ANALISA PERBANDINGAN KONSUMSI LISTRIK PADA AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN R-22 DENGAN AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN MC-22 SUHARTO JONI SANTOSO (L2F304279)

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

ANALISIS PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMAKAIAN REFRIGERANT

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II LANDASAN TEORI

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN LPG SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PENGGANTI REFRIGERANT R22 PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

Menggunakan Musicool HC yang Hemat Listrik & Ramah Lingkungan Pada Mesin AC Sebagai Pengganti Freon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

ANALISIS PERANCANGAN LEMARI ES HOT AND COOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK MENGGUNAKAN R22

Conditioner Dengan Fuzzy Logic

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

ANALISIS PERFORMANSI AC PORTABLE UNTUK CONTAINER 20 KAKI DI PT ESKIMO WIERAPERDANA

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB III PERANCANGAN SISTEM

IV. METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

REFRIGERAN HIDROKARBON MUSICOOL (MC)

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

Transkripsi:

ANALISA PERBANDINGAN KONSUMSI LISTRIK PADA AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN R-22 DENGAN AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN MC-22 SUHARTO JONI SANTOSO (L2F304279) Abstrak Untuk mengetahui efisiensi kerja suatu peralatan AC perlu mengetahui konsumsi listrik dan koefisien prestasi (COP) serta tingkat penggunaan energi (EER) AC tersebut. Semakin besar nilai koefisien prestasi dan EER AC tersebut, maka semakin efisien kerja AC. Saat ini sudah banyak beredar di pasaran AC buatan Cina dengan harga yang sangat terjangkau oleh konsumen, tetapi konsumen tidak mengetahui bahwa AC tersebut efisien atau tidak. Kebanyakan AC buatan Cina dijual dengan harga yang murah tetapi boros listrik. Sebagai contoh AC buatan jepang dengan kapasitas refrigerasi 7000 BTU daya listrik sekitar 860 watt, tetapi AC buatan Cina dengan kapasitas refrigerasi yang sama, daya listriknya mencapai 1000 watt. Kebanyakan sistem pengkondisian udara/ac dengan berbagai ukuran dan penggunaan yang bervariasi hampir semuanya bekerja dengan bahan pendingin/refrigerant sintetik. Penggunaan bahan pendingin sintetik telah dilarang pemerintah Indonesia karena mempunyai efek negatif terhadap lingkungan terutama merusak lapisan ozon jika gas tersebut bocor dan mengurai di udara. Unit-unit AC yang sudah terpasang di seluruh perkantoran, industri maupun rumah tangga yang menggunakan bahan pendingin R-22 akan mengalami kebingungan apabila harus mengganti AC baru berbahan pendingin ramah lingkungan. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dicari solusi untuk memperbaiki prestasi kerja AC agar lebih efisien dan hemat energi. Pertamina telah mengembangkan produk bahan pendingin untuk sistem refrigerasi yang ramah lingkungan dan hemat energi. Bahan pendingin tersebut dinamakan Musicool 22/MC-22 adalah bahan pendingin hidrokarbon sebagai pengganti bahan pendingin R-22. Bahan pendingin MC-22 kompatibel dengan komponen AC dengan bahan pendingin R-22 sehingga akan sangat menguntungkan untuk AC model lama tanpa harus membeli AC baru. AC model lama cukup diganti refrigerantnya dengan bahan pendingin MC-22. Dari data pengukuran AC dengan bahan pendingin R-22 mempunyai COP 4,9, sedangkan AC dengan bahan pendingin MC-22 mempunyai COP 6,5. Konsumsi listrik AC dengan bahan pendingin R-22 adalah 9,1 kwh dan AC berbahan pendingin MC-22 adalah 7,2 kwh. Kata kunci : Sistem pengkondisian udara, COP, EER, Konsumsi listrik, bahan pendingin amah lingkungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem pendingin memegang peranan penting dalam kehidupan manusia baik yang skala besar untuk industri maupun skala kecil untuk rumah tangga. Saat ini kebanyakan sistem pendingin dengan ukuran dan penggunaan yang bervariasi, hampir semuanya bekerja dengan refrigerant sintetik dibandingkan bahan pendingin alam. Dominasi ini dapat dimaklumi mengingat refrigerant sintetik tersebut pada umumnya mempunyai sifat-sifat yang sangat baik, namun disamping sifat-sifat yang baik itu refrigerant sintetik tersebut mempunyai efek negatif terhadap lingkungan seperti merusak lapisan ozon dan sifat menimbulkan pemanasan global. Indonesia sebagai negara yang terikat secara internasional, telah mengeluarkan berbagai kebijakan pemerintah yang tujuannya menuju penghapusan penggunaan bahan-bahan tergolong perusak lapisan ozon [6]. Kebutuhan energi pada mesin refrigerasi/ac terhadap pasokan listrik nasional cukup signifikan. Di Indonesia, Suwono (2005) menyebut sekitar 60% konsumsi listrik hotel di Jakarta digunakan untuk memasok energi mesin AC [6]. Oleh karena itu, usaha penghematan energi yang dilakukan terhadap mesin AC akan berdampak signifikan terhadap usaha penghematan energi di dunia. 1.2 Perumusan Masalah Dilihat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut : 1. Prestasi kinerja AC sebelum diganti dan setelah diganti dengan MC-22. 2. Konsumsi listrik AC sebelum diganti dan setelah diganti dengan MC-22. 1.3 Pembatasan Masalah 1. Pengukuran dilakukan pada satu sistem yang sama. 2. Pengaruh lingkungan diabaikan. 3. Menganalisa prestasi kerja AC sebelum dan setelah diganti MC-22. 4. Menganalisa konsumsi listrik sebelum dan setelah diganti MC-22. 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan prestasi kerja AC serta konsumsi listrik sebelum dan sesudah menggunakan MC-22. 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan dari hasil penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis Memberikan pengetahuan mengenai bahan pendingin hidrokarbon yang ramah lingkungan dan hemat listrik. 2. Manfaat Praktis 1

Memberikan informasi mengenai keuntungan refrigerant hidrokarbon yang ramah lingkungan dan hemat listrik. II. Dasar Teori a. Pengkondisian Udara/AC Pengkondisian udara (AC) merupakan salah satu aplikasi penting teknologi refrigerasi. Pengkondisian udara adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagi manusia. 2.2 Komponen AC Komponen AC dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu komponen utama, komponen pendukung, kelistrikan dan bahan pendingin (refrigerant). yang terdapat di dalam ruangan dan fan yang terdapat di luar ruangan (outdoor). B. Sirkulasi Refrigerant di dalam Sistem Pendingin Refrigerant merupakan zat yang bersirkulasi secara terus-menerus melewati komponen utama. Refrigerant tidak akan berkurang jika tidak terjadi kebocoran pada sistem. Saat melewati komponen utama, refrigerant akan mengalami perubahan wujud, temperatur dan tekanan. Sirkulasi refrigerant dalam unit AC disebut siklus refregerasi kompresi uap [1]. Sekarang, mari kita tinjau sirkulasi refrigerant ketika melewati komponen AC. Dari skema kerja refrigerant, kita coba membaginya ke dalam empat tahapan proses kerja (gambar 2.3). Gambar 2.1 Komponen utama, pendukung dan kelistrikan outdoor Seluruh bagian-bagian tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dan saling keterkaitan. Gambar 2.1 dan 2.2 adalah komponen utama, pendukung dan kelistrikan pada indoor dan outdoor yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian ini. Gambar 2.2 Komponen utama, pendukung dan kelistrikan indoor 2.3 Cara Kerja AC Agar lebih mudah dipahami, cara kerja sistem pendinginan AC secara keseluruhan akan dibagai menjadi dua, yaitu sirkulasi udara dan refrigerant. A. Sirkulasi Udara Sirkulasi udara disini adalah aliran udara di dalam dan luar ruangan yang dikendalikan oleh blower (indoor) Gambar 2.3 Skema kerja sirkulasi refrigerant a. Proses Kompresi Proses kompresi dimulai saat refrigerant meninggalkan evaporator (proses 1-2). Refrigerant masuk kompresor melalui pipa masukan kompresor (intake). Refrigerant berwujud gas atau uap, bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Dari kompresor, refrigerant berwujud gas, tetapi memiliki tekanan dan suhu tinggi. Setelah tekanan dan suhu refrigerant diubah, selanjutnya refrigerant dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor. b. Proses Kondensasi Proses kondensasi dimulai ketika refrigerant meninggalkan kompresor (proses 2-3). Refrigerant berwujud gas bertekanan dan bertemperatur tinggi menuju kondensor. Di dalam kondensor, wujud gas refrigerant berubah menjadi wujud cair. Panas yang dihasilkan refrigerant dipindahkan ke udara di luar pipa kondensor. Agar proses kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat menghembuskan udara luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada refrigerant dapat dipindahkan ke udara luar. Setelah melewati proses kondensasi, refrigerant berwujud cair bertemperatur lebih rendah, tetapi tekanan refrigerant masih tinggi. Selanjutnya, refrigerant dialirkan menuju ke pipa kapiler. 2

c. Proses Penurunan Tekanan Proses penurunan tekanan refrigerant dimulai ketika refrigerant meninggalkan kondensor (proses 3-4). Di dalam pipa kapiler terjadi proses penurunan tekanan refrigerant sehingga refrigerant yang keluar memiliki tekanan yang rendah. Selain itu, berfungsi mengontrol aliran refrigerant di antara dua sisi tekanan yang berbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, refrigerant cair dengan suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator. Proses ini merupakan proses pendinginan refrigerant. d. Proses Evaporasi Proses evaporasi dimulai ketika refrigerant akan masuk ke dalam evaporator. Dalam keadaan ini, refrigerant berwujud cair, bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Kondisi refrigerant semacam ini dimanfaatkan untuk mendinginkan udara luar yang melewati permukaan evaporator. Agar lebih efektif mendinginkan udara ruangan, digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati evaporator. Proses yang terjadi dibalik proses pendinginan udara ruangan adalah proses penangkapan panas (kalor) udara ruangan yang mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan dengan refrigerant yang mengalir di dalam evaporator. Karena juga menyerap panas udara di dalam ruangan, wujud refrigerant cair akan menjadi wujud gas. Selanjutnya, refrigerant akan mengalir menuju ke kompresor. Proses ini terjadi berulang dan terus-menerus sampai suhu atau temperatur ruangan sesuai dengan keinginan. 2.4 Sifat Fisika dan Termodinamika (MC-22 dan R-22) Kerapatan HC lebih rendah. 1500 1000 500 0 Density, kg/m3 MC-22 R-22 Gambar 2.4 Perbandingan kerapatan MC-22 dengan R- 22 Enthalpy HC lebih besar. Enthalphy, kj/kg Gambar 2.5 Entalpi MC-22 dan R-22 Konduktivitas thermal HC lebih besar. Viskositas HC lebih rendah. Ratio tekanan cond./evap. HC lebih rendah. 2.5 Siklus Kompresi Uap Sistem Pendingin Di dalam subbab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa sirkulasi refrigerant dalam unit AC disebut siklus/daur refregerasi kompresi uap, maka disini akan dijelaskan siklus kompresi uap pada sistem pendingin. Siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi. Pada daur ini uap ditekan dan kemudian diembunkan kembali menjadi cairan, lalu tekanannya diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap kembali. 2.6 Karakteristik Koefisien Prestasi (Coefficient Of Performance) Koefisien Prestasi (Coefficient Of Performance =COP) didefinisi sebagai perbandingan laju kalor yang dikeluarkan dengan laju energi yang harus dimasukkan ke sistem [3]. H1 H 4 qe COP = =...[2.1] H 2 H1 W dimana : COP = Koefisien prestasi qe = dampak refrigerasi, kj/kg W = kerja kompresi, kj/kg 2.7 Prestasi Daur Kompresi Uap Standar Dengan bantuan diagram entalpi-tekanan, besaran yang penting dalam daur kompresi uap dapat diketahui. Besaran-besaran untuk menentukan prestasi daur kompresi uap standar meliputi : Dampak Refrigerasi Dampak refrigerasi, qe dalam kilojoule per kilogram adalah kalor yang dipindahkan pada proses 4-1 [3]. qe = h 1 h 4...[2.2] dimana : qe = dampak refrigerasi, kj/kg 700 600 500 400 300 200 100 MC-22 R-22 H Liq H Vap Laju Alir Refrigerant Laju alir refrigerant dapat dihitung dengan membagi kapasitas refrigerasi dengan dampak refrigerasi [3]. 3

QE m =...[2.3] qe dimana : m = laju alir refrigerant, kg/det QE = kapasitas refrigerasi, kj/det (kw) Kerja Kompresi W = (h 2 h 1 ) kj/kg...[2.4] Tingkat Efisiensi Penggunaan Energi AC Tingkat efisiensi penggunaan energi (ERR) AC, diukur dengan banyak tidaknya AC tersebut menggunakan tenaga listrik. ERR merupakan indikator efisiensi energi dinyatakan dengan perbandingan antara BTU/jam yang dihasilkan AC dengan tenaga listrik watt yang digunakan [7]. BTU / jam ERR =.....[2.5] W dimana : ERR : Tingkat efisiensi penggunaan energi. BTU/jam : kapasitas pendinginan AC W : energi listrik (Kilowatt per hour). Gambar 3.1 Proses vacuum refrigerant Proses ini bertujuan agar sistem betul-betul dalam keadaan kosong, tidak ada udara dan sisa refrigerant. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan komponen dan mengganggu sistem AC. 3.3 Pengisian refrigerant Pengisian refrigerant dilakukan setelah proses penghampaan selesai. Dalam pengisian refrigerant perlu diperhatikan tekanan refrigerant yang masuk seperti pada gambar 3.2 Semakin tinggi angka ERR, maka semakin efisien penggunaan energinya. AC dengan ERR sama atau lebih besar dari 10 (sepuluh) untuk kondisi saat ini dianggap sudah cukup efisien. 2.8 Konsumsi Energi Listrik Program penghematan listrik terus digalakkan oleh pemerintah untuk menekan kebutuhan energi listrik yang terus bertambah. Penggunaan energi listrik banyak pada sektor industri terutama pada saat beban puncak. Sistem pendingin mempunyai andil yang besar dalam konsumsi energi listrik. III. PENGUJIAN REFRIGERANT Pengujian yang dilakukan adalah melakukan pengukuran suhu, arus, tegangan dan konsumsi energi listrik untuk mendapatkan prestasi kerja dan konsumsi listrik AC. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat dan bahan untuk pengukuran yaitu : 1. Unit AC. 2. Alat-alat ukur untuk pengujian adalah : Tang Amper, Kwhmeter, Tester Termometer digital, Termometer ruangan, Manometer. 3. Refrigerant : R-22 dan MC-22 3.2 Menghampakan mesin pendingin Gambar 3.1 cara kerja menghampakan mesin pendingin. Gambar 3.2 Proses pengisian refrigerant Proses pengisian refrigerant sistem dalam kondisi operasi. Sisi tekanan rendah antara 60 sampai dengan 70 psi. Sisi tekanan tinggi berkisar antara 225 psi sampai dengan 245 psi. 3.4 Data Pengujian Data hasil pengujian sebagai berikut : A. Data Pengujian Refrigerant R-22 Tabel 3.2 Data pengujian konsumsi energi listrik Lama Uji (Jam) Used (kwh) I (amp) V (v) S (VA) Cosphi P (watt) 1 0,9 4,8 220 1056 0,85 900 2 1,9 4,8 220 1056 0,90 950 3 2,8 4,6 220 1012 0,92 933 4 3,6 4,6 220 1012 0,89 900 5 4,5 4,6 220 1012 0,89 900 6 5,3 4,6 220 1012 0,87 883 7 6,2 4,6 220 1012 0,88 886 8 7,1 4,7 220 1034 0,86 887 9 8 4,6 220 1012 0,88 889 10 9,1 4,8 220 1056 0,86 910 NO Tabel 3.3 Data pengujian temperatur sistem AC BAGIAN SUHU ( o C) 15 30 45 60 80 4

1 Kondensor, T c 44,2 45,9 48,9 50,1 50,1 2 Evaporator, Te 21,0 18,8 16,1 12,0 12,0 B. Data Pengujian Refrigerant MC-22 Tabel 3.4 Data pengujian konsumsi energi listrik Lama Uji (Jam) Used (kwh) I (amp) V (v) S (VA) Cosphi P (watt) 1 0,7 3,9 220 858 0,82 700 2 1,4 3,9 220 858 0,82 700 3 2,2 3,9 220 858 0,85 733 4 2,9 3,9 220 858 0,84 725 5 3,6 3,9 220 858 0,84 720 6 4,3 3,9 220 858 0,84 717 7 5,1 3,9 220 858 0,85 729 8 5,8 3,9 220 858 0,84 725 9 6,5 3,9 220 858 0,84 722 10 7,2 3,9 220 858 0,84 720 Tabel 3.5 Data temperatur sistem AC NO BAGIAN SUHU ( o C) 15 30 45 60 80 1 Kondensor, T c 37,2 39,9 44,3 45 47,5 2 Evaporator, Te 19,2 17,8 15,8 14,6 13,4 4.1 Perhitungan dan Analisa Perhitungan dilakukan menggunakan persamaanpersamaan yang telah dijelaskan diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil perhitungan prestasi kerja AC Parameter Sebelum diganti Sesudah diganti Qe m W COP Rasio tekanan kompresi EER 157,2 kj/kg 0,0057 kg/det 32 kj/kg 4,9 1,8 8,6 296 kj/kg 0,0024 kg/det 45,3 kj/kg 6,5 1,6 10,9 Tabel 4.2 Perhitungan rekening listrik untuk Rumah Tangga R1=1.300 VA (R-22) TDL 2003 (Oktober-Desember) Pemakaian = 273 kwh, Golongan = R1-1300 NO ITEM PERHITUNGAN JUMLAH 1 Bea Beban 1.300/1000 x 30.100 39.130 2 Blok I : 0-20 kwh 20 kwh x 385 7.700 3 Blok II : 20-60 kwh 60 kwh x 445 26,700 4 Blok III : >60 193 kwh x 495 95.535 Jumlah tagihan listrik 169.065 Tabel 4.3 Perhitungan rekening listrik untuk Rumah Tangga R1=2.200 VA (R-22) TDL 2003 (Oktober-Desember) Pemakaian = 273 kwh, Golongan = R1-2200 NO ITEM PERHITUNGAN JUMLAH 1 Bea Beban 2.200/1000 x 30.200 66.440 2 Blok I : 0-20 kwh 20 kwh x 390 7.700 3 Blok II : 20-60 kwh 60 kwh x 445 26,700 4 Blok III : >60 193 kwh x 495 95.535 Jumlah tagihan listrik 196.375 Tabel 4.4 Perhitungan rekening listrik untuk Rumah Tangga R1=1.300 VA (MC-22) TDL 2003 (Oktober-Desember) Pemakaian = 216 kwh, Golongan = R1-1300 NO ITEM PERHITUNGAN JUMLAH 1 Bea Beban 1.300/1000 x 30.100 39.130 2 Blok I : 0-20 kwh 20 kwh x 385 7.700 3 Blok II : 20-60 kwh 60 kwh x 445 26,700 4 Blok III : >60 136 kwh x 495 67.320 Jumlah tagihan listrik 140.850 Tabel 4.5 Perhitungan rekening listrik untuk Rumah Tangga R1=2.200 VA (MC-22) TDL 2003 (Oktober-Desember) Pemakaian = 216 kwh, Golongan = R1-2200 NO ITEM PERHITUNGAN JUMLAH 1 Bea Beban 2.200/1000 x 30.200 66.440 2 Blok I : 0-20 kwh 20 kwh x 390 7.700 3 Blok II : 20-60 kwh 60 kwh x 445 26,700 4 Blok III : >60 136 kwh x 495 67.320 Jumlah tagihan listrik 168.120 4.2 Analisa 4.2.1 Prestasi AC Sebelum dan Sesudah menggunakan MC-22 Proses penggantian refrigerant R-22 ke MC-22 tidak perlu penggantian komponen sistem AC karena karakter tekanan & temperatur refrigerant HC mirip dengan refrigerant sintetik, maka hampir semua jenis kompresor dapat menerima refrigerant hidrokarbon. Efek refrigerasi antara R-22 dengan MC-22 memperlihatkan nilai MC-22 lebih besar dibandingkan dengan nilai R-22. Hal tersebut membuktikan bahwa panas yang diserap oleh MC-22 lebih banyak dibandingkan dengan R-22. Dengan efek refrigerasi yang besar akan mendapatkan nilai koefisien prestasi yang besar pula. 350 300 250 200 150 100 50 0 Dampak Refrigerasi MC-22 Gambar 4.3 Grafik perbandingan dampak refrigerasi Tampak pada grafik, saat awal operasi pada R-22 kenaikan dampak refrigerasi tidak begitu signifikan sedangkan pada MC-22 cukup signifikan. Ini membuktikan bahwa MC-22 lebih cepat mendinginkan ruangan. Laju alir MC-22 lebih kecil dibandingkan R-22. Ini menunjukkan bahwa refrigerant yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan R-22. R-22 5

0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0 Laju Pendauran Kg/s MC-22 R-22 Gambar 4.4 Grafik perbandingan laju pendauran Dengan masa yang ringan dan laju pendauran yang lebih rendah dibandingkan R-22, maka kerja kompresor tidak berat. COP setelah diganti MC-22 lebih baik dibandingkan sebelum diganti. Semakin tinggi nilai COP-nya maka unit AC tersebut semakin bagus. Perbandingan COP setelah diganti MC-22 dan sebelum diganti dapat dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini. 7 6 5 4 3 2 1 0 COP Gambar 4.5 Grafik Perbandingan COP MC-22 Meskipun kenaikan COP pada unit AC tidak terlalu besar namun cukup signifikan untuk membuktikan bahwa penggunaan HC jauh lebih baik dan efisien dibandingkan menggunakan freon. Rasio tekanan kondensasi dan tekanan evaporasi MC-22 lebih kecil dibandingkan dengan R-22. Hal tersebut adalah salah satu parameter untuk mengetahui penghematan listrik. Semakin kecil rasio tekanan kondensasi dan evaporasi maka semakin hemat unit AC tersebut. 4.2.2 Konsumsi Energi Listrik Sebelum dan Sesudah Menggunakan MC-22 Dari pengujian, arus listrik lebih kecil setelah diganti MC-22 terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Perbandingan arus listrik Arus listrik (amper) Penghematan Uji (jam) Sebelum Sesudah I diganti diganti (amp) % 1 4,8 3,9 0,9 18,8 2 4,8 3,9 0,9 18,8 3 4,6 3,9 0,7 15,2 4 4,6 3,9 0,7 15,2 5 4,6 3,9 0,7 15,2 6 4,6 3,9 0,7 15,2 R-22 7 4,6 3,9 0,7 15,2 8 4,7 3,9 0,8 17,0 9 4,6 3,9 0,7 15,2 10 4,8 3,9 0,9 18,8 Penghematan arus listrik sekitar 15% - 18%. Meskipun penghematannya tidak terlalu besar tetapi memberi efek yang cukup lumayan pada rekening tagihan listrik yang setiap bulan dibayarkan. Unit AC menggunakan R-22 mempunyai faktor daya 0,8, mendapatkan daya nyata 0,9 kw dan daya semu 1 kva, sedangkan AC menggunakan MC-22, didapatkan daya nyata 0,7 kw dan daya semu 0,8 kva. Pada tabel 3.4 data pengukuran konsumsi energi listrik, AC menggunakan R-22 faktor daya tampak lebih besar antara 0,85-0,92 dibandingkan AC yang menggunakan MC-22 berkisar 0,82-0,85. Dilihat dari data tersebut, kerja kompresor dengan R-22 maupun MC-22 mempunyai faktor daya rata-rata 0,8. Untuk daya nyata yang sama, PLN harus menyalurkan arus lebih besar jika faktor daya yang dimiliki konsumen lebih rendah. Oleh karena itu, PLN mengenakan biaya tambahan berupa biaya beban reaktif bagi pelanggan industri, sedangkan untuk konsumen rumah tangga tidak ada pos biaya beban reaktif. Penurunan arus listrik pada unit AC setelah diganti refrigerant MC-22 disebabkan bukan adanya koreksi faktor daya tetapi karena sifat-sifat termodinamika, fisika dan kimia MC-22 berbeda dengan R-22. Penurunan arus listrik memberikan dampak positif terhadap konsumsi energi listrik sehingga menyebabkan berkurangnya tagihan listrik. Grafik perbandingan tagihan listrik sebelum diganti MC-22 dan setelah diganti MC-22 dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini. 200.000 190.000 180.000 170.000 160.000 150.000 Tagihan listrik/bln (Rupiah) Tagihan listrik/bln (Rupiah) Tagihan listrik/bulan MC-22 R-22 168.120 196.375 Gambar 4.6 Grafik perbandingan konsumsi listrik (dalam rupiah) Pada gamber 4.6 diatas, cukup lumayan penghematan listriknya untuk daya terpasang 2200 VA sebagai salah satu contoh perhitungan rekening listrik. Penghematan yang didapat setiap bulannya kurang 6

lebih Rp. 28.255,-. Biaya pengggantian refrigerant Rp. 150.000,-, maka dalam waktu kurang dari 10 bulan, biaya penggantian sudah kembali. V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. COP AC setelah diganti MC-22 jauh lebih baik yaitu 4,9 menjadi 6,5 EER dari 8,6 menjadi 10,9. dibandingkan menggunakan freon/r-22. 2. Konsumsi energi listrik lebih rendah setelah menggunakan MC-22 dibandingkan sebelum menggunakan MC-22 yaitu dari 9,1 kwh menjadi 7,2 kwh selama 10 jam operasi. eknik%20pendinginan/awal.php, 2008 September 5.2 SARAN 1. Masyarakat masih banyak yang belum mengenal senyawa hidrokarbon baik sisi teknisnya maupun manfaatnya sehingga perlu sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal senyawa hidrokarbon terutama Musicool 22/MC-22. 2. Para penjual refrigerant banyak yang enggan menjual senyawa hidrokarbon dengan alasan bahaya kebakaran, oleh karena itu perlu memberikan pelatihan-pelatihan dalam menyimpan senyawa hidrokarbon. 3. Harga MC-22 lebih mahal dibandingkan dengan R-22 sehingga perlu ditekan lagi agar harga dapat menjadi lebih murah. Daftar Pustaka [1] Handoko, J., Merawat & Memperbaiki AC, Kawan Pustaka., Jakarta, 2007 [2] Indartono, Y.S., Perkembangan Terkini Teknologi Refrigerasi (1), http://www.pertamina.ac.id, February 2008. [3] Stoecker, W.F., Jones, J.W., and Hara, S., Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara, Erlangga., 1989 [4] Sudjito, Baedoewie, S., and Sugeng, A., Diktat Termodinamika Dasar, http://www.mesin.brawijaya.ac.id/diktat_ajar/dat a/02_f_bab5_termo1.pdf, Juli2008. [5] ---, Teknik Penghematan Energi pada Rumah Tangga dan Bangunan Gedung, Bagian Proyek Pelaksanaan Efisiensi Energi Depdiknas., 2004 [6] ---, MUSI Cool Refrigerant, http://www.pertamina.ac.id, February 2008. [7] ---,BTU dan EER, http://www.sankencommunity.blogspot.com/200 8/04/btu-dan-eer.html, 2008 [8] ---, Efisiensi Energi, http://www.pelangi.or.id, September 2008 [9] ---, E-Learning Mata Kuliah Teknik Pendinginan, http://www.tep.fateta.ipb.ac.id/elearning/media/t Pembimbing I BIODATA MAHASISWA Nama Mahasiswa : Suharto Joni Santoso NIM : L2F 304 279 Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik (Power Engineering) Tempat/Tgl. Lahir : Semarang/5 Maret 1977 Alamat : Pancakarya Blok 49/415 No. Telepon : (024) 3556612 Alamat e-mail : jhou_electric@yahoo.com Nama orang tua : Surais Alamat orang tua : Pancakarya Blok 50?416 IP Kumulatif : 2,79 Tanggal lulus : Masa studi : Pembimbing II Ir. Agung Warsito,DHET Karnoto, ST, MT NIP. 131 668 485 NIP. 132 162 547 7

8