melayu dikatakan bahwa pada daerah ruge A ditemukan pola ruge dominan berbentuk titik pada kelompok Detro Melayu maupun kelompok Cina, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada daerah ruge A tersebut letaknya dekat dengan posisi gigi. Jadi pertumbuhan ruge palatal

tersebut tidak terlalu berkembang dengan baik, beberapa sampel didapatkan juga pada daerah ruge A tidak terdapat ruge palatal. 10 Sama hal nya dengan ras Arabik pada penelitian ini, pada daerah A ruge sebagian besar berbentuk titik dan garis, namun ruge garis tersebut bila dibandingkan dengan ruge daerah B dan C jauh lebih pendek. Perbedaan pada daerah ruge A penelitian ras Arabik dengan dengan Deutro melayu menjadi bermakna karena jumlah ruge bentuk titik pada Deutro Melayu sangatlah dominan baik kiri maupun kanan sedangkan daerah ruge A dari ras Arabik jumlah antara ruge bentuk garis dan titik hampir berimbang meskipun jumlah titik lebih banyak. Daerah ruge C terdapat perbedaan yang jelas karena daerah ruge C baik kanan maupun kiri ras Arabik dominan ruge bentuk garis sedangkan daerah ruge C ras Deutro Melayu baik kiri maupun kanan dominan ruge bentuk gelombang. Daerah ruge B dan D walaupun terlihat perbedaan pada polanya namun secara statistik perbedaan bermakna tidak terlalu signifikan. Pada penelitian yang peneliti lakukan pada ras Arabik dan ras Deutro Melayu tidak dibedakan menurut usia dan jenis kelamin karena sampel penelitian mengambil sampel dengan usia 17 35 tahun termasuk usia dewasa sehingga sudah tidak mengalami perubahan bentuk ruge palatal. Keunikan dan stabilitas ruge palatal untuk individu telah diakui dalam ilmu forensik sebagai sumber yang terpercaya. 11 Hal ini karena antara masing masing individu mempunyai pola yang berbeda, namun pada suatu ras dapat ditemukan pola dominan pada tiap daerah ruge palatal. Dalam penelitian ini terbukti bahwa pola dominan pada masing-masing ras memiliki perbedaan bahkan pada satu individu ruge palatal kanan maupun kiri dapat berbeda bentuk. Ukuran Ruge Panjang ruge meningkat sejalan dengan usia namun jumlah total ruge tetap konstan, pada penelitian yang dilakukan oleh Kapali et al 11. Perubahan yang terjadi bisa diakibatkan dari perkembangan palatal, kehilangan gigi dan pergerakan gigi. Pada penelitian ini tidak dapat diamati perkembangan bentuk ruge palatal karena sampel hanya diambil pada satu waktu. Untuk menentukan perbedaan pada ruge palatal diperlukan pembagian daerah kiri-kanan yang masing masing dibagi lagi menjadi 4 daerah ruge A, B, C dan D. Namun untuk

mendapatkan ukuran ruge hanya dibagi menjadi 3 yaitu daerah ruge B, C, dan D karena menurut penelitian Eva T daerah A memiliki ruge palatal yang terlalu kecil sehingga tidak dapat diukur dengan kalkurugoskopi. 12 Pada penelitian ini daerah A berdasarkan sumber sebelumnya juga tidak dapat diukur karena ruge yang pendek dan terlalu kecil untuk diukur Dilihat dari tabel 3 dan 4 dapat diketahui bahwa kelompok ras Deutro Melayu dan ras Arabik memiliki rata-rata ukuran ruge yang berbeda di tiap daerah. Didapatkan perbedaan ukuran pada sebagian daerah ruge palatal yaitu daerah B kanan C kanan B kiri dan C kiri, perbedaan tersebut bermakna secara statistik (p<0,05) namun pada daerah D perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Baik pola maupun ukuran pada masing-masing ras berbeda kemungkinan dikarenakan pola makan yang berbeda antara ras Deutro Melayu dengan ras Arabik dan pada setiap individu dapat pula ditemukan perbedaan. Antara kiri dan kanan terdapat perbedaan kemungkinan karena pemakaian yang dominan antara sisi kiri dan kanan waktu mengunyah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada ras Deutro Melayu sesuai dengan klasifikasi Trobo didapatkan pola ruge yang dominan pada daerah ruge A kanan maupun kiri adalah berbentuk titik, sedangkan daerah ruge B, C dan D kanan maupun kiri pola ruge yang dominan adalah berbentuk gelombang. Pada ras Arabik sesuai dengan klasifikasi Trobo didapatkan pola ruge yang dominan pada daerah A kanan kiri adalah berbentuk titik. Daerah B dan C kanan maupun kiri dominan berbentuk garis. Sedangkan daerah ruge D kanan maupun kiri pola ruge antara ruge bentuk garis dan gelombang jumlahnya relatif sama. Didapatkan perbedaan bermakna dari pola ruge palatal antara ras Deutro Melayu dan ras Arabik pada daerah A kanan, A kiri, C kanan, C kiri. Dengan menggunakan klasifikasi Caldas didapatkan perbedaan bermakna dari ukuran ruge palatal pada daerah ruge B dan C baik kiri maupun kanan antara ras Deutro Melayu dan ras Arabik.

Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Perbedaan Pola Ruge Palatal pada ras Deutro Melayu dengan ras Arabik dengan metode yang berbeda contohnya foto intraoral dengan sampel yang lebih banyak untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai, sehingga bisa memperkuat hasil penelitian ini. Perlu juga dilakukan penelitian yang lebih luas mengenai pola dan ukuran ruge dengan membandingkan jenis kelamin, kelompok usia, dan antemortem-postmortem. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr. drg Oedijani Santoso, M.S. yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada drg. Restadiamawati, Sp. KG selaku ketua penguji dan drg. Gunawan Wibisono, MSi.Med selaku penguji, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka 1. Pretty IA and Sweet D. A Look at Forensic Dentistry Part 1 : The Role of Teeth in The Determination of Human Identity. British Dental Journal 2001; 190(7): 359-66. 2. Santorini JD. Septemdecim Tabulae. Cited by: Lysell L. Plicae palatinae transversae and papilla incisiva in man. Acta Odontol Scand 1955;13(suppl 18):5-137. 3. Caldas IM, Magalhães T, Afonso A. Establishing identity using cheiloscopy and palatoscopy. Forensic Sci Int 2007;165:1-9. 4. Marco AA, Philips C, Kula K, Tulloch C. Stability of palatal rugae as landmarks for analysis of dental cast. Angle Orthod. 1995;65:43 8. 5. Amasaki H, Ogawa M, Nagasao J, Mutoh K, Ichihara N, Asari M, et al. Distributional Changes of BrdU, PCNA, E2F1 and PAL31 Molecules In Developing Murine Palatal Rugae. Ann Anat 2003;185: 517-23. 6. Lyyer B. Orthodontic The Art And The Science, 3 th. New Delhi: Arya Medi Publising House Bhalajhi SI. 2003;15:337-43 7. Nayak P, Acharya AB, Padmini AT, Kaveri H. Differences in the palatal rugae shape in two populations of India. Arch Oral Biol. 2007;52:977 82. 8. Abizadeh Arash. "Ethnicity, Race, and a Possible Humanity". World Order 2001;33; 23 34. 9. Mattulada HA. Kesukubangsaan dan Negara Kebangsaan di Indonesia Prospek Budaya Politik abad ke-21. Dalam Antropologi Indonesia. 1999; XXIII: 58-66 10. Hamka. Sejarah Umat Islam. Bukit Tinggi-Jakarta: NV. Nusantara. 1961;19:21-30.

11. Kapali S, Townsend G, Richards L, Parish T. Palatal Rugae Patterns in AustralianAborigines and Caucasians. Australian Dental Journal 1997;42(2): 129-33. 12. Tri Eva. Perbedaan Pola Ruge Palatal Pada Penduduk Keturunan Deutro Melayu dengan Keturunan Cina di Jawa tengah. Universitas Diponegoro. Semarang 2013:45-49.