SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI JAKARTA Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

dokumen-dokumen yang mirip
SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN KONSEP ARSITEKTUR PAUL RUDOLPH

PUSAT PELATIHAN DAN PRODUKSI FILM TELEVISI DI SEMARANG

FAKULTAS FILM DAN TELEVISI PADA INSTITUT KESENIAN JAKARTA DI JAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

SEKOLAH TINGGI DESAIN DI SEMARANG

SEKOLAH TINGGI TEKNIK TELEVISI DI SEMARANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG Penekenan Desain : Ekspresi Arsitektur Hightech

PELATIHAN PRODUKSI PENYIARAN DAN STASIUN RADIO SWASTA DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN POST MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RELOKASI KAMPUS AKADEMI SENI DAN DESAIN INDONESIA DI SURAKARTA

RUMAH PRODUKSI PENGADEGAN STUDIO INDONESIA DI JAKARTA SELATAN

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA

GALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN SPACE

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BALAI LATIHAN PENDIDIKAN TEKNIK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TAMAN RIA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BENGKEL MODIFIKASI MOBIL TERPADU DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Hi-Tech

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

AKADEMI DESAIN VISUAL DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Tugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN

KAMPUS FISIP UNDIP SEMARANG (Penekanan Desain Gaya Arsitektur Renzo Piano)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMK Pariwisata Bertaraf International di Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bagas Laksawicaka Gedung Bioskop di Kota Semarang 1

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

PENGEMBANGAN PT. KARYA MUKTI ABADI SEBAGAI SENTRA INDUSTRI KAROSERI DUMP TRUK UNTUK WILAYAH JAWA TENGAH DI UNGARAN Penekanan Desain Hi-Tech

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASRAMA MAHASISWA UNDIP DI KAMPUS TEMBALANG (Penekanan Desain Arsitektur Kontekstual)

RUMAH SAKIT HEWAN DI JAKARTA

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

STASIUN TELEVISI PRO TV DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern

LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

KANTOR SINODE GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) DI SALATIGA BABI PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dimana terdapat

SINEMATEK TERPADU DI YOGYAKARTA

REDESAIN KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DI JAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Modern

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) kini tengah digencarkan oleh pemerintah tepatnya Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

CITY HOTEL BINTANG EMPAT DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

SINEMATEK DI JAKARTA

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI SEMARANG

CONVENTION HOTEL DI BANDUNG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Simbiosis Kisho Kurokawa

BAB I PENDAHULUAN. diakes pada tanggal 24 April 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

SEKOLAH ISLAM TERPADU AL IRSYAD DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

PASAR BUKU KOTA SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Televisi dapat didefinisikan sebagai media massa yang menampilkan sebuah

SEKOLAH TINGGI SENI MUSIK DI SEMARANG

RESORT HOTEL DI INTERNATIONAL GOLF COURSE MAGELANG

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

SENTRA PROMOSI DAN INFORMASI KERAJINAN KUNINGAN DI JUWANA

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

PENGEMBANGAN KANTOR PUSAT PT. PLN (Persero) DI JAKARTA

REDESAIN KAWASAN AGRO TARUBUDAYA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK KLASIK DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

GEDUNG KANTOR SEWA MEDI GROUP DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUSEUM ASTRONOMI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain RICHARD MEIER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU

SEMARANG MUSIC CENTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN TA 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

CONVENTION HALL DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Karya Arata Isozaki

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

RUMAH MUSIK DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 telah memberikan kesempatan kepada setiap daerah untuk

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

Transkripsi:

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI JAKARTA Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARDYANA FAHMIADI L2B 097 217 Periode 77 JANUARI - APRIL 2002 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2002

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia audio visual, baik itu film maupun televise mempunyai daya tarik dan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Film dan televise bukan hanya sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana informasi yang kehadirannya tidak dapat dipungkiri lagi merupakan suatu kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Terlebih lagi dengan dunia yang ikut melatarbelakanginya seperti perkembangan dunia teknologi yang terus mengalami peningkatan dan inovasi serta juga dunia kehidupan para actor/aktris film dan televisi yang selalu menarik untuk disimak. Perfileman Indonesia, setelah mengalami tidur panjang akibat persaingan dengan film asing dan media televisi sehingga tidak dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tampaknya mulai bangkit kembali. Dengan pelopor sineas-sineas muda, mereka menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Dimulai dari film Kuldesak, petualangan sherina, Bintang Jatuh, Pasir Berbisik, Beth, Jakarta Project, Jelangkung,hingga Ada Apa Dengan Cinta yang pada umumnya membidik pasar remaja dan ternyata mendapat sambutan yang luar biasa antusias. Semangat berfilm memang semakin terasa menggejala di kalangan anak muda dewasa ini. Gejala itu terlihat tidak saja pada kelompok muda yang berlatar pendidikan seni, atau lebih focus lagi seni film. Siapapun, dengan latar pendidikan apapun, ramairamai menonton, berdiskusi, sampai membuat film. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, atau yang di luar Jawa seperti Bali, Lampung, dan Makassar, komunitas seperti ini bertebaran. Maka, tahun ini kegiatan film tidak saja bisa disaksikan lewat Festifal Film Asia Pasifik ke-46 di Jakarta dan Jakarta International Film Festival, tapi juga Festival Film-Vidio Independen Indonesia (FFVII). Festival yang diprakarsai Komunitas Film Independen itu menyertakan puluhan film yang telah diseleksi. Sebelum ada seleksi, lebih dari seratus film disertakan. FFVII ke-3 ini memang menampung film-video dengan media apapun,

dari siapapun, dari siswa SMP hingga lulusan perguruan tinggi dan dalam durasi berapa lamapun (Suara Pembaruan, 23 Des 2001). Adapun televisi sebagai kebudayaan audio visual baru yang hadir setelah film muncul sebagai alternatif hiburan dan sumber informasi masyarakat sehingga sempat menjadi salah satu penyebab mundurnya perfilman Indonesia, khususnya dengan kemunculan stasiun TV swasta baru yang mendampingi TVRI sebagai stasiun pemerintah. Hadir dengan kemasan yang menarik, stasiun TV swasta menawarkan program-program siaran baik hiburan maupun berita yang mempu menarik minat pemirsa. Dunia pertelevisian di Indonesia, dalam dua dasawarsa terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimulai oleh RCTI sebagai stasiun televise swasta pertama di Indonesia (24 Agustus 1989) mendampingi stasiun pemerintah TVRI yang sudah ada sejak 17 Agustus 1962, hingga kini Indonesia memiliki 10 stasiun telivisi swasta nasional serta tidak menutup kemungkinan munculnya TV-TV swasta baru di masa yang akan datang. Munculnya TV-TV swasta baru juga berimbas pada semakin menjamurnya rumah-rumah Produksi (Production House) yang menjadi pemasok acara bagi TV swasta tersebut. Setidaknya terdapat 500 Rumah Produksi tersebar di seluruh Indonesia, dimana 317 diantaranya tergabung dalam Asosiasi Rumah Produksi Indonesia, ARPI (www.cakram.com/mei00.htm). Proses produksi suatu film dan acara televise, baik oleh stasiun TV maupun Production House melibatkan suatu kerabat kerja yang masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab sesuai dengan bidang pekerjaanya. Mulai dari produser, sutradara, kameramen, penulis naskah, hingga piñata set. Dengan demikian dapat dipahami bahwa lahan pekerjaan di bidang pertelevisian menjadi semakin terbuka dan penuh persaingan serta menuntut dimilikinya kemampuan professional pada bidang pekerjaan tertentu. Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia sampai saat ini masih menjadi pilihan utama sebagai tempat berdirinya stasiun Televisi Swasta serta Rumah Produksi. Hal ini dimungkinkan karena kegiatan bisnis, hiburan dan politik Indonesia yang menjadi sumber siaran televise serta sarana prasarana produksi film masih terpusat di kota Jakarta. Berdasarkan uraian diatas, maka keberadaan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Jakarta dapat menjadi jawaban atas kebutuhan akan tenaga kerja di bidang pertelevisian

sekaligus sebagai ajang peningkatan keahlian para professional di bidang produksi film dan siaran televisi. Dengan penekanan desain arsitektur Renzo piano, diharapkan muncul suatu bangunan pendidikan yang atraktif mengingat sifatnya yang komersial. Sekolah yang dirancang merupakan suatu wadah pendidikan bagi masyarakat umum (lulusan SLTA) yang ingin berkecimpung di bidang film dan televisi sekaligus wadah pelatihan bagi para professional di bidang film dan televisi yang berkeinginan untuk meningkatkan keahliannya melalui short course dengan jangka waktu 1-6 hari. Sekolah Tinggi Film dan Televisi dengan kelengkapannya seperti studio film dan siaran TV, studio rekaman, studio pasca produksi lengkap dengan perlengkapan computer beserta ruang kuliah menampung peserta pendidikan dan pelatihan dengan berbagai bidang, baik di bidang teknik produksi film dan siaran TV, seperti studio engineering, lighting, sound production, animasi, editing dan teknik kamera, maupun bidang manajemen produksi misalnya perencanaan program siaran, penulisan naskah, serta teknik reportasi. 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam pembahasan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Jakarta ini adalah bagaimana merencanakan dan merancang wadah yang dapat menampung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan film dan televisi yang selain memenuhi persyaratan fungsional juga mampu memberikan kondisi aman, nyaman dan menarik bagi penggunanya, sehingga aktifitas yang berlangsung di dalamnya bisa berjalan sesuai fungsi dan tujuannya. 1.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Memperoleh program perencanaan dan perancangan yang representative ditinjau dari segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknisnya sekaligus dari segi rasa aman dan nyaman bagi pengguna bangunan serta menciptakan suatu bangunan yang menarik dari sisi arsitektural. 1.3.2. Sasaran

Sasaran yang dituju adalah tersusunnya landasan atau pedoman perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Film dan Televisi dengan penekanan desain konsep arsitektur Rezo Piano. 1.3.3. Manfaat Manfaat yang diperoleh adalah memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mahasiswa dan memperoleh gelar sarjana di Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro serta dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan, film dan televisi. 1.4. Lingkup Pembahasan Pembahasan dititikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu Arsitektur, seperti aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual dan arsitektural; sedangkan data, informasi dan permasalahan di luar bidang arsitektur sejauh masih melatarbelakangi, mendasari dan berkaitan dengan factor-faktor perencanaan fisik dibahas secara umum dengan asumsi rasional dan logis sebagai informasi pendukung, antara lain mengenai tinjauan pendidikan tinggi, kurikulum, struktur organisasi serta tinjauan tentang film dan televisi secara umum. 1.5. Metode Pembahasan Metoda yang digunakan secara keseluruhan adalah deskriptif komparatif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data primer maupun sekunder yang kemudian diadakan analisa sehingga akan dihasilkan sintesa-sintesa. Studi banding pada bangunan yang akan dirancang. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Survey lapangan, dilakukan untuk mendapatkan data primer, mengenai kebutuhan ruang, besaran ruang, struktur organisasi, kelompok pengguna bangunan, serta kegiatan dalam objek studi banding sebagai acuan bagi perencanaan dan perancangan yang akan dilakukan b. Studi literature, dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, dalam hal ini berupa studi kepustakaan mengenai teori pendidikan, pertelevisian, standar ruang serta pengumpulan data informasi dan peta dari instansi terkait c. Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait untuk melengkapi data primer mengenai topic yang dibahas.

1.6. Sistematika Pembahasan Penulisan Landasan program perencanaan dan perancangan (LP3A) ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisi tentang pokok-pokok pemikiran yang melatarbelakangi pemilihan judul, tujuan dan sasaran, manfaat pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan BAB II Tinjauan Pendidikan Film dan Televisi di Jakarta Berisi pembahasan mengenai pendidikan tinggi beserta peraturan pendiriannya, tinjauan film dan televisi, proses produksi film dan siaran televisi, serta studi banding pada beberapa objek yang relevan untuk mendapat acuan mengenai kegiatan, pemakai bangunan, kebutuhan dan besaran ruang, kurikulum pendidikan dan pelatihan, serta kecenderungan minat terhadap sekolah film dan televise di Jakarta. BAB III Tinjauan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Jakarta Berisi tinjauan mengenai kota Jakarta dan potensinya sebagai lokasi Sekolah Tinggi yang dirancang, serta rumusan dasar bentuk Sekolah Tinggi yang direncanakan. BAB IV Kesimpulan, Batasan dan Anggapan Berisi tentang kesimpulan pembahasan, batasan permasalahan dan lingkup bahasan yang hanya berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Jakarta, serta anggapan yang merupakan hal-hal yang mempengaruhi proses perancangan yang diposisikan pada suatu keadaan ideal. BAB V Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang analisa berbagai aspek perancangan (fungsional, struktur, utilitas, akustik, penekanan desain, dan lokasi tapak), pendekatan standard an studi ruang untuk mendapatkan besaran ruang serta pendekatan pemilihan tapak. BAB VI Konsep dan Program Dasar Perancangan

Berisi program dasar perancangan hasil pendekatan dan analisis, uraian konsep dasar perancangan dan factor-faktor penentunya.