BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asep Tantan Triatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara optimal dalam pendidikan. Menurut Setiawan (2011:356), pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman kehidupan manusiap musik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia itu sendiri. Dalam perspektif islam, manusia diciptakan oleh Allah SWT dari saripati tanah, yang kemudian Allah menciptakan manusia terdiri dari materi (badan) dan substansi immaterinya (jiwa), Muhammad (2008, hlm. 58) mengemukakan bahwa: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada adab atau budayanya. Manusia beradab atau berbudaya karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, nurani dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan akal budinya, manusia dapat menilai segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Kemampuannya berfikirnya pun dapat menciptakan berbagai macam karya dan gagasan. Salah satu bentuk dari hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (dalam Darwis, 2008, hlm. 39), Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan yang lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat memiliki keanekaragaman atau kemajemukan unsur dan jenisnya, namun pada saat yang sama, budaya itu menjadi satu yakni sebagai kebudayaan nasional. Hal tersebut senada dengan semboyan bhinneka tunggal ika yakni berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan manusia semakin meningkat begitu pula dengan kebutuhan dalam berkesenian. Kesenian semakin berkembang dari masa ke masa, oleh karenanya secara tidak langsung akan melahirkan kesenian baru yang disebut dengan kesenian modern. Namun, pada hakikatnya kesenian tradisional dengan kesenian modern tidak ada perbedaan yang signifikan, hanya perbedaan waktu yang merubah kesenian tradisional menjadi kesenian modern. Perbedaan zaman dari waktu ke waktu, mempengaruhi perilaku manusia dalam mengekspresikan sesuatu termasuk dalam mengekspresikan diri terhadap kesenian. Selain itu, sarana dan prasarana yang digunakan dalam kesenian dari waktu ke waktu menjadi unsur yang membedakan antara kesenian tradisional dan kesenian modern. Negara Indonesia dikenal sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian tradisional, terutama di daerah Jawa Barat. Kesenian tradisional di Indonesia, hidup dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hampir setiap daerah memiliki kesenian tradisional sebagai ciri khas dari daerah tersebut. Kehadirannya sebagai sarana hiburan dan sebagai sarana menikmati keindahan, kesenian tradisional ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Namun pada kenyataannya di era globalisasi ini, harus diakui bahwa kesenian tradisional mulai terkikis dengan hadirnya kesenian modern dan kurang diminati oleh para generasi muda. Dengan adanya globalisasi, masyarakat dapat dengan mudah mengetahui dan mempelajari budaya negara lain yang berbeda dengan negara kita. Terkadang pengetahuan yang kita miliki tentang budaya luar justru membuat kita lebih menyukainya, dari pada budaya daerahnya sendiri terutama para generasi muda. Mereka lebih senang dengan budaya luar yang masuk ke negara kita. Mereka menganggap orang yang mempelajari kesenian tradisional adalah orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman, padahal kesenian tradisional ini merupakan salah satu identitas budaya Negara Indonesia.

Jika generasi muda sebagai penerus bangsa ini tidak mau melestarikan budaya bangsa, maka kesenian tradisional ini akan punah dan bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya. Kesenian nasional akan punah, jika kita tidak membentenginya dari pengaruh kesenian mancanegara khususnya kesenian modern barat. Menurut Amang Rahman (dalam Pidarta, 2007, hlm. 174) kesenian kita tidak boleh hanya menjadi objek kesenian global untuk diperlakukan ini dan itu, melainkan juga harus bisa menjadi subjek. Menjadi subjek yang dimaksud diatas ialah menjadi kesenian yang unggul di manca negara, Indonesia harus memberikan karya yang besar untuk kesenian dunia sehingga menjadi kebanggaan negara tersendiri dan menjaga pelestarian kesenian nasional agar tidak punah. Gambaran kehidupan saat ini adalah kehidupan yang serba menglobal dalam segala aspek kehidupan, baik itu segi komunikasi, teknologi, ilmu pengetahuan, sosial maupun budaya. Globalisasi sudah pasti memberikan dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun negatif. Syaifullah (2008, hlm.151) menyatakan bahwa Intensitas dampak dalam setiap level tersebut, sudah barang tentu tidak sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh sikap mental masyarakatnya dalam menerima atau menolak globalisasi tersebut. Dari pendapat tersebut dapat di uraikan bahwa kita tidak bisa menyalahkan kehadiran dari globalisasi, karena bagaimanapun juga pergantian atau regenerasi tetap diperlukan untuk menjaga kestabilan kehidupan manusia. Sehingga yang perlu di perhatikan dalam menghadapi arus globalisasi ialah sikap mental dari masyarakatnya dalam menerima atau menolak dampak negatif dari globalisasi tersebut. Menurut M. Mastuhu (dalam Ma mur asmani, 2011, hlm.5), globalisasi memberi peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan manusia seutuhnya. Dalam hal ini, globalisasi menyediakan seluruh fasilitas

yang dibutuhkan oleh manusia, baik itu negatif maupun positif. Semua itu kembali lagi kepada mental masyarakat itu sendiri dalam menerima dan menolak globalisasi tersebut, apakah masyarakat itu siap dan mampu menjadi pemenang dalam kompetisi ini, karena sejatinya globalisasi adalah suatu kompetisi yang mencari seorang pemenang terbaik dari segi pengetahuan, teknologi, pelayanan, dan lain sebagainya, juga mampu menjadikan bangsanya sebagai bangsa produsen yang dapat berbicara banyak dalam hal konteks dunia. Globalisasi sudah tentu memberikan dampak bagi yang mengikutinya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari globalisasi diantaranya adalah kompetisi, integrasi, dan kerjasama baik itu di bidang pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas produk, pelayanan dan akuntabilitas. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi ialah terjadinya dekadensi moral, masyarakat yang konsumerisme, lahirnya generasi instan, masyarakat yang lebih menyukai produk luar negeri, lebih mengenal budaya Negara lain dibandingkan dengan budayanya sendiri, dan lain sebagainya. Dalam interaksi global, kesadaran global sangatlah diperlukan yang mana warga negara mampu secara sadar dan kritis dalam menerima dan memfilter berbagai dampak dari globalisasi tersebut. Jika sikap mental masyarakatnya lemah maka tidak menutup kemungkinan identitas budaya lokal akan hancur sebagai dampak negatif dari globalisasi. Ma mur Asmani (2011, hlm. 6-7) mengemukakan beberapa langkah yang bisa diambil untuk Indonesia dalam menghadapi globalisasi ini adalah sebagai berikut: Pertama, mengirim kader-kader terbaik bangsa ke Negara-negara maju untuk menyerap pengetahuan dan teknologi mereka, kemudian mengembangkannya di negeri sendiri. Kedua, menggalakan penelitian dan pengembangan di semua lembaga dan bidang untuk menghasilkan temuantemuan baru yang orisinal dan spektakuler. Ketiga, memperkokoh karakter bangsa, khususnya kader-kader muda yang baru aktif di bangku sekolah dan kuliah sebagai calon pembaru masa depan bangsa.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Ma mur Asmani bahwa kita harus memperkokoh karakter bangsa kita, khususnya bagi kader-kader muda yang akan menjadi penerus bangsa agar mereka tidak mudah rapuh, dan tidak mudah terjerumus ke dalam tren budaya barat. Disinilah pentingnya pendidikan karakter digaungkan agar timbul kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda yang kokoh. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat, mental yang kuat akan melahirkan semangat yang kuat untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan arus globalisasi. Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (dalam Yuliani, 2013, hlm. 3) mengemukakan bahwa: Harus adanya penanaman dan pembentukan karakter cinta tanah air dari mulai usia dini. Pembentukan karakter tersebut berada di lingkungan sosial dan budaya baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, permasalahan diatas adalah melalui pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang yang mengemban misi nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang dijadikan sebagai wahana pengembangan karakter bangsa yang sangat strategis dalam proses kegiatan intrakurikuler. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjalankan misinya melalui 3 kegiatan kurikuler yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah, kegiatan kurikuler tersebut ialah intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pembentukan karakter dapat dilakukan dimana saja, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah. Lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas di bidang ilmu, moral, dan mental untuk membangun negeri yang maju di segala bidang. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam membina pendidikan karakter bagi anak. Internalisasi pendidikan karakter di

sekolah dilakukan secara terpadu melalui pembelajaran, menejemen sekolah, dan ekstrakulikuler. Sekolah dijadikan sebagai wadah pembinaan bagi peserta didik agar mereka memiliki kecerdasan, kemampuan, dan keterampilan. Keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh beberapa nilai yang harus dikembangkan di sekolah, salah satunya adalah nilai cinta tanah air. Indikator nilai cinta tanah air menurut Fitri (2012, hlm. 42) adalah: Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa; menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; memajang bendera Indonesia, Pancasila, gambar presiden serta simbol-simbol negara lainnya; bangga dengan karya bangsa; melestarikan seni budaya bangsa. Sekolah merupakan tempat yang tepat dalam mengembangkan pendidikan karakter, salah satunya ialah karakter cinta tanah air. Karakter cinta tanah air ini dapat dibentuk melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun diluar kelas pada setiap mata pelajaran. Secara formal, Pendidikan Karakter tertuang di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang mana mata pelajaran tersebut mengusung mengenai wawasan kebangsaan atau karakter cinta tanah air. Selain itu, karakter cinta tanah air juga dapat dibentuk melalui kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Iim Siti Masyitoh (2013:4): Posisi model Pendidikan Karakter berbasis etnopedagogik tradisi lisan sunda untuk membangun kearifan lokal secara bottom up memperkuat pengembangan karakter bangsa secara top down yang merupakan core value keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan bukan semata menjadi ciri mata pelajaran muatan lokal melainkan ciri mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dari penjelasan diatas bahwa pengembangan karakter cinta tanah air yang menjadi nilai utama bagi keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilaksanakan secara top down melalui nilai-nilai pancasila, yang kemudian diperkuat secara bottom up melalui seni budaya angklung sebagai bentuk

kearifan lokal Jawa Barat. Seni budaya yang diterapkan di sekolah merupakan karakteristik budaya dimana siswa tersebut berada. Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan identitas budaya suatu daerah. Maka dari itu, sekolah harus menjadi bagian yang turut serta dalam melestarikan budaya lokal sebagai upaya pembentukan karakter masyarakat khususnya pembentukan karakter pada diri siswa. Jika pengembangan karakter di sekolah tersebut dilaksanakan secara selaras baik yang dilakukan secara top down maupun buttom up, maka pengembangan karakter dipersekolahan akan memenuhi indikator tingkat keberhasilannya yang mana dapat dilihat dari sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter bangsa secara bottom up dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang mana dijadikan sebagai penunjang dan sarana proses habituasi atau pembiasaan karakter siswa melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di luar jam pelajaran yang merupakan kegiatan pilihan yang dipilih oleh siswa sesuai minatnya masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi, minat dan bakat yang dimiliki siswa agar siswa dapat memperluas wawasan pengetahuannya dan juga mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membentuk karakter cinta tanah air salah satunya ialah kegiatan ekstrakurikuler kesenian. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler tersebut, kesenian budaya nasional beserta nilai-nilainya dapat dikenalkan di sekolah sejak dini. Pengenalan terhadap seni budaya nasional beserta nilai-nilainya merupakan suatu kebutuhan yang harus ditumbuh

kembangkan di tengah interaksi global yang semakin luas. Hal tersebut merupakan suatu bentuk perwujudan semangat kebangsaan yakni semangat mencintai tanah air Indonesia di tengah gempuran globalisasi yang semakin tidak terkendali. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai sejauh mana kegiatan ekstrakurikuler kesenian angklung tersebut dapat meningkatkan rasa cinta tanah air siswa terhadap seni budaya lokal Indonesia. Dengan demikian, judul skipsi ini adalah Implementasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Angklung dalam Meningkatkan Rasa Cinta (Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Kesenian Angklung di SMA Negeri 24 Bandung). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara umum penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi kegiatan ekstrakurikuler kesenian angklung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di SMA Negeri 24 Bandung? Sedangkan secara khusus penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian angklung kaitannya dengan menigkatkan rasa cinta tanah air siswa? 2. Bagaimana proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian angklung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di SMA Negeri 24 Bandung? 3. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian angklung dalam kehidupan di lingkungan sekolah?

4. Bagaimana kontribusi keterkaitan perilaku cinta tanah air yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian angklung terhadap Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini secara umum adalah mengetahui implementasi dari kegiatan ekstrakulikuler kesenian angklung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di SMA Negeri 24 Bandung. 2. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan untuk: a. Mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian angklung kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa. b. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian angklung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di SMA Negeri 24 Bandung. c. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakulikuler kesenian angklung dalam kehidupan di lingkungan sekolah d. Mengetahui kontribusi keterkaitan perilaku cinta tanah air yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian angklung terhadap Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Dari Segi Teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangsih teori sebagai bahan informasi, pengetahuan, dan tambahan referensi untuk mengenalkan dan melestarikan kesenian tradisional Indonesia melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah agar siswa menyukai dan bangga terhadap seni budaya daerahnya sendiri sehingga dapat meningkatkan rasa cinta tanah air siswa. 2. Manfaat Dari Segi Kebijakan Manfaat kebijakan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan penelitian bagi pemerintah mengenai pentingnya rasa cinta tanah air ditanamkan kepada siswa-siswa di sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menegah Atas (SMA), karena permasalahan sosial yang kerap terjadi saat ini adalah sebagai dampak dari lemahnya mental bangsa dalam menghadapi globalisasi budaya, sehingga mereka cenderung menyukai budaya luar dibanding budaya lokal, mereka dengan mudah menerima budaya luar masuk tanpa pertimbangan yang lebih dalam. 3. Manfaat Dari Segi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi pihakpihak sebagai berikut: a. Bagi guru PKn; meningkatnya pengetahuan guru dalam mengembangkan moral dan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. b. Bagi siswa; meningkatnya semangat nasionalisme dalam diri siswa agar mampu menjadi generasi penerus bangsa yang mempertahankan nilainilai budaya lokal. c. Bagi sekolah; dapat memanfaatkan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dalam mengenalkan, menanamkan, dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan daerah.

d. Bagi penulis; meningkatkan wawasan, memperoleh pengalaman langsung dan memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan khususnya penanaman nilai budaya dalam pembentukan karakter siswa. 4. Manfaat Dari Segi Isu Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kepada semua pihak tentang pentingnya menjaga identitas budaya lokal dan menanamkan karakter cinta tanah air kepada anak bangsa khususnya siswa-siswa disekolah sebagai generasi penerus bangsa. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan dari penelitian yang berjudul implementasi kegiatan ekstrakulikuler kesenian angklung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa (Studi Deskriptif pada Ekstrakulikuler Kesenian Angklung di SMA Negeri 24 Bandung) adalah sebagai berikut: 1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi dan subjek penelitian dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II kajian pustaka membahas mengenai kegiatan ekstrakulikuler, angklung, hakekat cinta tanah air. 3. BAB III metode penelitian yang meliputi sebagai berikut pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, pengujian keabsahan data. 4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

5. BAB V kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan merupakan hasil dari penelitian yang didalamnya menjawab dari perumusan masalah, sedangkan rekomendasi berisi masukan tertulis.