BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Sejak otonomi daerah berjalan, terdapat 3 (tiga) periode pengelolaan barang daerah di

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI KARYA AKHIR

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

Evaluasi proses..., Wasis Supriyadi, FE UI., L A M P I R A N

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan

Drs. SATRIO IMAM P, MSi

INDIKATOR DAN TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SIMEULUE

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Siregar (2004 : 559) dalam pengertian yang terbatas pemerintah memberikan

- 1 - BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SENSUS BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB III GAMBARAN INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 3 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 23 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN NO : 14 / LD/2009

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset sebagai perangkat

Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Tindak

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017.

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV PENUTUP. penggunaan kas dan mengurangi penyalahgunaan kas. serangkaian tahap sebelum dana diterima oleh masing-masing sekolah baik

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI F NOMOR 300

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo)

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN GEDUNG OLAH RAGA (GOR) DAN SENI MOJOPAHIT KOTA MOJOKERTO

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

-5- BAB VI MASA MANFAAT Pasal 12 (1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB VI PENUTUP. maka ada beberapa kesimpulan yang digambarkan sebagai berikut: hubungannya dengan klien yang merupakan faktor-faktor penyebab

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

KEUANGAN ATAS TAHUN IX.SMD/I/2014

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien di pemerintah kabupaten lampung barat adalah sebagai berikut : 1. Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur penting di dalam pengelolaan barang milik daerah belum begitu diperhatikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas adalah tidak adanya petugas khusus Pemegang/Penyimpan Barang pada masing-masing unit/satuan kerja. Pengurus Barang unit/satuan kerja merangkap sebagai Pemegang/Penyimpan Barang. Hal ini akan melemahkan sistem pengendalian intern dikarenakan tidak adanya pemisahan tugas dan fungsi antara sistem pencatatan dan penyimpanan barang. Dari segi kualitas adalah kurangnya program atau kegiatan seperti pendidikan, pelatihan, atau bimbingan teknis bagi para pengelola barang. 2. Inventarisasi sebagai langkah awal di dalam rangkaian kegiatan pengelolaan barang milik daerah telah mulai dilaksanakan pada tahun 2002 pasca berlakunya Kepmendagri 11 tahun 2001. Inventarisasi awal ini bukan merupakan kegiatan sensus dikarenakan pelaksanaannya tidak melalui mekanisme sensus. Sensus barang milik daerah baru dilaksanakan pada tahun 2005 dengan berlakunya Kepmendagri 152 tahun 2004. 147

3. Mutasi barang pada masing-masing unit/satuan kerja hanya dicatat dan dilaporkan setiap tahun saja. Seharusnya mutasi barang dicatat dan dilaporkan setiap semester. Dengan tidak adanya laporan mutasi barang per semester mengakibatkan penilaian kinerja dari pengelolaan barang daerah per semesternya akan terhambat. Laporan per semester berguna sebagai alat pengendalian dan penilaian kinerja di dalam melakukan perencanaan dan penganggaran tahun berikutnya. 4. Terdapat beberapa kekurangan di dalam melakukan proses kerja inventarisasi barang milik daerah. Di dalam pendataan fisik terdapat beberapa unit barang seperti bidang tanah, alat-alat kedokteran, dan alat-alat kesenian yang tidak diberi nilai (diberi nilai nol). Seharusnya semua barang milik daerah tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian barang milik daerah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai barang milik daerah didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. 5. Permasalahan yang terjadi menyangkut pendataan legalitas adalah belum dimilikinya bukti kepemilikan memadai pada beberapa bidang tanah, alat-alat angkutan, dan bangunan gedung. Sebanyak 85,04% dari seluruh bidang tanah tidak didukung sertifikat tanah. Terdapat juga alat-alat angkutan sebanyak 46,12% yang tidak didukung bukti kepemilikan memadai berupa Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Dan 94,88% unit dari total unit gedung dan bangunan tidak didukung bukti kepemilikan memadai berupa Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). 6. Nomor kode lokasi/komponen kepemilikan barang belum dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Lampung dikarenakan belum adanya kode unit bidang dan kode sub unit/satuan kerja yang harus dibakukan dengan Keputusan Bupati Lampung Barat. 148

7. Barang milik daerah telah dikelompokkan ke dalam 19 (sembilan belas) bidang barang. Kesembilan belas bidang barang tersebut diklasifikasikan lagi sesuai penggolongan barang yang mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Terdapat bidang barang yang tidak tepat di dalam pengklasifikasian, yaitu bidang barang 19 (Alat-alat Persenjataan/ Keamanan) yang diklasifikasikan ke dalam golongan Aset Tetap Lainnya. Seharusnya bidang ini diklasifikasikan ke dalam golongan Peralatan dan Mesin. 8. Pencatatan yang dilakukan masih menggunakan sistem manual artinya pencatatan hanya dengan mengisi formulir yang telah disediakan baik dengan tulis tangan, mesin ketik, ataupun komputer. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat belum menerapkan sistem aplikasi dalam hal pencatatan barang milik daerah seperti yang diamanatkan dalam Permendagri 17 tahun 2007, yaitu Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA). 9. Rangkaian kegiatan pengelolaan barang milik daerah juga telah dilaksanakan walau masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan di dalam kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran adalah belum dimilikinya standarisasi sarana dan prasarana yang merupakan salah satu pedoman di dalam melakukan kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran. Standarisasi sarana dan prasarana harus ditetapkan dengan Keputusan Bupati Lampung Barat. 10. Penghapusan barang milik daeah sebagai tindak lanjut dari kegiatan penjualan kendaraan perorangan dinas yang telah dilaksanakan. Penghapusan terhadap barang milik daerah yang kondisinya rusak berat belum dilaksanakan. Barang milik daerah dengan kondisi rusak berat masih tercantum dalam daftar barang inventaris dan neraca daerah. Hal ini akan mengurangi kualitas dari neraca daerah tersebut. 149

11. Pemanfaatan barang milik daerah telah dilaksanakan dalam bentuk sewa dan pinjam pakai. Pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk sewa merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Barang milik daerah yang dipinjam pakai berupa kendaraan angkutan roda empat kepada instansi vertikal atau unsur musyawarah pimpinan daerah dilakukan untuk membantu kelancaran tugas instansi vertikal yang berdampak terhadap kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah. 12. Pengamanan barang milik daerah telah dilaksanakan dalam hal pengamanan administrasi, fisik, maupun hukum. Akan tetapi masih terdapat beberapa kekurangan terutama pengamanan fisik dan hukum. Sebagian besar gedung perkantoran di komplek pemerintah daerah tidak diberi pagar pengaman. Hal ini mengakibatkan resiko hilangnya barang inventaris yang berada di dalam dan luar gedung menjadi lebih besar. Belum adanya pemasangan tanda kepemilikan/kode barang sebagai tindak lanjut dari kegiatan inventarisasi akan mengakibatkan resiko penyalahgunaan barang milik daerah oleh pihak yang lain menjadi lebih besar. 13. Penilaian barang milik daerah telah dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2007. Nilai riil barang milik daerah yang dihasilkan dari penilaian digunakan dalam rangka penyusunan neraca daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah. 14. Inventarisasi barang milik daerah di Pemerintah Kabupaten Lampung Barat memiliki peran yang penting di dalam rangkaian kegiatan pengelolaan barang milik daerah. Kekurangan yang terdapat di dalam pelaksanaan inventarisasi dan kegiatan pengelolaan barang milik daerah lainnya mengakibatkan proses inventarisasi barang milik daerah kurang optimal di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien. 150

5.2 Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien di Pemerintah Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas terhadap Sumber Daya Manusia yang melaksanakan inventarisasi dan pengelolaan barang milik daerah perlu diupayakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, atau bimbingan teknis. Dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan kualitas pengelola barang milik daerah akan meningkat dan hal ini akan berdampak terhadap kualitas dari hasil inventarisasi dan pengelolaan barang milik daerah. 2. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat hendaknya segera memperbaiki atau menyelesaikan kekurangan yang terdapat di dalam pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan barang milik daerah. Apabila kekurangan yang ada telah diperbaiki, maka inventarisasi barang milik daerah memiliki peran yang penting di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien. 3. Permasalahan legalitas barang milik daerah harus segera diselesaikan. Tanah yang belum didukung bukti kepemilikan memadai harus segera disertifikatkan atas nama pemerintah daerah. Apabila belum jelas status kepemilikannya karena masih diakui oleh pihak lain, maka perlu dicari solusi atau pemecahan terbaiknya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat atau melalui proses hukum. Pengalokasian dana APBD untuk penyelesaian masalah legalitas berupa ganti rugi atau pembuatan sertifikat tanah merupakan solusi terbaik. Solusi ini juga berlaku terhadap barang milik daerah seperti kendaraan dan bangunan yang belum memiliki surat kepemilikan yang memadai. 151

4. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebaiknya menerapkan aplikasi inventarisasi barang milik daerah di dalam pencatatan barang milik daerah melalui Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA). Maksud penerapan SIMBADA adalah untuk mempercepat perolehan informasi mengenai inventarisasi barang milik daerah. Sedangkan tujuan pelaksanaan SIMBADA adalah untuk mendapatkan data yang benar dan lebih akurat (up to date). 5. Pemanfaatan barang milik daerah terhadap tanah hasil pengadaan tahun 2005 dan 2006 yang belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah, atau bangun serah guna. Pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak ketiga dilaksanakan untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah serta meningkatkan pendapatan asli daerah. 6. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat hendaknya membuat kebijakan daerah tentang pengelolaan barang milik daerah. Kebijakan daerah dibuat dengan mengacu pada Permendagri 17 tahun 2007 dan didasarkan pada kekhasan unsur-unsur pengelolaan barang milik daerah yang ada di Kabupaten Lampung Barat. Usulan Standar Operasional Prosedur atau panduan di dalam melakukan proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien terdapat di dalam Lampiran. Kebijakan daerah perlu disosialisasikan pada semua unsur yang terlibat dalam pengelolaan barang milik daerah, mulai dari lingkup sekretariat daerah, unit kerja atau SKPD, UPTD, kecamatan, puskesmas, kelurahan, hingga sekolah negeri yang ada di Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. 152

5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien di Pemerintah Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai berikut : 1. Data penelitian adalah data ketika pelaksanaan Kepmendagri 152 tahun 2004 masih berlaku, sehingga analisis dan pembahasan yang dilakukan adalah dengan mengacu pada Kepmendagri tersebut. Penggunaan Permendagri 17 tahun 2007 adalah dalam bentuk saran dan perbaikan. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah setelah Permendagri 17 tahun 2007 diterapkan. 2. Penelitian lebih difokuskan pada kegiatan inventarisasi barang milik daerah. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang rangkaian kegiatan pengelolaan barang milik daerah yang lain, sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang maksimal mengenai rangkaian kegiatan pengelolaan barang milik daerah yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. 153

DAFTAR PUSTAKA Bapeda Kabupaten Lampung Barat. Rencana Stratejik Kabupaten Lampung Barat Tahun 2003-2007. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. 2004. BPS Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat Dalam Angka 2006. BPS Kabupaten Lampung Barat. 2007. Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2006. Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati. Akuntansi Pemerintahan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2008. R.D. Lee, Jr. and R.W. Johnson. Public Budgeting Systems. 6th edition. an Aspen Publication Gaithersburg. Maryland. 1998. Siregar, Doli D. Manajemen Aset (Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah). Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2004. Tunggal, Amin Widjaya. COSO - Based Auditing. Harvarindo. Jakarta. 2000. Yuwono, Sony, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi. Penganggaran Sektor Publik. Bayumedia Publishing. Malang Jawa Timur. 2005. Abdullah, Irvan Leonardo. Analisis Inventarisasi Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman. Tesis Magister Ekonomi Pembangunan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2006. 154