BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

dokumen-dokumen yang mirip
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MASA DEWASA Dewasa Awal ( tahun ) Dewasa Madya ( tahun ) Dewasa Akhir ( di atas 60 tahun )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

MASA DEWASA AWAL DAN MADYA

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERMASALAHANNYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

1/27/2012 PENDAHULUAN. Untuk apa mempelajari Perkembangan Peserta Didik?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. dalam buku At Tarbiyah al jinsiyyah lil athfal wa al balighin maka dapat. 1. Konsep pendidikan seks dalam islam

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Oleh: Allvanialista Ikalor NIM: E1A012004

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS TENTANG KESADARAN BERAGAMA PADA MASA PUBERTAS TINJAUAN PSIKOLOGI AGAMA DAN ANALISIS TENTANG FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

B A B I PENDAHULUAN. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak

Perkembangan Individu

Pertumbuhan dan Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari manusia merupakan suatu hal yang menarik. Banyak hal yang tak terduga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

mempunyai fungsi vital keberlangsungan dalam kehidupan manusia, karena keduanya merupakan daya yang bisa mengapresiasi, merespon, berfikir, dan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

Tumbuh Kembang Anak. ARUMI SAVITRI FATIMANINGRUM, S.Psi S-1 PG PAUD FIP-UNY

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. motor, dan alat tangkap atau sebagai manajer. ikan. Status nelayan tersebut adalah sebagai berikut :

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI DAN SILABI MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis skripsi yang berjudul Kesadaran Beragama Pada Masa Pubertas (Tinjauan Psikologi Agama), dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berukut: 1. Bahwa kesadaran beragama berarti kesediaan diri yang tulus dan ikhlas untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama (Islam) yang disertai dengan perasaan jiwa ingin mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang tercakup tiga aspek, yaitu: aspek afektif, kognitif dan psiko-motorik. Aspek afektif terlihat pada pengalaman ke-tuhanan, rasa keagamaan dan kerinduannya kepada Tuhan. Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan sedangkan aspek psiko-motorik terlihat pada sikap dan perilaku keagamaan. 2. Bahwa masa pubertas (11-15 tahun untuk wanita dan 12-16 tahun untuk pria) tergolong masa remaja awal yang berarti masa seseorang yang tumbuh ke arah kematangan fisik ditinjau dari aspek biologis maupun kematangan sosial-psikologis. Kematangan fisik ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda kematangan seksual. Sedangkan kematangan sosialpsikologis ditandai dengan adanya perkembangan atau proses perubahan dari kondisi entropy (belum stabil) misalnya kegoncangan jiwa, pertentangan sosial dan lain-lain) menuju kondisi negentropy (stabil). Pubertas mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan terlihat dari adanya perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fisik yang dialaminya. Pertumbuhan pubertas meliputi; perubahan ukuran dan proporsi tubuh, perubahan seks primer dan perubahan seks sekunder. Sedangkan perkembangan pubertas terlihat dari adanya perubahan secara psikologis sebagai hasil dari proses pematangan psikisnya. Perkembangan yang terjadi pada pubertas meliputi;

perkembangan pribadi, intelektual, sosial, bahasa, emosional, nilai, moral, sikap dan kesadaran beragama. 3. Berdasarkan perkembangan yang dialami pubertas terutama perkembangan kesadaran beragama, maka sikap keagamaan yang ditunjukkan oleh pubertas masih terpaku kepada kondisi dan pengaruh lingkungan terutama faktor keluarga, hal ini ditunjukkan dengan sikap keagamaannya yang bersifat turunan dari orang tua. Meskipun perkembangan keagamaan pubertas sudah mulai adanya kesadaran, namun masih ditemukan sikap keraguan atau kebimbangan atas keyakinannya, Adapun sikap dan ciri kesadaran beragama pada masa pubertas dapat ditunjukkan dengan sifat-sifat sebagai berikut: a. Bagi orang yang sakit jiwa (the sick soul), biasanya memiliki sifat pesimis, introvet, menyukai paham yang ortodoks dan mengalami proses keagamaan secara non graduasi (dadakan). b. Bagi orang yang sehat jiwa (healthy minded ness), biasanya memiliki sifat optimis dan gembira, ekstrovet dan tak mendalam, menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal, adanya differensi yang baik, mempunyai motivasi hidup beragama secara dinamis, pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif, mempunyai pandangan hidup yang komprehensif dan integral serta semangat pencarian pengalaman keagamaan dan pengabdian diri kepada Tuhan yang disertai dengan penghayatan secara mendalam, ini terlihat dalam hubungannya dengan Tuhan sudah adanya kesadaran dari dirinya termasuk penghayatan keimanan dan pelaksanaan peribadatan sudah disertai ketulusan, karena pengabdian diri terhadap Allah SWT merupakan salah satu kebutuhannya sebagai makhluk beragama yang harus dipenuhi. Namun begitu, keadaan jiwa pada masa pubertas berada pada masa transisi (dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa). Sehingga terkadang keadaan kehidupan beragamanya mengalami kegoyahan, keraguan dalam keimanan, kebimbangan dan

konflik batin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya kesiapan pubertas dalam menerima perubahan psikisnya. 4. Kesadaran beragama pada masa pubertasa dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: a. Faktor pembawaan, yaitu faktor yang telah dimiliki pubertas sejak lahir yaitu berupa fitrah agama atau potensi-potensi untuk beragama. b. Faktor lingkungan, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pertama, lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kesadaran beragama pada masa pubertas karena di dalam keluargalah seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan dari orang tua, sehingga faktor pendidikan orang tua inilah bisa menumbuhkembangkan tingkat kesadaran beragama pubertas. Kedua, lingkungan sekolah dapat menjadi faktor pengaruh dalam kesadaran beragama pubertas karena di tempat inilah pubertas pada umumnya mendapatkan pendidikan formal terutama pendidikan agama dari guru, sehingga pendidikan tersebut dapat mempengaruhi jiwa mereka di dalam merespon agama. Ketiga, lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi kesadaran beragama pubertas karena pada umumnya di lingkungan masyarakat inilah pubertas dapat bergaul dan berperilaku sosial di masyarakat, sehingga segala perilaku pubertas termasuk perilaku keagamaannya dapat terpengaruh oleh kondisi dan kehidupan masyarakat. B. SARAN-SARAN 1. Bagi orang tua dalam keluarga, bahwa pendidikan agama bagi pubertas menuju kesadaran beragama dimulai dari keluarga, seorang pubertas akan menjadi baik dan jelek dalam beragama, orang tualah yang pertama kali membentuk jiwa beragama dan bertangung jawab dalam pendidikannya. maka peran dan fungsi orang tua dalam pembentukan jiwa keberagamaan pubertas harus dilaksanakan dengan baik. Untuk menciptakan dan

mengembangkan kesadaran beragama, maka peran dan tugas orang tua adalah: c. Menciptakan hubungan yang baik dengan anggota keluarga. d. Mengembangkan motivasi dan sikap keberagamaan. e. Membiasakan hidup beragama dalam keluarga. f. Orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak. g. Memberikan pembinaan dan pengawasan secara baik. 2. Bagi guru khususnya guru agama di sekolah, bahwa pendidikan agama di sekolah juga menjadi faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama bagi pubertas, maka peran dan tugas guru di sekolah harus dapat berjalan dengan baik. Untuk tercapainya pendidikan agama menuju kesadaran beragama siswa di sekolah, maka guru agama harus a. Memberikan pemahaman terhadap materi agama yang disampaikan kepada siswa b. Mengetahui karakteristik siswa c. Memakai metode yang tepat d. Menjadi tauladan yang baik. e. Memberikan evaluasi, bimbingan dan pengawasan dan sebagainya. 3. Bagi anggota masyarakat, bahwa anggota masyarakat juga ikut berperan dalam membentuk dan mempengaruhi kesadaran beragama pada masa pubertas, maka kondisi keagamaan dalam masyarakat harus tercipta secara baik. Sehingga pubertas akan tergabung dalam masyarakat yang mempunyai kondisi keagamaan yang baik pula. C. PENUTUP Sebagai kata terakhir, penyusun mengucapkan syukur alhamdulillah, atas karunia-nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan minimnya pengalaman penyusun. Akhirnya, harapan penyusun atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penyusunan skripsi ini, penyusun mohon maaf serta menerima

saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan kesempurnaan. Demikianlah kata penutup dari penyusun, dengan harapan semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan motivasi penyusun untuk melangkah lebih maju dan bermanfaat bagi penyusun serta pembaca pada umumnya. Amin.