ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAERAH BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
TANAH LONGSOR! CERITA TENTANG PERAN MASYARAKAT DESA SAAT MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

TERORISME! Dibuat dan Diterbitkan Oleh Yayasan IDEP Untuk Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

KISAH TENTANG KEMANDIRIAN MASYARAKAT SAAT MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

GEMPA BUMI! CERITA TENTANG PERAN MASYARAKAT DESA SAAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BAB III LANDASAN TEORI

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 1 PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2005

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

Powered by TCPDF (

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAERAH BENCANA Disusun untuk memenuhi tugas Komunitas Dosen pengampu : M. Hasib Ardani, S.Kp., M.Kes. Disusun Oleh : Kelompok III Ana Rusfita 010501004 Arif Budi Wibowo 010501011 Badrul Rasyid 010501014 Baiq Diah Eka Y 010501015 Bayu Setyo 010501016 Devi Erwi K 010501020 Hestu Nimas 010501028 I Kadek Agus B 010501035 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2008

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAERAH BENCANA Akhir-akhir ini banyak diberitakan terjadinya bencana di wilayah Indonesia antara lain banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan juga tsunami. Hal ini diperparah oleh cuaca buruk yang juga melanda seluruh dunia. Oleh karena itu perlu adanya penanggulangan yang baik untuk meminimalisasi dampak buruk yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Penanganan bencana yang terjadi hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. Kerjasama itu sangat penting untuk memperlancar dan mempercepat proses bantuan. Masyarakat adalah pihak yang langsung menghadapi bencana, yang menjadi korban dan yang harus menghadapi kondisi akibat bencana. Kepala desa, BPD, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, ketua PKK, Hansip/Linmas dan juga karang taruna diharapkan bisa bekerja-sama untuk membuat perencanaan pencegahan bencana. Masalah kesehatan derah bencana: - penyakit menular misalnya diare pada daerah yang terkena banjir - luka-luka, gangguan integritas karena debitas kulit - penyakit saluran nafas akibat debu pada daerah gunung meletus, kekeringan - masalah psikologis (stres, depresi, cemas, takut, dll) akibat kehilangan harta benda, keluarga Kerjasama lintas sektoral: - dinas kesehatan - lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan - lembaga sosial - Tim SAR - Lembaga kepemudaan - PMI

Tujuan dari persiapan dan pencegahan bencana: - mengurangi kemungkinan bencana - mengurangi korban akibat bencana - meringankan penderitaan korban bencana Hasil yang diharapkan: - masyarakat mengerti akan proses penanggulangan bencana - masyarakat mampu mengambil tindakan yang tepat saat terjadi bencana - masyarakat bisa bekerjasama dengan pihak terkait dalam melakukan penanggulangan bencana Rencana Pencegahan Bencana: - Penentuan tujuan dan sasaran Supaya bisa mencapai hasil yang maksimal harus ditentukan tujuan dan sasarannya sebelum melakukan kegiatan. Secara sederhana tujuan bisa diartikan hasil maksimal dari tindakan, sedangkan sasaran adalah usaha untuk mencapai tujuan. - Tindakan yang dilakukan Berikut ini adalah tindakan-tindakan yang perlu dilakukan di daerah bencana. Perlu ditentukan apakah rencana penanganan bencana ini untuk jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Dapat dipastikan bahwa tindakan langsung pada saat terjadinya bencana adalah menyelamatkan diri. Rencanakanlah menurut kemampuan sendiri jangan dulu bergantung pada bantuan dari luar. Dengan rencana dan pelaksanaan yang baik, banyak hasil yang bisa didapat dari usaha masyarakat itu sendiri.

Empat Pertimbangan dalam Perencanaan: - Prioritas: segala kegiatan utama dalam proses pencegahan bencana. Misalnya untuk mencegah tanah longsor yang utama adalah menjaga kelestarian hutan. - Rencana pelaksanaan:disesuaikan sumber yaitu sumber dana, bahan dan waktu yang dibutuhkan. - Tindakan pelaksanaan: segala tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana tersebut. - Pengawasan: memastikan kelancaran jalannya proses pelaksanaan dan mencapai tujuan yang diharapkan, Upaya pada 3 level pencegahan: - Pencegahan primer: promosi kesehatan untuk mengurangi atau meniadakan penyebab termasuk pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang biasa terjadi di daerah bencana, pelatihan menghadapi bencana dengan kerjasama lintas sektoral(sebelum bencana terjadi) - Pencegahan sekunder: kerjasama kelompok di pengungsian, pemberian pendidikan kesehatan cara mencegah dan pertolongan pertama terhadap penyakit yang di derita, pengobatan akibat penyakit dan luka bekerjasama dengan pihak terkait (saat bencana terjadi) - Pencegahan tersier: rehabilitasi bangunan fisik dan kondisi fisik dan mental masyarakat dengan kerjasama kelompok dan kerjasama lintas sektoral (setelah bencana terjadi) Pencegahan primer: 1. Promosi kesehatan dilakukan perawat komunitas bekerjasama dengan dinas kesehatan mengenai penyakit-penyakit yang biasa menyerang di daerah bencana 2. Promosi kesehatan lingkungan bekerjasama dengan dinas kesehatan lingkungan mengenai tata cara pencegahan bencana:

- Tidak menebang atau merusak hutan - Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro dan sebagainya, pada lereng-lereng yang gundul - Membuat saluran air hujan - Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal - Memeriksa keadaan tanah secara berkala - Mengukur tingkat kederasan hujan - Mengukur tingkat aktivitas gunung berapi - Mengukur tingkat aktivitas tektonik tanah untuk mengukur gempa 3. Melakukan pelatihan menghadapi bencana bekerjasama dengan tim SAR,tim meteorologi dan geofisika: pelatihan menghadapi tsunami, banjir bandang, gunung meletus, dll, sekaligus promosi tempat pengungsian yang aman: - tanah longsor: tempat yang datar dan jauh dari lokasi bencana - gunung meletus: tempat tinggi terlindung dari debu dan gas beracun - tsunami: tempat tinggi berjarak 1 kilometer dari pantai - banjir: tempat yang tinggi - gempa bumi: di tempat terbuka/luar bangunan Pencegahan sekunder: 1. Kerjasama lintas sektoral dengan TNI, polisi, lembaga kepemudaan, tim SAR untuk membangun/menyiapkan tempat pengungsian 2. Kerjasama kelompok di pengungsian - membentuk kelompok-kelompok di pengungsian dan membagi tugas, ada yang memasak, mengambil bantuan bahan makanan dan obatobatan, dan sebagainya - kerjasama kelompok membersihkan lingkungan tempat pengungsian agar terhindar dari berbagai penyakit.

3. Pemberian pelayanan kesehatan - promosi kesehatan cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus diberikan terhadap penyakit yang biasa menyerang daerah bencana. - Bekerjasama dengan dokter, PMI, LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan lembaga kepemudaan (seperti PMR, pramuka, pecinta alam) melakukan pemeriksaan dan pengobatan kepada warga yang teserang penyakit dan luka-luka - Bekerjasama dengan dinas kesehatan dan lembaga sosial membagikan obat-obatan. - Bekerjasama dengan lembaga sosial dan dokter, psikolog, psikiater untuk mengani masalah psikologis atau kejiwaan dari warga korban bencana Pencegahan sekunder: Melakukan rehabilitasi dengan cara: - Kerjasama kelompok masyarakat untuk membersihkan lingkungan akibat bencana, membangun kembali rumah, sarana dan prasarana yang dibutuhkan. - Kerjasama lintas sektoral dengan pemerintah daerah, lembaga sosial untuk memberi dana dalam rangka pembangunan wilayah yang terkena bencana - Kerjasama lintas sektoral dengan TNI, polisi dan lembaga kepemudaan untuk membangun wilayah yang terkena bencana. Melakukan rehabilitasi/pemulihan bencana yang memiliki tujuan utama yaitu: - mengurangi penderitaan korban bencana - untuk sedikit-dikitnya mengembalikan kondisi seperti semula atau meningkatkan kondisi menjadi lebih baik dari pada kondisi sebelumnya. Pemulihan setelah bencana berarti membangun kembali segala yang rusak akibat dampak suatu bencana yang menimpa sebuah masyarakat. Peran masyarakat pada tahap ini sangat besar karena yang lebih mengetahui kebutuhan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri. Tidak diketahui berapa lama bantuan dari pihak luar

akan datang. Saat menunggu bantuan banyak yang bisa dikerjakan untuk persiapan dalam proses pemulihan. Tahap pemulihan adalah sebuah kesempatan bagi masyarakat untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan, adalah hak masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan kewajiban untuk membangun. Pemimpin mempunyai kewajiban memastikan untuk mencarikan bantuan dari luar dan digunakan dengan baik untuk kesejahteraan seluruh masyarakat. Jika masyarakat menerima dukungan bantuan dari luar berupa bantuan keuangan atau pemulihan perekonomian, adalah merupakan kewajiban masyarakat untuk menggunakan bantuan tersebut secara bijaksana dan memastikan seluruh masyarakat menerima bagian dari bantuan tersebut. Proses pemulihan keadaan setelah bencana dibagi menjadi dua tahapan. Tahap 1 : Pemulihan Keadaan Jangka Pendek Setelah Bencana Tujuan dari pemulihan keadaan setelah bencana jangka pendek adalah: - Memenuhi kebutuhan jangka pendek masyarakat yang diutamakan pada tersedianya kebutuhan dasar seperti : makanan dan pelayanan kesehatan. - Memenuhi kebutuhan jangka pendek masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan seperti tempat tinggal, air, listrik, dan sanitasi. Organisasi-organisasi dari luar lebih cenderung untuk memberikan bantuan pada saat kondisi semacam ini. Masyarakat harus mencari bantuan dari pihak luar secepat mungkin dan memikirkan kebutuhan jangka panjangnya. Tahap 2 : Pemulihan Keadaan Jangka Panjang Setelah Bencana Pemulihan keadaan jangka panjang meliputi program-program sebagai berikut : - Memastikan tersedianya cadangan pangan masyarakat - Menentukan kebutuhan pendidikan untuk setiap keluarga - Mengembangkan usaha dan lapangan pekerjaan untuk masyarakat

- Pembangunan jalan, jembatan dan sarana umum Proses pemulihan keadaan jangka panjang bisa menghabiskan waktu lama. Masyarakat bisa mempercepat jalannya proses ini dengan : 1. Memperkirakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. 2. Merencanakan proses pelaksanaannya. 3. Mengusulkan program-program kepada donor-donor yang berkeinginan untuk membantu.