Lokakarya Kerjasama Antar Daerah: Sinkronisasi RTRWD dan SPN Antar Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN OLEH SEKRETARIS DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

(disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS 2015 DAN PERSIAPAN PROGRAM PAMSIMAS 2016

P E L A K S A NA URUSAN PEMERINTAHAN UMUM

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN

Tugas, Wewenang, Kewajiban, dan Hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Darah

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI OLEH : BUDI PRASETYO,SH,MM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM MAKASAR, 28 OKTOBER 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

TINJAUAN YURIDIS ATAS KERJA SAMA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK SWASTA BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN PADA:

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KELOMPOK KERJA SEKRETARIS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO,

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

SINERGITAS PEMEMRINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH. Dr. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

APA ITU DAERAH OTONOM?

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

INSPEKTORAT KHUSUS INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKEMA KELEMBAGAAN PATROLI TERPADU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TINGKAT TAPAK TERKAIT DENGAN SATLINMAS DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 38 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA/MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI KERJASAMA ANTAR DAERAH DI BIDANG PERENCANAAN WILAYAH Oleh : DR. RIZARI, MBA, M.Si DIREKTUR DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DAN KERJASAMA JAKARTA 2015 1 Aspek Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Mengatur 1. Pemda berhak menetapkan kebijakan daerah dalam menyelenggarakan otda dan TP, sepanjang sesuai kewenangannya Ditjen BAK Mengurus 1. Pemda mempunyai kekuasaan mengurus penyediaan barang/jasa publik atau penyediaan barang/jasa dlm rangka pemberdayaan warga negara 2. Dalam membuat kebijakan, harus tetap tunduk pada undangundang yang dibuat pemerintah pusat beserta seluruh aturan yang diperintahkan UU. 2. Dalam melakukan pengurusan harus sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan efektivitas fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen yg menyertainya 3. Hasil yang diharapkan adalah terpenuhinya kebutuhan hidup warga masyarakat terhadap barang/jasa 4. Mengadakan kerjasama yg didasarkan pertimbangan efisiensi & efektivitas YanLik utk meningkatkan kesejahteraan rakyat www.apeksi.or.id 1

Ditjen BAK Anatomi & Klasifikasi Urusan Pemerintahan (UU 23 / 2014) Urusan Pemerintahan Absolut Urusan Pemerintahan Yang Sepenuhnya Menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat Instansi Vertikal APBN Wajib Konkuren Urusan Pemerintahan Yang Dibagi Antara Pemerintah Pusat, Prov, dan Kab/Kota Pilihan Umum Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Presiden Sebagai Kepala Pemerintahn. yg di daerah dilaks oleh Gub, Bup/Wal, dan dilimpahkan ke pelaks kpd Camat Yandas Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh semua Non Yandas Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh sesuai potensi yg dimiliki Dibantu Instansi Vertikal APBN Prinsip Pembagian Urusan Pemrthn Konkuren Akuntabilitas : ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan. Efisiensi ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh. Eksternalitas, ditentukan berdasarkan luas, besaran, & jangkauan dampak yg timbul akibat penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan. Kepentingan Strategis Nasional, ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan Negara, implementasi hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional dan pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. www.apeksi.or.id 2

Penentuan Pembagian Urusan Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan provinsi dan kab/kota tercantum dlm Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. Urusan pemerintahan konkuren yg tidak tercantum dlm Lampiran Undang-Undang ini menjadi kewenangan tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan pemerintahan konkuren, ditetapkan dengan Peraturan Presiden U R U S A N P E M E R I N T A H A N 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN 3. PU & P.RUANG 4. PERUMAHAN RAKYAT & KAW PERMUKIMAN 5. TRAMTIBUM & LINMAS 6. SOSIAL ABSOLUT Pemda wajib memprioritaskan pelaksanaan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar PELAYANAN DASAR (6) S P M WAJIB (24) KONKUREN PILIHAN (8) NON PELAYANAN DASAR (18) NSPK PEMERINTAHAN UMUM 1. Pembinaan wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional. 2. Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. 3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan Intrasuku, umat bergama, ras dan gol lainnya 4. Penanganan Konflik Sosial. 5. Koordinasi Pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang ada di Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila. 7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal. www.apeksi.or.id 3

Peranan tersebut sebagai implementasi dari UU No 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan BAB XVIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 373 (1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadappenyelenggaraan Pemerintahan provinsi. (2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan kabupaten/kota. (3) Pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT UU 5/ 1974 Ttg Pokok- Pokok Pemerintahan di (Sentralistik) 1. Beberapa Pemerintah dapat menetapkan Peraturan Bersama untuk mengatur kepentingan nya secara bersama-sama. 2. Dalam hal tidak tercapainya kata sepakat maka pejabat yang berwenang mengambil keputusan. 3. Menteri Dalam Negeri menetapkan Peraturan untuk melancarkan pelaksanaan kerja sama antar Pemerintah. 4. Perselisihan antar Pemerintah diselesaikangubernur dan Mendagri sesuai cakupan wilayah kerjanya UU 22/ 1999 Ttg Pemerintahan (Otonomi seluasluasnya) 1.Beberapa dapat mengadakan kerja sama antar- yang diatur dengan keputusan bersama. 2. dapat membentuk Badan Kerja Sama Antardaerah. 3. dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan keputusan bersama 4. Keputusan bersama dan/atau badan kerja sama, harus mendapatkan persetujuan DPRD masingmasing 1. dapat mengadakan kerja sama dengan lembaga/badan di luar negeri 1. Perselisihan antar- diselesaikan oleh Pemerintah secara musyawarah hingga tingkat Mahkamah Agung. UU 32/ 2004 Ttg Pemerintahan (Otonomi luwes/ terbatas) 1. dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. 2. Kerja sama dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. 3. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. 4. Kerja sama harus mendapatkan persetujuan DPRD. 4. Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama maka dapat dilaksanakan oleh Pemerintah. 1.. Perselisihan antar Pemerintah diselesaikan Gubernur dan Mendagri sesuai cakupan wilayah kerjanya dan bersifat final UU 23/ 2014 Ttg Pemerintahan (Otonomi terbatas) DPRD Prov, Kab/Kota memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan provinsi 1. Kerja sama dapat dilakukan dengan : lain, pihak ketiga; dan/atau Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kerja sama dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela. Kerja Sama Wajib 1. Kerja sama antar- yang memiliki eksternalitas lintas dan penyediaan layanan publik 3. Bila kerja sama wajib stidak dilaksanakan oleh, Gubernur dan Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan. Kerja Sama Sukarela Kerja sama sukarela dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama. 1. www.apeksi.or.id 4

KERJA SAMA ANTAR DAERAH 9 DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH PERGUB / PERDA KSD UU 32/2004 PP 27/2014 : Asset PP 38/2007 : Kwnangn Perpres 67/2005 : KS Infstrk Perpres 54/2010 : Brg Jasa Permen PPN 3/2012 Perda2 terkait. PP 50/2007 Permendagri 69/2007 Kerjasama Pengembangan Perkotaan Permendagri 19/2009 Pedoman Peningkatan Kapasitas Pelaksana Kerja Sama Permendagri 23/2009 Tata Cara Binwas Kerja Sama Antar Permendagri 22/2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Antar 10 www.apeksi.or.id 5

UU NO 23 TAHUN 2014 Pasal 363 UU No 23 Tahun 2014 : (1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh dengan : a. lain; b. Pihak ketiga; dan/atau c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan (3) Kerja sama dengan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela. 1 TUJUAN PERENCANAAN WILAYAH Menciptakan suatu kehidupan yang aman, nyaman, efisien, lestari untuk mewujudkan kesejahteraan manusia www.apeksi.or.id 6

PENGERTIAN PERENCANAAN Penetapan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu Dilakukan agar pencapaian tujuan tidak menemui masalah, & jika menemukan masalah dapat diantisipasi pemecahannya Merupakan bagian dari pengambilan keputusan PERENCANAAN WILAYAH Penetapan langkah-langkah yg digunakan untuk wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Menetapkan tujuan, meramalkan suatu yg akan terjadi, memperkirakan masalah yg akan muncul, menetapkan lokasi tempat kegiatan akan dilaksanakan Perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah Perencanaan penggunaan ruang dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah Perencanaan aktivitas dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah www.apeksi.or.id 7

PENDEKATAN PERENCANAAN WILAYAH Pendekatan Sektoral pendekatan didasarkan pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut Pendekatan Kewilayahan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah pengelompokkan suatu wilayah dapat dilakukan berdasar batas administrasi memandang wilayah terdiri dari bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dg potensi dan daya tariknya masing-masing KAWASAN EKONOMI, INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN BEBAS KAPET Keppres 150/2000 tentang KAPET ATABS DAERAH BATAS DAERAH MP3EI Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia FTZ UU 36/2000 tentang FTZ PERKEBUNAN PEMERINTAH DAERAH TAMBANG UU 4/2009 KAWASAN INDUSTRI UU 3/2014 tentang Kawasan Industri KAWASAN KHUSUS PP 43/2010 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus KEK UU 39/2009 tentang KEK www.apeksi.or.id 8

KERJA SAMA ANTAR DAERAH DI BIDANG PERENCANAAN WILAYAH? 1 7 CONTOH BENTUK KERJASAMA Gubernur Sulawesi Barat dan Gubernur Kalimantan Selatan, Rabu, (29 JULI 2015) menandatangani Kesepakatan Bersama (MoU) untuk pengelolaan sumber daya alam minyak dan gas bumi di kedua provinsi. Penandatanganan disaksikan secara langsung oleh Wapres Jusuf Kalla, Mendagri Tjahjo Kumolo dan MESDM Sudirman Said. Penandatanganan MoU ini menandai kerjasama kedua Provinsi dalam proses eksplorasi dan eksploitasi Blok Sebuku. Kedua Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan tersebut berkesempatan secara bersama-sama untuk terlibat atas participating interest (PI) 10% pada pengelolaan di Blok migas tersebut. 1 8 www.apeksi.or.id 9

KERJASAMA DAERAH (PP 50/2007) Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara Gubernur dengan Gubernur atau Gubernur dengan Bupati/Walikota atau antara Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota yang lain, dan atau Gubernur, Bupati/Walikota dengan Pihak Ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban Pihak ketiga adalah Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik, Koperasi, Yayasan, dan lembaga lainnya di dalam negeri yang berbadan hukum 19 - Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; - Sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan keterkaitan daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka NKRI; - Menyerasikan pembangunan daerah; - Mensinergikan potensi antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga - Meningkatkan pertukaran pengetahuan, teknologi dan kapasitas fiskal; - Mengurangi kesenjangan daerah dalam penyediaan pelayanan umum khususnya di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah dan daerah tertinggal. 2 www.apeksi.or.id 10

SUBJEK KERJA SAMA Gubernur dengan Gubernur; Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota; dan/atau Gubernur, Bupati/Walikota dengan Pihak Ketiga/Swasta OBJEK KERJA SAMA Seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Contoh : Persampahan, Air Limbah, Pendidikan, Kesehatan, Air Minum, dsb Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup (Permendagri No 33/2010) : a. penyediaan/pembangunan TPA b. sarana dan prasarana TPA c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA d. pengelolaan TPA; dan/atau e. pengolahan sampah menjadi produk lainya yg ramah lingkungan www.apeksi.or.id 11

BADAN KERJA SAMA Badan Kerja Sama dibentuk apabila masa kerja sama paling singkat 5 (lima) tahun Bukan Perangkat. Ditetapkan dengan Keputusan Bersama. Dalam Undang Undang No 23 Tahun 2014, disebut sebagai Sekretariat Kerja Sama. TUGAS BADAN KERJA SAMA Membantu melalukan pengelolaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kerja sama; Memberikan masukan dan saran kepada Kepala masing-masing mengenai langkah - langkah yang harus dilakuan apabila ada permasalahan dan Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala masing-masing. www.apeksi.or.id 12

(Permendagri No. 22 Tahun 2009 Tentang : Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama ) 1. PERSIAPAN 2. PENAWARAN 3. PENYIAPAN KESEPAKATAN 4. PENANDATANGANAN KESEPAKATAN (Permendagri No. 22 Tahun 2009 Tentang : Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama ) 1. PRAKARSA DAERAH 2. PERSIAPAN 3. PENAWARAN 4. PENYIAPAN KESEPAKATAN 5. PENANDATANGANAN KESEPAKATAN 6. PENYIAPAN PERJANJIAN 7. PENANDATANGANAN PERJANJIAN 8. PELAKSANAAN www.apeksi.or.id 13

UU NO. 23 Tahun 2014 BAB XVII KERJA SAMA DAERAH Pasal 363 1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan 2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh dengan : a. lain; b. Pihak ketiga; dan/atau c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kerja sama dengan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela. -> Lanjutan -- Paragraf 1 Kerja Sama Wajib Pasal 364 1. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) merupakan kerja sama antar- yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan: a. yang memiliki eksternalitas lintas ; dan b. penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama 2. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. kerja sama antar- provinsi; b. kerja sama antara provinsi dan kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. kerja sama antara provinsi dan kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. kerja sama antar- kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; dan e. kerja sama antar- kabupaten/kota dalam satu provinsi. 3. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d tidak dilaksanakan oleh, Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan. 4. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak dilaksanakan oleh kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaannya. 5. Biaya pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diperhitungkan dari APBD masingmasing yang bersangkutan. www.apeksi.or.id 14

Paragraf 2 Kerja Sama Sukarela Pasal 365 Kerja sama sukarela sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) dilaksanakan oleh yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama. Paragraf 3 Pelaksanaan Kerjasama Pasal 366 1. Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2) huruf b meliputi: a.kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik; b.kerja sama dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi ; c. kerja sama investasi; dan d. kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan PASAL 369 Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama diatur dengan peraturan pemerintah. BERDASARKAN UU 23 TAHUN 2014 PASAL 101 DPRD PROVINSI memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan provinsi PASAL 154 DPRD KAB/KOTA memberikan persetujuan terhadap rencana kerja samadengan lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan www.apeksi.or.id 15

KERJASAMA DAERAH DENGAN LEMBAGA ATAU PEMERINTAH DAERAH DI LUAR NEGERI (UU 23 Tahun 2014 ps. 367) 1. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 2. PERTUKARAN BUDAYA 3. PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN 4. PROMOSI POTENSI DAERAH; DAN 5. KERJASAMA LAINNYA YANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KERJASAMA DAERAH DENGAN LEMBAGA ATAU PEMERINTAH DAERAH DI LUAR NEGERI (UU 23 Tahun 2014 ps. 367) 1. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 2. PERTUKARAN BUDAYA 3. PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN 4. PROMOSI POTENSI DAERAH; DAN 5. KERJASAMA LAINNYA YANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN www.apeksi.or.id 16

KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014 Pasal 67 Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan; c. mengembangkan kehidupan demokrasi; d. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan ; e. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik; f. melaksanakan program strategis nasional; dan g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di dan semua Perangkat. Penjelasan Pasal 67 Huruf f Yang dimaksud dengan program strategis nasional dalam ketentuan ini adalah program yang ditetapkan Presiden sebagai program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. LANJUTAN..,KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014 Pasal 68 (1) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf f dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk gubernur dan/atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota. (2) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap tidak dilaksanakan, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan. (3) Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah telah selesai menjalani pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap tidak melaksanakan program strategis nasional, yang bersangkutan diberhentikan sebagai kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah. www.apeksi.or.id 17

KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DALAM PEMBERIAN PERIZINAN BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH Pasal 350 (1) Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam memberikan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk unit pelayanan terpadu satu pintu. (3) Pembentukan unit pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (2) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif. (5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa teguran tertulis kepada gubernur oleh Menteri dan kepada bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pelanggaran yang bersifat administrasi. (6) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah disampaikan 2 (dua) kali berturutturut dan tetap tidak dilaksanakan oleh kepala daerah, Menteri mengambil alih pemberian izin yang menjadi kewenangan gubernur dan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pemberian izin yang menjadi Kewenangan bupati/wali kota. PIDANA Pasal 398 Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350 ayat (1) dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila pelanggarannya bersifat pidana. CONTOH KERJASAMA DAERAH 1. Implementasi Kerjasama Antar di Indonesia Kerjasama regional level provinsi, contoh: Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) JABODETABEKJUR yang telah dirintis semenjak tahun 1975 2. Kerjasama antar kab/kota, contoh: Sekretariat Bersama KARTAMANTUL (Kab Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab Bantul); 3. Pengembangan kawasan (Jogja, Solo, dan Semarang) segitiga Joglosemar 4. Pengembangan kawasan Wonogiri, dan Wonosari) Pawonsari (Pacitan, 5. Kerjasama Kabupaten Badung dan Kota Denpasar dalam pengelolaan pajak hotel dan restoran 36 www.apeksi.or.id 18

LANGKAH STRATEGIS KERJASAMA ANTAR DAERAH DLM BID. PERENCANAAN WILAYAH 1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional dan Kebijakan Tata Ruang Wilayah harus sinkronisasi dan konsisten dalam pelaksanaannya; 2. Perencanaan tata ruang kota dengan daerah interlandnya yang berbatasan harus saling mendukung; 3. Perlu adanya kesepakatan bersama antar daerah yang berbatasan dalam mengembangkan kerjasama antar daerah; 4. Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan kerjasama antar daerah. 37 SEKIAN DAN TERIMA KASIH www.apeksi.or.id 19

LAMPIRAN UU NO. 5 Tahun 1974 Bagian Keempat Belas Kerjasama dan Perselisihan Antar - Pasal 65 (1) Beberapa Pemerintah dapat menetapkan Peraturan Bersama untuk mengatur kepentingan nya secara bersama-sama. (2) Peraturan Bersama yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, demikian pula mengenai perubahan dan pencabutannya, berlaku sesudah ada pengesahan pejabat yang berwenang. (3) Dalam hal tidak tercapainya kata sepakat mengenai perubahan dan atau pencabutan yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, maka pejabat yang berwenang mengambil keputusan. (4) Menteri Dalam Negeri menetapkan Peraturan untuk melancarkan pelaksanaan kerja sama antar Pemerintah. - Pasal 66 (1) Perselisihan antar Pemerintah Tingkat I dan antara Pemerintah Tingkat I dengan Pemerintah Tingkat II dan perselisihan antar Pemerintah Tingkat II yang tidak terletak dalam Tingkat I yang sama diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri. (2) Perselisihan antar Pemerintah Tingkat II yang terletak dalam Tingkat I yang sama, diselesaikan oleh Gubernur Kepala yang bersangkutan. www.apeksi.or.id 20

UU NO. 22 Tahun 1999 BAB IX KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 87 1. Beberapa dapat mengadakan kerja sama antar- yang diatur dengan keputusan bersama. 2. dapat membentuk Badan Kerja Sama Antardaerah. 3. dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan keputusan bersama 4. Keputusan bersama dan/atau badan kerja sama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), yang membebani masyarakat dan harus mendapatkan persetujuan DPRD masing-masing Pasal 88 1. dapat mengadakan kerja sama yang saling meng-untungkan dengan lembaga/badan di luar negeri, yang diatur dengan keputusan bersama, kecuali menyangkut kewenangan Pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 2. Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Pemerintah Pasal 89 1. Perselisihan antar- diselesaikan oleh Pemerintah secara musyawarah. 2. Apabila dalam penyelesaian perselisihan antar-, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan Pemerintah, pihak tersebut dapat mengajukan penyelesaian kepada Mahkamah Agung. UU NO. 32 Tahun 2004 BAB IX KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 195 1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. 2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. 3. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. 4. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD. Pasal 196 1. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait. 2. Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat. 3. Untuk pengelolaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), daerah membentuk badan kerja sama. 4. Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah. Pasal 197 1. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 dan Pasal 196 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. www.apeksi.or.id 21

Pasal 198 1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, Gubernur menyelesaikan perselisihan dimaksud. 2. Apabila terjadi perselisihan antarprovinsi, antara provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya, serta antara provinsi dan kabupaten/kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud. 3. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final. UU NO. 23 Tahun 2014 BAB XVII KERJA SAMA DAERAH DAN PERSELISIHAN Pasal 363 1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan 2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh dengan : a. lain; b. Pihak ketiga; dan/atau c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kerja sama dengan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela. Lanjutan ---> www.apeksi.or.id 22

Paragraf 1 Kerja Sama Wajib Pasal 364 1. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) merupakan kerja sama antar- yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan: a. yang memiliki eksternalitas lintas ; dan b. penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama 2. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. kerja sama antar- provinsi; b. kerja sama antara provinsi dan kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. kerja sama antara provinsi dan kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. kerja sama antar- kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; dan e. kerja sama antar- kabupaten/kota dalam satu provinsi. 3. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d tidak dilaksanakan oleh, Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan. 4. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak dilaksanakan oleh kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaannya. 5. Biaya pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diperhitungkan dari APBD masingmasing yang bersangkutan. Paragraf 2 Kerja Sama Sukarela Pasal 365 Kerja sama sukarela sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) dilaksanakan oleh yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama. Paragraf 3 Pelaksanaan Kerjasama Pasal 366 1. Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2) huruf b meliputi: a.kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik; b.kerja sama dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi ; c. kerja sama investasi; dan d. kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan www.apeksi.or.id 23

Pasal 367 1. Kerja sama dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2) huruf c meliputi: a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. pertukaran budaya; c. peningkatan kemampuan teknis dan manajemen pemerintahan; d. promosi potensi ; dan e. kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan 2. Kerja sama dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Pemerintah Pusat 3. Kerja sama dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan www.apeksi.or.id 24