BIOMA, Desember 2011 ISSN: Vol. 13, No. 2, Hal

dokumen-dokumen yang mirip
Kejernihan dan Salinitas Perairan Tambak setelah Penambahan Rumput Laut, Sargassum plagyophyllum dan Ekstraknya. Abstrak

Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan ph Perairan Tambak setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophyllum dan Ekstraknya

Efektifitas Sargassum Plagyophullum dan Gracilaria Verrucosa dalam. Menurunkan Kandungan Amonia, Nitrit dan Nitrat dalam Air Tambak

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting.

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia.

BAB 4. METODE PENELITIAN

Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) dengan Sistem Budidaya yang Berbeda

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio L) WITH DIFFERENT BIOFILTER COMBINATION IN RECIRCULATION AQUAPONIC SYSTEM

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH APLIKASI KONSORSIUM MIKROBA PENITRIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI AMONIA (NH3) PADA AIR TAMBAK KASUS : DI DESA GRINTING KABUPATEN BREBES

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing. D. Djokosetiyanto, A. Sunarma dan Widanarni

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

KUALITAS AIR DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG KETAK (Harpiosquilla raphidea) YANG DIPELIHARA PADA WADAH MENGGUNAKAN SUBSTRAT DAN TANPA SUBSTRAT

PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Optimasi Pengelolaan Kualitas Lingkungan melalui Peran Biofilter Rumput Laut (Gracilaria sp.) untuk Pengembangan Tambak yang Berkelanjutan

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

A.S. Sidik, Sarwono & Agustina. Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

PRODUKTIVITAS DAN PARAMETER KIMIA DASAR TAMBAK BUDIDAYA UDANG WINDU Penaeus monodon Fab. BERUMUR 1 DAN 3 TAHUN

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT HARIAN PADA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon), RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.), DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN DAN UDANG TAMBAK, DESA KENDALKEMLAGI, KECAMATAN KARANGGENENG, KABUPATEN LAMONGAN, PROPINSI JAWA TIMUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 70% wilayah perairan dengan daya dukung lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pertumbuhan tiga jenis tumbuhan air dalam (limbah cair) dengan kandungan klorin tinggi (0.66 ppm) sebagai medium tumbuhnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

Produksi dan Konsumsi Oksigen serta Pertumbuhan Ceratophyllum demersum L. pada Kerapatan yang Berbeda dalam Mendukung Potensinya sebagai Bioaerator

REDUKSI AMONIA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN PENGUNAAN FILTER YANG BERBEDA. Fitri Norjanna *, Eko Efendi, Qadar Hasani ABSTRAK

PARAMETER KUALITAS AIR

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

CULTIVATION OF RIVER CATFISH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BIOMA, Desember 2011 ISSN: 1410-8801 Vol. 13, No. 2, Hal. 80-84 Perubahan Kandungan Ammonia, Nitrit dan Nitrat Dalam Air Tambak Pada Model Budidaya Udang Windu Dengan Rumput Laut Sargassum plagyophyllum dan Ekstraknya Munifatul Izzati Laboratorium Biologi dan Struktur Fungsi Tumbuhan FMIPA Undip Abstrak Salah satu masalah penyebab kegagalan dalam budidaya udang windu adalah tingginya limbah organic akibat sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Akumulasi sisa pakan yang sebagian besar komponenya protein ini telah mengakibatkan meningkatnya konsentrasi ammonia, nitrit dan nitrat dalam air tambak. Ammonia dan nitrit merupakan bahan kimia yang dapat meracuni udang yang dibudidayakan. Model budidaya ganda udang dengan rumput laut merupakan salah satu teknik untuk menurunkan kandungan ammonia, nitrit dan nitrat dalam air tambak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penurunan kandungan ammonia, nitrit dan nitrat dalam air tambak pada model budidaya udang dengan rumput laut Sargassum plagyophyllum dan ekstraknya. Penambahan ekstrak Sargassum ini diharapkan dapat menurunkan pertumbuhan bakteri pathogen, sebagaimana sifat antibakteri pada ekstrak tersebut. Model budidaya udang tanpa rumput laut maupun ekstrak digunakan sebagai kontrol. Rancangan penelitian ini adalah acak lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan ANOVA faktor tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model budidaya udang dengan Sargassum dapat menurunkan ammonia dan nitrit hanya sampai dengan usia pemeliharaan 8 minggu. Lebih dari usia pemeliharaan tersebut, kandungan ammonia dan nitrit justru meningkat. Hal ini disebabkan karena Sargassum yang digunakan mengalami kematian akibat turunnya hujan pada minggu ke-10. Penambahan ekstrak Sargassum tidak menimbulkan perbedaan kandungan ammonia, nitrit dan nitrat apabila dibandingakan dengan kontrol. PENDAHULUAN Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dengan perairan pantainya seluas 5.8 juta km². Pemanfaatan sumberdaya hayati perairan tersebut secara optimal diwujudkan melalui berbagai kegiatan perikanan dalam bentuk usaha budidaya pantai, laut dan kegiatan penangkapan. Sumberdaya hayati merupakan salah satu modal dasar pembangunan Nasional yang sangat penting. Akan tetapi akhir akhir ini terjadi kerusakan ekosistem tambak yang disebabkan oleh menumpuknya limbah organic yang berasal dari sisa pakan. Degradasi bahan organik dari sisa pakan yang sebagian besar komponennya adalah protein, telah mengakibatkan meningkatnya konsentrasi ammonia, nitrit dan nitrat dalam air tambak. Disamping itu, kondisi ini memacu timbulnya penyakit. Petani tambak mengatasi masalah ini dengan menggunakan berbagai jenis antibiotik. Residu antibiotik pada komoditas udang yang berasal dari Indonesia telah menyebabkan penolakan oleh pasar dunia. Untuk mengatasi masalah tersebut, model budidaya udang dengan rumput laut merupakan pilihan, karena dapat menurunkan akumulasi ammonia, nitrit dan nitrat. Beberapa rumput laut yang mengandung antibakteri, seperti Sargassum barangkali dapat mengatasi akumulasi bahan kimia tersebut, disamping juga diharapkan dapat berfungasi menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penurunan kandungan ammonia, nitrit dan nitrat setelah penambahan rumput laut Sargassum plagyophyllum dan ekstsraknya kedalam perairan tambak. BAHAN DAN METODE Lokasi dan persiapan tempat penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di dalam tambak percobaan milik Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP), UNDIP, Jepara. Penelitian dilaksanakan didalam sebuah tambak berukuran 12m x 16m. Sumber air laut diambil dari saluran yang terletak disebelah tambak percobaan dan dipompa masuk kedalam tambak hingga ketinggian 1m. Penelitian dikerjakan dengan menggunakan enklosur yang terbuat dari kantong plastik tahan air berbentuk kubus (1m x

Munifatul Izzati 1m x 1,2 m). Semua enklosur dimasukkan kedalam tambak dan diisi dengan air laut setinggi 1m. Setiap sudut bagian ujung atas kantong plastik digantung dengan menggunakan tali plastik yang diikatkan pada seutas tali kawat yang direntangkan melintang pada permukaan tambak. Ujung tali kawat diikatkan pada tonggak kayu yang dipancangkan ditepi tambak. Preparasi ekstrak Sargassum: Ekstrak Sargassum dibuat dengan jalan merebus 5 kg Sargassum dalam 10 liter air, selama 60 menit. Setelah dingin, ekstrak dimasukkan kedalam enklsur. Perlakuan ini diulang sebanyak 4 kali. Sebanyak 10 kg Sargassum yang masih hidup dimakukkan juga kedalam enklosur. Perlakuan ini juga diulang sebanyak 4 kali. Empat enklosur tanpa Sargassum dan ekstrak Sargassum digunakan sebagai kontrol. Kedalam masing masing enklosur ditebar 120 ekor bibit udang windu (PL-30). Enklosur diletakkan secara acak didalam tambak. Penelitian ini dilaksanakan selama 14 minggu. Pengamatan dilakuakan terhadap perubahan kandungan amonia, nitrit dan nitrat. Data yang diperoleh dianalisis dengan anova faktor tunggal, dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan amonia pola perubahan konsentrasi amonia antar model ekosistem dapat dilihat pada gambar 1. Konsentrasi amonia selama penelitian berada pada kisaran antara 0,0029 mg/l hingga 0,095 mg/l. Kisaran konsentrasi amonia ini barada pada kondisi yang aman untuk kehidupan udang windu. Menurut Boyd (1990), konsentrasi amonia lebih rendah dari 0,13 mg/l dianggap sebagai tingkat yang aman untuk hewan akuatik golongan Crustaceae. Meskipun demikian, Schmittou (1992) menganjurkan untuk menurunkan konsentrasi amonia perairan tambak hingga 0,001 mg/l. Darmono (1993) menyatakan bahwa konsentrasi amonia sekitar 0,01 mg/l, masih cukup baik untuk pertumbuhan udang windu. Rerata konsentrasi amonia pada kontrol adalah 0,022 ± 0,0121. Penambahan ekstrak Sargassum meningkatkan jumlah amonia hingga mencapai rata rata 0,0240 ± 0,0085, atau meningkat sebanyak 9%. Dengan Sargassum hidup, rerata konsentrasi amonia adalah 0,0380 ± 0,0058, atau meningkat sebanyak 73%. Analisis statistik dengan anova faktor tunbbal tidak menunjukkan adanya perbedaan konsentrasi amonia yang signifikan antar model ekosistem. Gambar 1. Perbedaan Perubahan Kandungan Amonia Antar Model Budidaya Tidak ada perbedaan kandungan amonia yang signifikan antar model budidaya (p>0.05) Hasil pengamatan terhadap pola perubahan konsentrasi amonia menunjukkan bahwa pada semua model ekosistem konsentrasi amonia meningkat selama penelitian. Diperkirakan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah sisa pakan yang tidak terkonsumsi akibat pemberian pakan yang berlangsung secara terus menerus setiap hari. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi mengandung senyawa nitrogen yang akan mengalami proses dekomposisi, sehingga jumlah amonia semakin meningkat (Boyd, 1990). Konsentrasi amonia pada model ekosistem udang windu-sargassum meningkat dengan tajam setelah minggu ke-10. Diperkirakan, hal ini disebabkan oleh kerusakan Sargassum karena turunnya hujan pada minggu ke-10. Amonia dalam perairan berasal dari ekskresi udang windu dan juga merupakan hasil akhir dari perombakan protein oleh bakteri heterotrofik. Menurut Wetzel (1983), meskipun amonia merupakan hasil ekskresi utama dari hewan akuatik, tetapi jumlah

Perubahan Kandungan Ammonia ini kecil jika dibandingakan dengan amonia yang berasal dari hasil akhir prombakan protein yang berasal dari sisa pakan. Konsentrasi amonia dalam ekosistem perairan juga dipengaruhi oleh keberadaan tanaman akuatik. Amonia merupakan sumber nitrogen utama bagi tanaman akuatik (Dawes, 1981). Diperkirakan kecepatan pertumbuhan Sargassum yang rendah dan kerusakan Sargassum pada minggu ke-10 telah menyebabkan penurunan fungsi Sargassum untuk menyerap amonia dari dalam ekosistem perairan. Demikian juga, penambahan ekstrak Sargassum berakibat pada peningkatan jumlah amonia meskipun peningkatan ini relatif rendah. Peningkatan amonia pada model ekosistem ini diperkirakan disebabkan oleh perombakan bahan organik yang berasal dari penambahan ekstrak Sargassum. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa organisasi mandiri pada model ekosistem yang diteliti pada tahap ini tidak dapat mempertahankan kualitas air tambak melalui penurunan jumlah amonia. Perubahan Kandungan Nitrit pola perubahan konsentrasi nitrit antar model ekosistem, selama penelitian dapat dilihat pada gambar 2. Rerata konsentrasi nitrit dalam air tambak berada pada kisaran antara 80,014 mg/l hingga 0,161 mg/l. Pada kontrol, rerata konsentrasi nitrit adalah 0,056 ± 0,078 mg/l. Penambahan ekstrak Sargassum menghasilkan konsentrasi nitrit rata rata 0,055 ± 0,087 mg/l, sedangkan kehadiran Sargassum hidup menghasilkan rerata konsentrasi nitrit 0,063 ± 0,034 mg/l. Analisis statistik dengan anova faktor tunggal tidak menunjukkan adanya perbedaan konsentrasi nitrit yang signifikan antar model ekosistem (p>0,05). Gambar 2. Grafik Perbedaaan Perubahan KandunganNitrit Antar Model Budidaya. Tidak ada perbedaan kandungan nitrit yang signifikan antar model budidaya (p>0.05) Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit berada pada kisaran antara 0,014 mg/l hingga 0,161 mg/l. Kisaran konsentrasi nitrit ini termasuk dalam kondisi aman untuk pertumbuhan udang windu. Toksisitas nitrit terhadap udang windu relatif rendah bila dibandingkan dengan hewan akuatik lain, karena sel darah merah pada udang windu tersusun atas hemocyanin, bukan hemoglobin yang mekanisme kerjanya dalam mengikat oksigen dihambat oleh senyawa nitrit (Connel dan Miller, 1995). Toksisitas nitrit terhadap udang windu relatif rendah, dengan nilai LC 50:24 adalah 170 mg/l (Boyd, 1990). Nitrit adalah senyawa nitrogen anorganik yang terbentuk oleh adanya oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas (Wetzel, 1983). Oleh karena itu konsentrasi nitrit tergantung pada jumlah amonia. Semakin tinggi jumlah amonia, maka konsentrasi nitrit dalam perairan semakin meningkat. Pola perubahan konsentrasi nitrit pada semua model ekosistem mengalami peningkatan selama penelitian. Konsentrasi nitrit pada model ekosistem udang windu-sargassum meningkat dengan tajam setelah minggu ke-10. Perubahan Kandungan Nitrat pola perubahan konsentrasi nitrat antar model ekosistem, selama penelitian dapat dilihat pada gambar 3. Rerata pada tahap penelitian ini berada pada kisaran antara 0,025 mg/l hingga 2,25 mg/l.

Munifatul Izzati Rerata konsentrasi nitrat pada kontrol adalah 0,83 ± 0,06 mg/l. Model ekosistem udang winduekstrak Sargassum mempunyai konsentrasi nitrat paling tinggi, yaitu 1,02 ± 0,08 mg/l. Konsentrasi nitrat pada model ekosistem udang windu- Sargassum adalah 0,91 ± 0,016 mg/l. Analisis statistik dengan anova faktor tunggal tidak menunjukkan adanya perbedaan konsentrasi nitrat yang signifikan antar model ekosistem (p>0,05). Gambar 3. Perbedaan Perubahan Kandungan Nitrat Antar Model Budidaya Tidak terdapat perbedaan kandungan nitrat yang signifikan antar model Budidaya (p>0.05) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat berada pada kisaran antara 0,025 mg/l hingga 2,25 mg/l. Menurut Harper (1992), peningkatan konsentrasi nitrat sebanyak 0,3 mg/l kedalam perairan dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budidaya udang windu akan meningkatkan konsentrasi nitrat yang dapat memacu terjadinya ledakan populasi fitoplankton. Sementara itu, ledakan populasi fitoplankton dapat berpengaruh buruk terhadap produksi udang windu (Neori dkk. 1995). Hasil pengamatan terhadap perbedaan pola perubahan konsentrasi nitrat antar model ekosistem menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat pada semua model ekosistem mengalami peningkatan selama penelitian. Diperkirakan, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan akumulasi sisa pakan dalam air tambak. Nitrat merupakan senyawa hasil oksidasi nitrit oleh bakteri Nitrobacter. Keberadaan nitrat dalam ekosistem perairan ditentukan oleh jumlah amonia dan nitrit (Wetzel, 1983). Senyawa nitrat tidak secara langsung berpengaruh buruk terhadap udang windu. Namun demikian, keberadaan senyawa ini dalam jumlah besar akan memacu ledakan populasi fitoplankton ( blooming ), yang dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas air tambak dan pertumbuhan udang windu. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model ekosistem yang dapat mencegah proses eutrofikasi dan ledakan populasi fitoplankton. Tanaman akuatik dapat menyerap nitrat dari dalam ekosistem perairan (Wetzel, 1983; Dawes, 1981 dan Boyd, 1990). KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat pada semua model ekosistem mengalami peningkatan selama penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi mandiri pada model ekosistem udang windu-ekstrak Sargassum maupun udang windu-sargassum tidak dapat meningkatkan fungsi ekosistem dalam menurunkan konsentrasi nitrat. Diperkirakan, hal ini disebabkan oleh karena penambahan ekstrak menyebabkan peningkatan bahan organik, sedangkan kerusakan Sargassum menyebabkan tidak optimalnya proses penyerapan nitrat pada model ekosistem udang windu-sargassum. DAFTAR PUSTAKA Boyd, C.E. (1990), Water Quality in Ponds for Aquaculture,. Birmingham Publishing Co, Birmingham Alabama. Boyd, C.E. (1991), Water quality and Aeration in Shrimp Farming. Auburn University, Alabama. Brimingham Publishing Co, Birmingham, Alabama. Harper, D., 1995, Eutrophication of freshwaters, Principles, problems and restoration, Chapman and Hall, Newyork. Jones, A. (1995), Manipulation of prawn farm effluent flow rate and residence time, and density of biofilters to optimise the filtration efficiency of oysters (Saccostrea commercialis) and macroalgae, Gracillaria edulis. Depertment of System Ecology, Stockholm, University, Sweden. Neori, A., M.D. Krom, I.Cohen, H. Gordin (1989), Water quality conditions and particulate chlorophyll a of new intnsife seawater

Perubahan Kandungan Ammonia fishpond in Eilat, Israel: daily and diel variations, Aquaculture, 80, 63 78. Neori, A., M.D. Krom, S.p. Ellner, C.E. Boyd, D. Popper, R. Robinovitch, P.J. Davidson, O. Dion, D. Zuber, M Ucko, D. Angel, Gordin (1996): Seaweed biofilters as regulators of water quality in integrated fish-seaweed culture units. Aquaculture, 141, 183-199. Schmittou, H.R., 1992, Water quality and shrimp health management in hatcheries. Makalah seminar sehari, upaya penanggulangan penykit benur pada hatchery udang windu. Balai Budidaya Air Payau, Jepara. Wetzel, R.G., 1983, Limnology, Second edition.saunders College Publishing, Toronto.