KAJIAN AWAL TENTANG b Value GEMPA BUMI DI SUMATRA TAHUN Madlazim Jurusan Fisika FMIPA UNESA

dokumen-dokumen yang mirip
*

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

KAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP PARAMETER SUMBER GEMPA DI SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

Estimasi Parameter Sumber Gempa Bumi Padang 30 September 2009, Mw=7,6 dan Korelasinya dengan Aftershocks-nya

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Estimasi Moment Tensor dan Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Utara Periode

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

LOKASI POTENSI SUMBER TSUNAMI DI SUMATERA BARAT

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

STUDI POLA KEGEMPAAN PADA ZONA SUBDUKSI SELATAN JAWA BARAT DENGAN METODE SEGMEN IRISAN VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

STUDI B-VALUE UNTUK ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPABUMI PERIODE (Studi Kasus: Gorontalo) ABSTRAK

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

Note : Kenapa Lempeng bergerak?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

(Analisis model geomekanika pada zona penunjaman lempeng untuk estimasi potensi gempa besar di Indonesia)

Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya

KAJIAN SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI DI ACEH

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB III Deformasi Interseismic di Zona Subduksi Sumatra

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

SURVEY DAN ANALISIS SEISMISITAS WILAYAH JAWA TIMUR BERDASARKAN DATA GEMPA BUMI PERIODE SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Gempa Tektonik di Pulau Sumbawa..Wahyu Haryadi 13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Energi Gempa Bumi Utama dan Susulan (Studi Kasus : Gempa Subduksi Pulau Sumatera dan Jawa)

BAB II GEMPA BUMI DAN GELOMBANG SEISMIK

ANALISIS GEMPA NIAS DAN GEMPA SUMATERA BARAT DAN KESAMAANNYA YANG TIDAK MENIMBULKAN TSUNAMI

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-74

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MENTAWAI-SUMATERA BARAT (0.5 LS 4.0 LS dan 100 BT 104 BT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS VARIASI SPASIAL PARAMETER SEISMOTEKTONIK DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYADENGAN MENGGUNAKAN METODA LIKELIHOOD

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017

KORELASI ANTARA MAGNITUDO GEMPABUMI LOKAL DENGAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P DI WILAYAH SUMATRA BARAT

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

STUDI b-value UNTUK PENGAMATAN SEISMISITAS WILAYAH PULAU JAWA PERIODE

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010

ANALISIS WAKTU BERAKHIRNYA GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN METODE MOGI

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS TINGKAT SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI DI SUMATERA BARAT PADA PERIODE

Pengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

Buletin Vol.6 No.03 - Maret 2016 ISSN :

Lempeng Tektonik (Tectonic Plate) Oseanografi Fisika

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

SEISMISITAS VERSUS ENERGI RELEASE

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi Dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE

Transkripsi:

KAJIAN AWAL TENTANG b Value GEMPA BUMI DI SUMATRA TAHUN 1964-2013 Madlazim Jurusan Fisika FMIPA UNESA lazim@fisikaunesa.net Abstrak Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis tren gempa bumi di Sumatra dan kemungkinan implikasinya terhadap gempa bumi yang akan datang dengan menggunakan b value sebagai precursor. Data statistik gempa bumi yang digunakan adalah gempa bumi dengan magnitudo mulai dari 4 sampai 8,5 dan dengan kedalaman 0 sampai 70 km. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan metode statistik dengan formula empirik dari Gutenberg and Richter. Kecenderungan kejadian gempa bumi semakin meningkat selama 49 tahun terakhir. Bahkan setelah gempa bumi tahun 2004 peningkatan kejadian gempa bumi semakin tajam. Hal ini diduga disebabkan oleh proses pencapaian keseimbangan energi yang dialami oleh lempeng, sehingga terjadi gempa bumi-gempa bumi susulan yang berkelanjutan sampai terjadi keseimbangan energi. Nilai konstanta b value gempa bumi di Sumatra tergolong rendah, yaitu 0,865. Nilai ini menggambar tingkat stress yang tinggi, sehingga peluang besar terjadinya gempa bumi besar akan terjadi lagi di Sumatra. Kata kunci: b value, precursor, tren gempa bumi, gempa bumi yang akan datang Madlazim 41

1. PENDAHULUAN Kulit terluar bumi terdiri dari sejumlah lempeng atau bisa diistilahkan "piring" yang kondisinya hampir kaku yang secara perlahan bergerak melawan atau saling menjauh satu dengan lainnya. Gerakan lempeng-lempeng ini merupakan fitur geologi yang menyediakan kondisi yang memungkinkan terjadinya gempa bumi besar terjadi. Gempa bumi-gempa bumi berpeluang besar dapat terjadi di batas antar lempeng dan sesar di mana saja dan kapan saja, tetapi sedikit sekali pengetahuan manusia untuk memahami precursor atau peringatan pendahuluan sebelum gempa bumi-gempa bumi tersebut terjadi. Gempa bumi yang paling ekstrim terjadi di dekat atau di batas antar lempeng tersebut. Gesekan antar lempeng menimbulkan tekanan dan regangan. Tekanan dan regangan yang terjadi antar batas lempeng, yang disebabkan oleh gerakan dari lempeng terhadap lempeng lain, yang "terpendam" di batas lempeng dapat berupa energi elastis yang tersimpan. Batuan pada lempeng memiliki batas elastisitas, ketika energi gesekan antar lempeng melebihi elastisitas batuan, maka akan terjadi proses pelepasan energi. Energi ini dilepaskan secara tibatiba, sehingga terjadi gempa bumi. Energi ini selanjutnya menimbulkan efek gelombang elastis yang dapat menyebar secara luas, sehingga dapat dirasakan di perairan maupun di daratan. Gempa bumi kuat juga dapat memicu gunung berapi meletus, di sekitar atau lebih jauh, meskipun hal ini tidak selalu terjadi, karena bergantung pada keadaan dapur magma pada saat itu. Di Sumatra terdapat dua kondisi geologi yang dapat menyebabkan gempa bumi, yaitu zona subduksi yang merupakan batas antar lempeng Indo-Australia yang menunjam ke lempeng Euro-Asia. Ada dua penyebab utama gempa bumi di Sumatra, yaitu: (1) zona subduksi lempeng yang terletak di perairan Sumatra yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dengan magnitudo relatif lebih besar sehingga sangat mungkin bisa menimbulkan tsunami. (2) zona sesar Sumatra yang juga dikenal sebagai sesar Semangko atau Sumatra Fault Zone (SFZ). Zona ini membelah pulau Sumatra menjadi dua, membentang sepanjang pegunungan Bukit Barisan, dari teluk Semangko di Selat Sunda sampai wilayah Aceh di Utara (Natawidjaja, 2002). Gempa bumi-gempa bumi yang terjadi di Sumatra merupakan implikasi geodinamik dari deformasi aktif di sekitar Sunda dan Java trench. Vektor slip dari geodinamik dari Sunda dan Java trench mendorong SFZ (McCaffrey, 1991). Di sepanjang lepas pantai barat Sumatera, Lempeng Indo-Australia menyusup di bawah Lempeng Euro-asia dengan arah yang miring (sekitar 40-45 derajat). Penunjaman miring tersebut mengakibatkan terbentuknya Zona Sesar Sumatera (SFZ), yaitu suatu zona sesar geser menganan, yang memanjang dari ujung utara hingga ujung selatan Pulau Sumatera. Namun di sepanjang lepas pantai selatan Pulau Jawa, Lempeng Indo- Australian menyusup Lempeng Eurasia dengan arah normal sehingga tidak terbentuk suatu zona sesar seperti yang ada di Sumatera. Panjang daerah sesar Sumatra 1900 km dan melintasi beberapa busur vulkanik aktif di sepanjang pulau Sumatra. SFZ bersebelahan dan sejajar dengan sesar Mentawai. Pada ujung bagian utara, daerah sesar Sumatra menyebar di laut Andaman. Pada bagian selatan berakhir di selat Sunda. Di antara zona subduksi dan SFZ ada juga sesar minor yang juga cukup aktif, yaitu sesar Mentawai, sesar Andaman dan beberapa sesar minor lainnya. Sumatra Barat merupakan batas lempeng samudra (continental) yang terdiri dari dua sistem sesar, yaitu sistem sesar strike-slip yang berputar ke kanan (dextral) dan subduksi antarmuka dip-slip yang memiliki pengaruh lebih besar (Lasitha et al., 2006). Konvergensi kemiringan yang menghadap Madlazim 42

ke utara dari lempeng Hindia dan Australia bergerak menuju Asia Tenggara dengan kecepatan 60 mm/yr (Prawirodirdjo et al., 1997). Konvergensi lempeng dibagi menjadi slip yang parallel terhadap trench yang ditampung oleh sesar Sumatra dan slip yang tegak lurus yang terakomodir oleh antarmuka zona subduksi. Sesar Sumatra telah menyebabkan belasan gempa dengan kekuatan 7 M w 7.7, juga beberapa gempa bumi kecil yang terjadi hampir di semua segmen. Artikel ini akan menyajikan hasil riset tentang kajian statistik tentang gempa bumi di Sumatra yang terjadi mulai 1964 sampai tahun 2013. Penelitian ini berupaya untuk menjawab permasalahan bagaimana tren gempa bumi di Sumatra dan kemungkinan implikasinya terhadap gempa bumi yang akan datang dengan menggunakan b value sebagai precursor. 2. METODE Daerah penelitian ini meliputi daerah Sumatra dengan batas lintang -10 o sampai dengan 10 o dan bujur 90 o sampai dengan 110 o. Data statistik gempa bumi yang digunakan adalah gempa bumi dengan magnitudo mulai dari 4 sampai 8,5 dan dengan kedalaman 0 sampai 70 km. Untuk gempa bumi dengan magnitudo 8 ke atas yang bersumber dari katalog International Seismological Centre (ISC) dengan jangka waktu mulai tahun 1964 sampai dengan 2013 (Gb. 1). Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan metode statistik dengan formula empirik dari Gutenberg and Richter (1944). Sampai saat ini belum ada metode yang mampu menandingi keakuratan dari formula empiris tersebut terkait kemampuannya dalam menjelaskan masalah sesismisitas dengan lebih baik. Metode ini telah digunakan secara luas dan telah teruji secara meyakinkan keakuratannya. Secara matematis formula tersebut dapat dituliskan: Log N = a - bm, denga M = 10 a-bm. N adalah jumlah gempa bumi, M adalah magnitudo gempa bumi, a dan b adalah konstanta real yang bernilai positif. Konstanta a menggambarkan aktivitas seismik dan b menggambarkan karakteristik tekanan yang dialami oleh medium medium. Formula empirik dari Gutenberg and Richter tersebut dapat menjelaskan dengan baik terkait sesismisitas gempa bumi dengan magnitudo antara 4,5 sampai dengan 7,0, Sedangkan untuk gempa bumi dengan magnitudo di atas 7,0 formula tersebut perlu dimodifikasi karena kemungkinan besar terjadi deviasi linieritas, dengan nilai log N cenderung tidak linier terhadap M. Jumlah gempa bumi dengan M lebih besar dari 7,0 sedikit, jumlah N cenderung kecil untuk M besar (> 7,0). Oleh karena itu perlu dimasukkan faktor magnitudo momen (M w ), M w = (2log M 0 )/3-10,73, dengan M 0 adalah momen skalar dalam satuan dyne-cm. Selanjutnya dapat diketahui hubungan log N = a - βlogm 0. Dengan β ~ 2/3 (Kulhanek, 2005). Metode ini dimplementasi ke dalam software TSEIS web versi 1.0 yang bisa diakses di http://wwweic.eri.utokyo.ac.jp/db/harvard/ Gambar 1. Kondisi seismisitas di daerah penelitian Madlazim 43

3. HASIL DAN DISKUSI Berikut adalah gambar yang menunjukkan bagaimana variasi magnitudo gempa bumi sebagai fungsi waktu dan jumlah semua gempa bumi yang terjadi di Sumatra dalam 49 tahun terakhir (Gb. 2 dan Gb. 3). Ketiga gambar tersebut melibatkan semua gempa bumi baik gempa bumi besar (mulai 7,0 sd 8,5) maupun kecil dan sedang (mulai 4,0 sd 6,9) yang telah terjadi di daerah penelitian, selama periode 49 tahun. Kelengkapan data gempa bumi yang tersedia mulai dari magnitudo 4 sampai dengan 8,5 adalah terkait dengan peningkatan perkembangan teknologi seismograf. Tentu saja, dalam 25 tahun terakhir, gempa bumi dengan magnitudo yang lebih tergolong kecil telah dapat direkam oleh seismograf karena peningkatan teknologi informasi dan komunikasi serta jumlah stasiun seismograf di seluruh dunia semakin membaik. Peningkatan ini telah membantu pusat seismologi untuk menemukan banyak gempa bumi kecil yang terdeteksi dalam beberapa dekade sebelumnya. Oleh karena itu, tren kenaikan tidak terduga dalam ketiga gambar tersebut, meskipun kenaikan jumlah gempa bumi besar akan menjadi lebih penting untuk penilaian tren gempa bumi karena gempa bumi besar memiliki dampak yang lebih besar terhadap medium dan bangunan di permukaan bumi. Untuk gempa bumi yang berkekuatan 7 atau di atas dapat dengan mudah diidentifikasi oleh sejumlah seismograf. Gambar 2 menunjukkan bahwa magnitudo gempa bumi dari tahun ke tahun cenderung lebih besar, puncaknya pada tahun 2004 terjadi gempa mega besar dengan kekuatan 9,0 (Global CMT) atau 8,5 (ISC). Fluktuasi dalam jumlah gempa selama bertahun-tahun seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 menunjukkan bagaimana gempa bumi yang tak terduga, dan melihat dari tahun ke tahun dapat ditentukan analisis kecenderungan kejadian gempa bumi. Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa ada kecenderungan kejadian gempa bumi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan setelah gempa bumi tahun 2004 kecenderungan kejadian gempa bumi semakin tajam. Hal ini diduga disebabkan oleh proses pencapaian keseimbangan stress yang dialami oleh lempeng, sehingga terjadi gempa bumi-gempa bumi susulan yang berkelanjutan sampai terjadi keseimbangan energi (http://earthquake. usgs.gov/). Tahun Gamba 2. Magnitudo gempa bumi yang berjumlah 10.846 kejadian vs tahun terjadinya Madlazim 44

Gempa bumi besar jarang terjadi dibandingkan gempa bumi dengan kekuatan rendah yang terjadi lebih teratur dan sering. Gempa bumi besar dinilai memiliki dampak yang lebih besar pada jangkauan geografis dan kerusakan, dan lebih mungkin untuk secara akurat dicatat selama jangka waktu yang lama. Gambar 3. Kecenderungan gempa bumi di Sumatra Kejadian gempa bumi masa lalu tidak bisa serta merta dianggap sebagai indikasi yang jelas tentang tren gempa bumi masa depan (sayangnya banyak ilmuwan cenderung menganggap sering dengan hanya memproyeksikan ke depan pada tren yang ada, tanpa mempertimbangkan faktorfaktor lain, seperti b value dan lainnya.) sehingga kita harus berhati-hati bagaimana peristiwa masa lalu diinterpretasikan. Namun, yang jelas saat ini kita hidup dalam waktu ketika frekuensi gempa meningkat, itu akan menarik untuk melihat apakah dalam waktu dekat ke depan tetap terjadi gempa bumi dengam tren yang semakin meningkat seperti saat ini. Kajian perubahan b-value terhadap waktu sering dilakukan untuk membuktikan layak tidaknya dijadikan sebagai precursor gempa bumi baik dalam skala short-term, medium term maupun long-term. Hasil studi ini menemukan nilai rerata b value sebesar 0,865 (Gb. 4). Nilai ini kurang dari 1 seperti beberapa bulan sebelum terjadinya gempa bumi besar tahun 2004. Hasil penelitian Nuannin (2006) menunjukkan bahwa gempa-gempa besar dalam skala mediumterm sering didahului dengan peningkatan b-value sampai nilai 2,36 kemudian diikuti penurunan sampai di bawa nilai 1 dalam beberapa bulan sebelum kejadian gempa bumi mega besar tahun 2004 di Sumatra. Gambar 4. Frekuensi gempa bumi vs magnitudonya untuk menghitung b value. Dari persamaan linier dapat diketahui nilai a = 6,750 dan nilai b = 0,865 Madlazim 45

Hanya saja dalam penelitian ini, tidak dilakukan kajian variasi b value terhadap waktu dan ruang, sehingga tidak dapat diketahui daerah Sumatra bagian yang mana yang memiliki b value yang rendah dan sebelum b value turun apakah didahului dengan b value yang naik. Kajian b value rerata ini tidak menunjukkan perubahan (variasi terhadap ruang dan waktu). Oleh karena itu, kajian ini perlu dilanjutkan kajian variasi b value terhadap waktu dan ruang agar dapat digunakan sebagai precursor gempa bumi dengan lebih valid dan terukur. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada tim ISC (http://www.isc.ac.uk/ ) yang telah menyediakan dan terus mengupdate katalog data gempa bumi. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada TSEIS web versi 1.0 yang telah menyediakan software implementasi dari statistik seismologi. 4. KESIMPULAN Kecenderungan kejadian gempa bumi semakin meningkat selama 49 tahun terakhir. Bahkan setelah gempa bumi tahun 2004 peningkatan kejadian gempa bumi semakin tajam. Hal ini diduga disebabkan oleh proses pencapaian keseimbangan energi yang dialami oleh lempeng, sehingga terjadi gempa bumi-gempa bumi susulan yang berkelanjutan sampai terjadi keseimbangan energi. Nilai konstanta b value gempa bumi rerata di Sumatra tergolong rendah, yaitu 0,865. Nilai ini menggambar tingkat stress yang tinggi, sehingga peluang besar terjadinya gempa bumi besar akan terjadi lagi di Sumatra. References Gutenberg, B., and C. Richter (1944), Frequency of earthquakes in California, Bull. Seismol. Soc. Am., 34, 185-188. Lasitha, S., Radhakrishna, M., and Sanu, T.D.., 2006. Seismically Active deformation in the Sumatra-Java Trench-arc region: Geodynamic Implications, Current Science, 90. No. 5. McCaffrey, R, 1991, Slip vectors and stretching of the Sumatran fore arc, Geology, 19, 881-884. DOI:10.1130/0091-7613(1991)019<0881:SVASOT>2.3.CO ;2 Natawidjaya, D.H, 2002, Neotectonics of the Sumatra Fault and Paleogeodesy of the Sumatra Subduction Zone, California Institute of Technology Pasadena, California (Thesis). Nuannin, Paiboon (2006). The Potential of b-value Variations as Earthquake Precursors for Small and Large Events, Digital Comprehensive Summaries of Uppsala Dissertations from the Faculty of Science and Technology 183 nterseismic strain segmentation at the Sumatra subduction zone, Geophysical Research Letters, 24, 2601-2604. Madlazim 46