Peran BDK Kupang dalam Upaya Pengembangan dan Pelestarian Cendana (Santalum album L.) Oleh: Gunawan Nugrahanto* Abstract



dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MEMPERLUAS KAWASAN EKONOMIS CENDANA DINUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan species tumbuhan endemik Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT)

PENYELAMATAN SUMBERDAYA GENETIK JENIS CENDANA

Ari Fiani Eritrina Windyarini Yuliah. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

I. PENDAHULUAN. secara ketat. Cendana sudah dieksploitasi sejak abad ke-3. Namun eksploitasi

Evaluasi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Cendana (Santalum album L) dikategorikan sebagai spesies Critically

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

KAJIAN EVALUASI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN CENDANA DINUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI CENDANA SEBAGAI AND ALAN OTONOMI DI NUSA TENGGARA TIMUR

KEBIJAKAN DAN POLA KONSERVASI CENDANA PADA MASA MENDATANG DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 63/Dik-2/2012. t e n t a n g

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

BAB I PENDAHULUAN. ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

PERANAN CENDANA DALAM PEREKONOMIAN NTT: DULU DAN KINI

Oleh/ By : Keyword: Sandalwood development, economic commodity, research priorities

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan. Tanaman. Klasifikasi. Kriteria.

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah memasukkan cendana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

GROWTH PREDICTION MODEL OF CENDANA (Santalum album Linn.) AT PRIVATE LAND

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EBONI DALAM SISTEM DAERAH PENYANGGA. M. Bismarck

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENYAJIAN HASIL INVENTARISASI POHON PLUS DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 66/Menhut-II/2008 TENTANG KRITERIA DAN KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTENSI SUMBERDAYA AIR PROPINSI NTT SEBAGAI PENUNJANG PENGEMBANGAN KAWASAN CENDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi hutan di Indonesia saat ini dalam keadaan krisis. Banyak tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

AREN (Arenga pinnata MERR)

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

Analisa Kebijakan untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Upaya Pelestarian Kayu Cendana di Kabupaten TTS, NTT

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Transkripsi:

Peran BDK Kupang dalam Upaya Pengembangan dan Pelestarian Cendana (Santalum album L.) Oleh: Gunawan Nugrahanto* Abstract Sandalwood (Santalum album L.) is a typical and important commodity of East Nusa Tenggara province. Depreciation of wild population increasingly threatens its existence. A number of development and conservation efforts so far have not given satisfactory results. BDK Kupang has been active in community awareness through education and training efforts on sandalwood cultivation. Sandalwood plants that are planted and naturally reproduced on BDK Kupang are possible to be used in conservation strategies and preparation of sandalwood seed source. Key word: development and preservation, conservation strategies, sandalwood seed source, the role of BDK Kupang. Pendahuluan Wah..ini luar biasa!...tahun-tahun mendatang, cendana di tempat ini pasti akan bertambah banyak dan semakin repot menjaganya.... Komentar semacam ini akhir-akhir ini cukup sering penulis dengar dari peserta diklat saat mereka diajak menjelajah tanaman cendana di Kampus BDK Kupang. Tersirat bahwa tanaman cendana masih menjadi barang langka bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dengan kata lain, setelah mengalami ekspoitasi besar-besaran hingga tahun 90-an, nampaknya upaya pelestarian cendana masih belum menunjukkan hasil menggembirakan. Kondisi cendana di Nusa Tenggara Timur semakin mengkhawatirkan. Maraknya penebangan, ancaman kebakaran, dan rendahnya motivasi masyarakat untuk menanam, menjadi beberapa kendala dalam pelestarian cendana (Musakabe, 2001). Meskipun pada tahun 1997 telah dilakukan pelarangan penebangan cendana di Provinsi Nusa Tenggara Timur (SK Gubernur No 12 tahun 1997), namun pada kenyataannya cendana-cendana yang ada semakin berkurang. Oleh karena itu, pemerintah semakin giat untuk mengembalikan kejayaan cendana melalui beberapa upaya antara lain penyusunan master plan pengembangan dan * Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan (BDK) Kupang 1

pelestarian cendana 2010-2030, Gerakan Cendana Keluarga(GCK) dan program Hutan Tanaman Cendana (HTC). Upaya pengembangan populasi cendana yang melibatkan partisipasi masyarakat juga masih menghadapi beberapa kendala, antara lain keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam budidaya cendana, keterbatasan sumber benih dan bibit cendana berkualitas serta minimnya plot-plot percontohan pengembangan cendana. Dukungan semua pihak terkait dalam sebuah sinergitas nampaknya mutlak untuk membangun kembali cendana di NTT. Melalui tulisan singkat ini, penulis mencoba mengulas peran dari cendana di BDK Kupang (terutama di Kampus Bu at, SoE) dalam konteks upaya pengembangan dan pelestarian cendana. Tanaman Cendana di BDK Kupang Areal Kampus BDK Kupang di Bu at SoE seluas sekitar 50 hektar dan berpagar tembok. Secara umum di dalam areal yang cukup luas tersebut dipergunakan untuk fasilitas bangunan (perkantoran, asrama, kelas, dapur, perumahan, dan sarana ibadah), fasilitas demplot diklat (persemaian, cendana, kebakaran hutan, agroforestry, lebah madu, konservasi tanah dan air, dan silvopastur), serta ditunjang oleh prasarana jalan, jaringan listrik dan jaringan air. Secara prinsip berdasarkan asal pengembangannya, ada dua macam tanaman cendana yang ada di areal kampus Bu at. Pertama, berasal dari perbanyakan alamiah dan yang kedua, berasal dari hasil kegiatan penanaman yang dimulai sejak tahun 1997. Ditinjau dari beberapa hal, penampakan tanaman cendana dari perbanyakan alam maupun kegiatan penanaman tersebut masing-masing memiliki keunikan. Hasil dari pengembangan/perbanyakan alami umumnya berupa trubusan akar dan sebagian kecil dari persebaran biji yang tumbuh. Trubusan akar dihasilkan oleh aktivitas penebangan induk yang masih menyisakan akarnya atau terganggu/terpotongnya akar cendana oleh pembuatan lubang. Tanaman cendana yang berkembang alami ini banyak tumbuh secara bergerombol, dan merupakan satu indukan/keluarga. Lokasi cendana yang tumbuh secara alam lebih banyak berupa tanah-tanah berbatu, di lereng-lereng dan di selasela semak belukar. Oleh karena itu, secara penampakan pertumbuhan, terlihat merana, 2

lambat tumbuh, daun-daun kecil-kecil berwarna hijau pucat. Meskipun demikian, saat musim buah, tanaman-tanaman cendana alam ini banyak berbuah, dikarenakan umur yang sudah cukup tua meski secara fisik terlihat kecil (memiliki diameter kurang dari 10 cm). Aktivitas penanaman cendana di areal kampus BDK Kupang Bu at SoE di awali pada tahun 1997 yaitu membangun demplot cendana. Cendana juga ditanam dalam kegiatan rehabilitasi lahan, praktek peserta diklat, maupun pembangunan sumber benih unggulan bekerjasama dengan BPTH Denpasar. Penanaman pada umumnya pada lahan dengan kondisi tanah relatif baik dan menggunakan bibit hasil persemaian. Pada awalnya bibit yang digunakan berasal dari Pulau Timor. Namun selanjutnya dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan benih dari Pulau Timor, penanaman juga menggunakan bibit dari benih yang berasal dari Pulau Sumba. Bahkan, untuk penanaman sumber benih yang mulai dibangun tahun 2010, asal benih diambil dari beberapa lokasi antara lain Alor, Sumba dan Timor Tengah Selatan (TTS). Pertumbuhan cendana hasil penanaman secara umum cukup menjanjikan. Cendana hasil penanaman berumur 15 tahun dapat mencapai diameter 15 cm, sedangkan cendana alam dalam usia sekitar 20 tahun diameternya baru sekitar 10 cm. Percabangan, bentuk tajuk dan pertumbuhan tinggi cendana yang ditanam sebagian besar juga lebih baik daripada cendana alam. Berdasar hasil inventarisasi pada bulan juli 2010, cendana yang ditemukan kurang lebih 1.700 tanaman. Diperkirakan jumlah tersebut sudah meningkat lebih banyak, sejalan dengan kegiatan pembangunan sumber benih unggulan cendana. Selanjutnya, pada bulan oktober 2013 juga dilakukan inventarisasi secara khusus pada tanaman cendana dengan diameter lebih dari 5 cm. Jumlah cendana yang berhasil ditemukan pada saat kegiatan tersebut sebanyak 340 tanaman (Nugrahanto, 2013). Jumlah tersebut termasuk yang berada di demplot budidaya cendana. Klasifikasi lebih lanjut menunjukkan 137 tanaman (40,30%) merupakan trubusan alam, dan sisanya sebanyak 203 (59,7%) adalah hasil tanaman. Tinggi tanaman bervariasai mulai dari 2 meter hingga 12 meter, umur tanaman berkisar antara 5 tahun hingga di atas 20 tahun (cendana alam). Informasi lain yang dapat digali dari kegiatan inventarisasi tersebut adalah menyangkut kesehatan dan kemampuannya berbuah. Sebagian besar (92,3%) atau 316 tanaman dalam kondisi sehat, sedangkan 24 tanaman (7,7%) menunjukkan gejala kurang sehat yang ditunjukkan dengan sebagian pohon kering, daun rontok, atau terserang kutu sisik parah. Cendana-cendana yang sehat umumnya juga tidak terhindar dari berbagai 3

gangguan pertumbuhan, diantaranya embun jelaga, jamur/lumut kerak, gulma, liana serta naungan yang berlebihan. Saat kegiatan inventarisasi bertepatan dengan musim buah cendana masak yaitu bulan Oktober, sebagaimana disampaikan Surata (2006) bahwa musim berbunga pertama cendana pada bulan Mei-Juni dan buah masak pada bulan September- Oktober. Sebagian besar tanaman (230 atau 67,6%) menunjukkan kondisi terdapat buah. Hal tersebut nampaknya relevan dengan umurnya yang sudah melebihi 5 tahun. Tanaman-tanaman yang tidak berbuah diduga sebenarnya juga sudah mampu berbuah, namun karena faktor tertentu membuat saat pengamatan sedang tidak berbuah. Pencermatan lebih lanjut terhadap data hasil inventarisasi menunjukkan adanya sejumlah cendana yang berukuran cukup besar. Dengan klasifikasi ukuran diameter lebih dari 10 cm ternyata ditemukan cendana sebanyak 72 tanaman Peran BDK Kupang terhadap Pengembangan dan Pelestarian Cendana BDK Kupang dan tanaman cendana yang dimiliki sangat penting dalam mendukung kebijakan pengembangan dan pelestarian cendana untuk mengembalikan NTT sebagai provinsi cendana. Strategi penyadartahuan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan secara rutin telah dilakukan oleh BDK Kupang. Adapun terkait strategi pelestarian, cendana di BDK Kupang dapat berkontribusi terhadap upaya konservasi, penyiapan sumber benih serta pengelolaan permudaan cendana alam yang tersisa. Penyelenggaraan diklat BDK Kupang salah satunya diarahkan untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah, diantaranya terkait pengembangan cendana di NTT. Sepanjang lima tahun terakhir, setiap tahun BDK Kupang menyelenggarakan diklat Budidaya Cendana. Selain ditujukan kepada sasaran aparat kehutanan, terdapat pula diklat yang diperuntukkan bagi masyarakat khususnya ketua/anggota kelompok tani, karang taruna, dan tokoh masyarakat. Beberapa kegiatan hasil kerjasama dengan pihak lain juga terkait dengan diklat budidaya cendana, diantaranya kegiatan ITTO regional NTT, dan kegiatan SCBFWM-NTT. Hampir semua kegiatan diklat budidaya cendana diselenggarakan di Kampus BDK Kupang Bu at SoE. Hal tersebut didasari, ketersediaan media pembelajaran praktek yang dipandang lebih representatif. Keragaman sumberdaya genetik cendana semakin terancam seiring penyusutan populasinya. Sebagai gambaran, pada tahun 1965 populasi cendana berjumlah 506.752, pada tahun 1995 menjadi 389.554 dan merosot tajam pada tahun 2010 hanya tinggal sekitar 16.000 pohon (Widyatmika, 2011). 4

Tanaman cendana pada habitat alaminya sebagian besar berada di kebun para petani. Harga yang menggiurkan saat ini(mencapai Rp 500 ribu tiap kilogram kayu teras), sangat menggoda pemilik untuk menjual pohon cendananya. Pada sisi yang lain, kajian-kajian yang mengungkap informasi penting, misalnya tentang kadar santalol pada populasi alami cendana, belum ada (Soekotjo, 2001). Oleh karena itu, menurut Haniin (2001) mutlak adanya kegiatan konservasi in situ maupun konservasi ex-situ. Keselamatan pertanaman cendana jangka panjang terkait status lahan, ancaman kebakaran dan ternak menjadi pertimbangan utama upaya konservasi disamping faktor-faktor lainnya (Suseno, 2001; Soekotjo, 2001). Menurut hemat penulis, BDK Kupang dengan kampus dan cendana yang dimiliki, sangat layak untuk berperan penting dalam upaya konservasi cendana tersebut. Sejumlah alasannya antara lain:(1) Adanya populasi cendana alam dan tanaman dari asal daerah berbeda, (2) status lahan yang jelas, (3) keamanan dari ancaman kebakaran dan ternak dengan adanya pagar dan pengelola kampus, (4) dapat disinergikan dengan kegiatan diklat, (5) SDM Pengelola kampus dapat dilibatkan, dan (6) ketersediaan jaringan air dan dukungan sarana lain. BDK Kupang juga dapat berperan besar dalam upaya penyiapan sumber benih. Sebagian tanaman cendana umurnya sudah mulai memenuhi syarat untuk diambil benihnya (>20 tahun). Dengan lokasi yang sangat mudah diakses dan jarak antar pohon tidak terlalu jauh, cukup mendukung adanya pemungutan benih. Harapan yang lebih jauh adalah terhadap demplot budidaya cendana di hutan diklat Sisimeni Sanam dan Sumber Benih Unggulan Cendana yang dibangun bersama BPTH. Apa upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan? Untuk mengoptimalkan peran BDK Kupang dalam pengembangan dan pelestarian cendana diperlukan beberapa upaya penting. Menurut hemat penulis, upaya-upaya tersebut antara lain: 1. Menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan Balai Penelitian Kehutanan, Balai Perbenihan Tanaman Hutan, dan Instansi kehutanan di daerah. Penelitian keragaman genetik, penelitian perbenihan, perancangan desain sumber benih, perancangan strategi 5

konservasi adalah contoh aktivitas yang memerlukan kerjasama. 2. Melakukan inventarisasi dan pemetaan secara lebih detil. Pada pohon-pohon yang cukup besar dilakukan penandaan dan pemetaan posisi. 3. Meningkatkan pengawasan dan pengamanan dan terhadap tanaman cendana yang rawan pencurian dan kebakaran. 4. Melakukan pemeliharaan dan pemantauan yang lebih serius terhadap kondisi dan pertumbuhan tanaman cendana. Dalam hal ini diperlukan petugas yang secara khusus menanganinya. 5. Melakukan pengelolaan sistem informasi tanaman cendana yang dimiliki. Penutup BDK Kupang mempunyai peran yang besar dalam upaya pengembangan dan pelestarian cendana. Secara nyata, melalui diklat yang rutin diselenggarakan, BDK Kupang berkontribusi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat kehutanan dan masyarakat dalam budidaya cendana. Tanaman cendana yang dimiliki BDK Kupang dapat ditingkatkan fungsinya selain untuk media belajar juga untuk mendukung kegiatan pelestarian cendana. Strategi pelestarian cendana melalui konservasi in situ maupun ex situ dapat memanfaatkan potensi yang ada. Demikian pula dalam upaya penyiapan sumber benih, cukup besar potensi yang dimiliki oleh BDK Kupang. Meskipun demikian, semua hal tersebut tidak mudah untuk diwujudkan tanpa keseriusan dan kerjasama berbagai pihak secara sinergis. Daftar Pustaka Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan, 2010. Master Plan Pengembangan dan Pelestarian Cendana Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030. Kerjasama Kementerian Kehutanan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur Musakabe H., 2001. Peluang dan Kendala Cendana dalam Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur: Prosiding Cendana (Santalum album L.) Sumber Daya Otonomi Daerah Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Hal. 475 478. Nugrahanto,G., Fatmawati, 2013. Kajian Tingkat Kesiapan Cendana di Kampus BDK Kupang sebagai Media Pembelajaran Diklat Budidaya Cendana. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kupang. Soekotjo, 2001. Konservasi Ex Situ Cendana (Santalum album L.): Aplikasi dan Tantangannya: Prosiding Cendana (Santalum album L.) Sumber Daya Otonomi 6

Daerah Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Hal. 515 519. Surata, I.K. 2006. Teknik budidaya cendana (Santalum album L). Aisuli :21. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. Suseno, O.H., 2001. Prospek Pengembangan Cendana di Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Hal. 479 485. Widiyatmika, M., 2011. Cendana Tidak Lagi Semerbak di Bumi Timor. Makalah Seminar: Konferensi Nasional Sejarah IX. 7