EVALUASI PELAKSANAAN PENILAIAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA DI KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali


EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP/MTS DI KOTA BIMA

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Symbion Tahun 2015 ISBN: Halaman 77-83

ainamulyana.blogspot.co.id ainamulyana.blogspot.co.id

BAB I PENDAHULUAN. sebuah standar yang diberi nama Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar

TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP/MTS DI KOTA BIMA. Ida Waluyati

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPS SMP/MTs DI KECAMATAN PANDAK JURNAL SKRIPSI

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMA NEGERI WATANSOPPENG. Hj. SALMAYZURI RUSLAN TRIYANTO PRISTIWALUYO. Guru SMA NEGERI 3 Watansoppeng1

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO

EVALUASI PELAKSANAAN AUTHENTIC ASSESSMENT BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMA ISLAM AL-HIDAYAH JEMBER

RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA

(Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi UNY)

EVALUASI KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh:

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

THE INTEGRATION OF CHARACTER EDUCATION VALUES INTO THE SERVING TECHNIQUE SUBJECT AMONG STUDENTS OF SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 13 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 13

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR DI SMK N 4 YOGYAKARTA

Tingkat Keterlaksanaan Administrasi (Sumi Fitriana)

BAB VI PENILAIAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN

Tite Juliantine Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

Abstrak. Sikap Guru Terhadap Standar Penilaian Kurikulum 2013 Berdasarkan Permendikbud Nomor 23. (Elin Eliawati, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI...

SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN PAI (KE-1) PROGRAM PASCA SARJANA STAIN SALATIGA

MODEL TES DAN ANALISIS KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PADA PRAKTIKUM PEMROGRAMAN WEB DI SMK

MANUAL PROSEDUR VERIFIKASI DAN VALIDASI ALAT UKUR PROSES PEMBELAJARAN

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Walisongo Semarang

PENTAS TERBUKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA KOMPETENSI DASAR ALAT OPTIK KELAS X-4 SMAN 1 KEBOMAS-GRESIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT PEMAHAMAN AKTIVITAS RENANG PADA SISWA KELASXI SMAN 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN T.A 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: metode kooperatif tipe TGT, media pembelajaran kartu domino, hasil belajar geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

TEST, PENGUKURAN, ASSESMEN, EVALUASI

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

Evaluasi Perkuliahan, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika

BAB II KAJIAN TEORI. A. Evaluasi Pembelajaran. 1. Pengertian Evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk dapat

KEMAMPUAN MENYIMAK KHOTBAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMAK RANGKUM SISWA KELAS XI SMA PERTIWI 2 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan:

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS X DAN XI TERHADAP USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI STANDAR PENILAIAN DI PROVINSI LAMPUNG. Oleh: Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu penelitian evaluasi.model evaluasi yang digunakan

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By:

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

ANALISIS PERSEPSI SISWA UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK LAS BUSUR MANUAL DI SMKN 1 SEDAYU

EVALUASI PROGRAM PENILAIAN HASIL BELAJAR PADA KURIKULUM 2013 KELOMPOK MATA PELAJARAN PRODUKTIF KEAHLIAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan ( research and

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH REVIEWER

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

PENGGUNAAN SELF ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA DOSEN MENINGKATKAN OBYEKTIVITAS DALAM PENILAIAN TUGAS PROYEK

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

KESESUAIAN INSTRUMEN EVALUASI DENGAN MATERI PLANTAE YANG DIAJARKAN GURU DI SMA BANDUNG. Dosen Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau 2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

EVALUASI PELAKSANAAN PENILAIAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL Muhammad Nursa ban FISE Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: mnsaban@yahoo.com) Abstract: An Evaluation of the Implementation of the Geography Learning Assessment in Senior High Schools in Bantul Regency. This study aims to evaluate the implementation of geography assessment in senior high schools based on the Regulation by the Minister of the National Education Number 20 Year 2007 about the National Standard of Assessment. This study was an evaluation study employing the Stake s model. The sample, selected by means of the simple random sampling technique, consisted of 56 geography teachers in Years X, XI, and XII of senior high schools. The data were collected using a questionnaire and observation guide and analyzed using the descriptive analysis based on the predetermined criteria. The findings are as follows. 1) The antecedent phase, consisting of assessment principles, is in the very good category. 2) The transaction phase, consisting of assessment techniques, is in the good category. The instruments, mechanisms, and processes of assessment are in the very good category. 3) The outcome phase shows that the assessment of geography learning is in the very good category. Keywords: assessment, geography learning PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Nasional memberikan patokan dalam penilaian pembelajaran di sekolah. Berdasarkan kebijakan peraturan penilaian tersebut pihak sekolah beserta para guru memiliki kewenangan membuat dan mengembangkan penilaian pembelajaran. Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003. BSNP (2006:16) dinyatakan bahwa guru profesional mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran di bidangnya termasuk kemampuan penilaian dalam Proses Pembelajaran. Penilaian hasil belajar merupakan suatu tindakan dalam memberikan keputusan berdasarkan kriteria tertentu terhadap hasil dari suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan (hasil belajar) yang telah dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan alat penilaian Menurut Suharsimi Arikunto (2001:3) menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan hasil baik atau buruk yang dilakukan secara terencana, terorganisir dan berkesinambungan untuk memberikan pertimbangan atau harga atau nilai tentang proses dan hasil belajar siswa berdasarkan kriteria tertentu untuk memperoleh 255

256 suatu keputusan. Rumusan tersebut bermakna, yakni: (1) bagi siswa, dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan guru; (2) bagi guru, dapat mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswanya, ketepatan materi yang diajarkan, dan ketepatan metode yang digunakan; (3) bagi sekolah, dapat mengetahui hasil belajar siswa yang berarti dapat diketahui kondisi belajar yang diciptakan sekolah, tepat tidaknya kurikulum yang digunakan, dan dapat diketahui apakah sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Departemen Pendidikan Nasional (2007:230) memberikan pengertian penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Ditambahkannya yang menjadi ciri-ciri penilaian di kelas adalah (1) belajar tuntas, (2) otentik, (3) berkesinambungan, (4) berdasarkan acuan kriteria /patokan, (5) menggunakan berbagai cara & alat penilaian. Kegiatan penilaian hasil belajar seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional. Berdasarkan peraturan menteri tersebut dijelaskan bahwa pendidik dalam hal ini adalah guru melaksanakan penilaian yang sesuai standar standar nasional pendidikan berkaitan dengan prinsip, teknik, instrumen, dan mekanisme, serta proses penilaian oleh pendidik. Prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran yaitu shahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Teknik penilaian hasil belajar yang dimaksud dalam ketentuan Permendiknas tersebut berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Instrumen penilaian meliputi indikator substansi, konstruksi, dan bahasa. Mekanisme penilaian sesuai permendiknas tersebut meliputi dua indikator yaitu perancangan strategi dan ulangan. Sementara itu, proses penilaian oleh pendidik pada pembelajaran sesuai ketentuan Permendiknas dimaksud meliputi sembilan kegiatan penilaian sebagai berikut. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian pada awal semester. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul

257 Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada akhir setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik. Peraturan tentang penilaian tersebut berlaku untuk semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kompetensi dasar masing-masing. Salah satunya adalah mata pelajaran geografi. Mata pelajaran ini diajarkan pada jenjang SMA kelas X, XI, dan XII. Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mencoba menerapkan kebijakan kurikulum tahun 2006 dan proses penilaian sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 terhadap sekolah yang ada di daerah tersebut. Beberapa pandangan guru geografi yang dijumpai oleh penulis berkaitan dengan penilaian hasil belajar yang distandarkan secara nasional ditanggapi secara berbeda-beda. Salah satu pendapatnya menyatakan bahwa berbagai teknik/cara penilaian yang diatur secara nasional bagi guru termasuk guru geografi dirasakan lebih sulit dilaksanakan, karena berbeda dengan penilaian yang biasa mereka lakukan. Arahan dalam penilaian mengenai prinsip, teknik, instrumen, mekanisme, dan proses penilaian oleh pendidik dirasa lebih berat, karena kegiatan tersebut melalui proses yang relatif lama. Mereka menyatakan standar penilaian yang diatur oleh Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 idealnya dapat dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dan guru mata pelajaran, tetapi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam standar penilaian tersebut seperti prinsip, teknik, mekanisme, instrumen dan proses penilaian dirasakan bagi sekolah masih sulit dilaksanakan. Menurut beberapa guru geografi yang dijumpai, kebiasaan yang selama ini berlangsung penilaian dilakukan dengan tes tertulis baik formatif maupun sumatif tanpa harus ada validasi soal dan teknik penilaian yang beragam. Oleh sebab itu, implementasi dari Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 ini memerlukan waktu dan masa transisi, merubah dari subjektifitas guru menjadi realitas kemampuan siswa. Para guru yang lain menyampaikan bahwa secara ilmiah sistem penilaian dalam peraturan tersebut lebih baik dalam mengukur keadaan siswa senyatanya karena sesuai dengan prosedur ilmiah, tetapi dalam praktiknya akan mengalami kendala dalam implementasinya Berkaitan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Nasional. Evaluasi yang digunakan yaitu model Stake. Model Stake (Stake s countenance model of evaluation) menurut Kauffman & Thomas (1980:123) dan Worthen & Sanders, 1973:113) terkonsentrasi pada dua langkah pekerjaan evaluasi yaitu deskripsi Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

258 dan pertimbangan serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu: 1) input (antecedent); 2) proses (transaction); 3) hasil (outcomes). Secara garis besar penelitian ini ingin mengetahui apakah prinsip, teknik, instrumen, mekanisme dan proses penilaian oleh pendidik dalam pembelajaran geografi di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah sesuai dengan Permendiknas tersebut. METODE Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan deskriptif menggunakan model Stake. Model ini membandingkan antara proses penilaian yang berlangsung dalam pembelajaran geografi di lapangan dengan proses penilaian seharusnya sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan yaitu sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007. Pendekatan evaluasi model Stake menekankan adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu melakukan penggambaran (description) dan pertimbangan (judgments). Dua hal pokok ini diperoleh melalui gambaran tahapan evaluasi yaitu 1) input/pendahuluan (antecedent); 2) proses (transaction); dan 3) hasil (out comes). Populasi penelitian ini yaitu guru geografi SMA di Kabupaten Bantul kelas X, XI, dan XII. Pada penelitian ini responden yang dijadikan subjek diambil salah satu guru geografi pada setiap kelas secara acak sederhana (simple random) sehingga pada setiap sekolah diambil tiga orang guru. Pengambilan satu orang guru pada setiap kelas dengan pertimbangan bahwa setiap guru pada masing-masing kelas memiliki kesamaan (homogen) pada kelasnya dalam pelaksanaan penilaian sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007. Pada penelitian ini diambil 20 sekolah dari 38 sekolah yang mewakili 16 kecamatan di Bantul dan diperoleh sampel guru sebanyak 56 orang. Variabel dalam penelitian ini mengenai prinsip penilaian, teknik penilaian, dan instrumen penilaian, mekanisme penilaian, dan pelaksanaan penilaian oleh guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan langkah dari evaluasi model Stake. Pada fase pendahuluan (Antecedent phase) akan digunakan teknik angket untuk memperoleh data pemahaman konsep pelaksanaan penilaian oleh guru yang sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007. Fase proses/ penerapan (Transaction phase) dideskripsikan pelaksanaan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi melalui observasi. Fase terakhir, yaitu fase hasil program (Outcome phase) dilakukan pengukuran hasil pelaksanaan program pembelajaran yang diperoleh melalui data dari angket dan observasi. Semua data yang dikumpulkan baik angket dan observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase kemudian dideskripsikan dan diambil kesimpulan tentang masing masing komponen atas dasar kriteria yang telah ditentukan. Data variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran dideskripsikan secara kuantitatif dan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. Berkenaan dengan keperluan tersebut digunakan skor rerata ideal (Mi) Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul

259 dan skor simpangan baku ideal (SBi) sebagai kriterianya. Tingkat kecenderungan dibagi dalam empat kategori yaitu: > (Mi + 1,5 SBi) : sangat baik Mi - (Mi + 1,5 SBi) : baik (Mi - 1,5 SBi) Mi : kurang baik < (Mi - 1,5 SBi) : tidak baik Penentuan jarak 1,5 SB untuk kategori ini dimaksudkan agar jarak kategori tidak terlalu kecil yang menjadikan kategori lebih banyak dan tidak terlalu lebar yang menjadikan kategori terlalu sedikit. Hal ini didasarkan pada distribusi normal yang terbagi enam bagian atau enam deviasi standar. Interval kategori variabel didasarkan pada skor tertinggi dan skor terendah dari masing masing variabel penelitian. Selanjutnya dicari skor rerata ideal (Mi) dan skor simpangan baku ideal (SBi) dengan menggunakan formula sebagai berikut: Mi = 1/2(skor tertinggi + skor terendah) SBi= 1/6 (skor tertinggi skor terendah). Skor tertinggi ideal adalah skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dari keseluruhan alternatif jawaban. Skor terendah ideal adalah skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dari keseluruhan alternatif jawaban. Perhitungan skor tertinggi, terendah, Mi, dan Sbi. Berdasarkan kriteria di atas disusun standar skor kategori kecenderungan variabel dan indikator variabel penelitian yaitu dengan kategori sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. HASIL PENELITIAN Fase Pendahuluan (Antecedent Phase) Pada tahapan ini dideskripsikan pemahaman konsep penilaian oleh guru SMA yang berkaitan dengan prinsip penilaian yang diperoleh melalui teknik angket. Hasil analisis mengenai variabel prinsip penilaian diperoleh rerata indikator pada interval >58,5 artinya termasuk kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan kategori skor variabel prinsip penilaian ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Variabel Prinsip Penilaian No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. > 58,5 Sangat Baik 50 89,28 2. 45 58,5 Baik 6 10,72 3. 31,5 44,99 Kurang Baik - - 4. < 31,5 Tidak Baik - - Jumlah 56 100 Tabel 1 menunjukkan 89,28% guruguru geografi di Kabupaten Bantul memiliki pemahaman dan kemampuan mengenai prinsip-prinsip penilaian dalam kategori sangat baik. Sebagian lainnya yaitu 10,72% dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum guru-guru geografi SMA di Kabupaten Bantul kecenderungan memahami prinsip-prinsip penilaian sangat baik ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 prinsip penilaian meliputi indikator ke- Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

260 sahihan, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Fase Penerapan (Transaction Phase) Pada tahapan ini, dideskripsikan p- elaksanaan penilaian yang dilakukan oleh guru geografi melalui observasi langsung dalam proses pembelajaran mengenai teknik, instrumen, mekanisme, dan proses penilaian oleh pendidik. Berpedoman pada kategorisasi skor analisis data, rerata variabel teknik penilaian terletak pada interval 20-26 artinya termasuk kategori baik. Distribusi frekuensi perolehan kategori skor variabel teknik penilaian ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Variabel Prinsip Penilaian No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. > 26 Sangat Baik 18 32,14 2. 20 26 Baik 38 67,85 3. 14 19,99 Kurang Baik 4. < 14 Tidak Baik - - Jumlah 56 100 Guru-guru geografi di Kabupaten Bantul 67,85% memiliki pemahaman dan kemampuan dalam membuat teknik-teknik penilaian dalam kategori baik sisanya 32,14% dalam kategori sangat baik. Data tersebut menggambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat memahami dan melaksanakan teknik penilaian secara baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas nomor 20 tahun 2007 teknik penilaian meliputi indikator tes, observasi, penugasan, dan bentuk lain yang sesuai. Hasil analisis untuk variabel instrumen penilaian rerata variabel ini terletak pada interval >19,5, artinya termasuk kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan kategori skor variabel teknik penilaian ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Variabel Instrumen Penilaian No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. > 19,5 Sangat Baik 45 80,3 2. 15 19,5 Baik 11 19,7 3. 10,5 14,99 Kurang Baik - - 4. < 10,5 Tidak Baik - - Jumlah 56 100 Tabel 3 menginformasikan bahwa 80,3% guru-guru geografi di Kabupaten Bantul memiliki pemahaman dan kemampuan dalam membuat instrumen Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul

261 penilaian dalam kategori sangat baik dan sisa lainnya yaitu 19,7% dalam kategori baik. Data tersebut menggambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat memahami dan melaksanakan instrumen penilaian secara sangat baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 instrumen penilaian meliputi indikator substansi, konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis diperoleh rerata variabel mekanisme penilaian terletak pada interval >13, artinya termasuk kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan kategori skor variabel mekanisme penilaian ditunjukkan oleh Tabel 4. Sebagian besar guru-guru geografi (96,43%) di Kabupaten Bantul memahami dan melaksanakan mekanisme penilaian dengan sangat baik sebagian lainnya 3,57% dalam kategori baik. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Variabel Instrumen Penilaian No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. > 13 Sangat Baik 54 96,43 2. 10 13 Baik 2 3,57 3. 7 9,99 Kurang Baik - - 4. < 7 Tidak Baik - - Jumlah 56 100 Data tersebut menggambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat memahami dan melaksanakan mekanisme penilaian secara sangat baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 mekanisme penilaian yang harus dilakukan guru mata pelajaran meliputi 2 indikator yaitu perancangan strategi dan ulangan. Hasil analisis variabel proses penilaian oleh guru geografi di Kabupaten Bantul diperoleh rerata pada interval >58,5 termasuk dalam kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan skor kecenderungan variabel pelaksanaan penilaian pembelajaran disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecenderungan Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. > 58,5 Sangat Baik 47 83,93 2. 45 58,5 Baik 9 16,07 3. 31,5 44,99 Kurang Baik - 4. < 31,5 Tidak Baik - Jumlah 56 100 Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

262 Tabel 5 menunjukkan bahwa 83,93% guru-guru geografi di Kabupaten Bantul memahami dan melaksanakan penilaian dengan sangat baik. Sebagian kecil lainnya yaitu 16,07% dalam kategori baik. Data tersebut menggambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat telah melaksanakan proses penilaian oleh pendidik secara sangat baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 pelaksanaan penilaian mliputi sembilan kegiatan. Fase Hasil Program (Outcome Phase) Pada fase ini dilakukan pengukuran hasil pelaksanaan evaluasi pada dua fase sebelumnya, yaitu berhubungan dengan prinsip, teknik, instrumen, dan mekanisme serta proses penilaian yang telah dilakukan oleh guru. Hasil analisis statistik, pengukuran hasil evaluasi penilaian pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul memiliki rerata sebesar 187,75. Artinya, kemampuan penilaian pembelajaran geografi dalam kategori sangat baik, Distribusi frekuensi perolehan skor pada variabel ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecenderungan Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi No. Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1. >175,5 Sangat Baik 47 83,93 2. 135-175,5 Baik 9 16,07 3. 94,5-134,99 Kurang Baik - - 4. <94,5 Tidak Baik - - Jumlah 48 100 Hasil analisis pada fase ini dijadikan peneliti sebagai dasar pertimbangan (judgment) pelaksanaan penilaian pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul. Berdasarkan standar ideal (absolute standard) yang ditunjukkan oleh kategorisasi hasil analisis sebagai realisasi di lapangan dan standar relatif (relative standard) yaitu mendasarkan standar yang diinginkan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, maka diantara kedua standar tersebut terdapat kesesuaian (congruence) antara yang diharapkan (intended) dengan yang diamati (observed). PEMBAHASAN Hasil penelitian yang mendukung pelaksanaan penilaian oleh guru sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007, yaitu berkaitan dengan prinsip, teknik, instrumen, dan mekansime atau prosedur penilaian serta pelaksanaannya diperoleh data bahwa sebagian besar guru geografi sudah menerapkan peraturan tersebut. Hal ini terungkap dari hasil analisis distribusi skor kategori total penilaian yaitu, sebesar 83,93% dari 56 responden guru geografi sudah melaksanakan penilaian sesuai permendiknas nomor Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul

263 20 tahun 2007 dengan kategori sangat baik dan sisanya dikelompokkan dalam kategori baik (16,07%). Hasil ini setidaknya memberikan gambaran pelaksanan penilaian untuk guru geografi se-kabupaten Bantul yang berjumlah sekitar 90 guru yang tersebar ke dalam 21 SMA Negeri dan 17 SMA swasta. Sampel yang digunakan diperoleh dari 16 kecamatan yang diwakili oleh setidaknya masing-masing satu sekolah SMA swasta dan Negeri. Prinsip-prinsip penilaian sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 yang dilakukan guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat dilihat dari deskripsi data pada bagian sebelumnya yang menempatkan secara umum guru-guru geografi SMA di Kabupaten Bantul kecenderungan memahami dan melaksanakan prinsip-prinp penilaian sangat baik. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 prinsip penilaian meliputi indikator kesahihan, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Keshahihan penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Objektifitas didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Prinsip keadilan tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Keterpaduan penilaian yaitu tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Keterbukaan ditunjukkan olehg prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Menyeluruh dan berkesinambungan artinya penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Sistematis merupakan prinsip penilaian yang dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah baku. Beracuan kriteria yaitu penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, dan terakhir akuntabel yaitu penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Data hasil penelitian berkaitan dengan teknik penilaian menggambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat memahami dan melaksanakan teknik penilaian secara baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 teknik penilaian meliputi indikator tes, observasi, penugasan, dan bentuk lain. Penilaian hasil belajar oleh guru geografi menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Hasil analisis menunjukkan bahwa teknik penilaian yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran geografi berupa tes dengan pemahaman yang sangat baik, diikuti oleh penugasan, bentuk-bentuk lain dan observasi. Berkaitan dengan instrumen penilaian yang dibuat oleh guru geografi Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

264 SMA di Kabupaten Bantul digambarkan bahwa secara umum guru-guru geografi di Kabupaten Bantul dapat memahami dan melaksanakan instrumen penilaian dengan sangat baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 instrumen penilaian meliputi indikator substansi, konstruksi, dan bahasa. Substansi adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai. Konstruksi adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan bahasa yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Mekanisme penilaian oleh guruguru geografi dalam penilaian dilakukan secara sangat baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 mekanisme penilaian yang harus dilakukan guru mata pelajaran meliputi 2 indikator yaitu perancangan strategi dan ulangan. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan Hasil analisis statistik variabel proses penilaian oleh pendidik menunjukkan bahwa guru-guru geografi di Kabupaten Bantul memahami dan melaksanakan penilaian dengan sangat baik dan baik. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 pelaksanaan penilaian meliputi sembilan kegiatan. Sebagian besar guru geografi selalu menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat kriteria penilaian pada setiap awal semester. Kegiatan mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian pada awal semester telah sangat baik dilakukan. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih digambarkan bahwa sebagian besar guru selalu melaksanakan kegiatan indikator tersebut telah sangat baik. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar guru selalu melaksanakan kegiatan indikator melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan tersebut dengan sangat baik. Sebagian besar guru selalu mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Artinya, guru selalu melakukan monitoring (kontrol) terhadap prestasi siswa dan ketuntasan belajar siswa. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik dilaksanakan oleh sebagian besar dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya kegiatan penilaian dan dokumentasi prestasi siswa secara berkesinambungan sehingga prestasi siswa dapat dicermati dari waktu ke waktu. Setiap siswa dapat melakukan pengamatan secara pribadi atas hasil pembelajarannya dari Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul

265 hasil pengolahan nilai yang dilakukan oleh guru. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh sebagian besar guru geografi dengan kategori sangat baik. Artinya, perbaikan pembelajaran geografi selalu diupayakan lebih baik melalui hasil evaluasi yang diperoleh dari penilaian yang dilakukan. Kegiatan melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada akhir setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh sudah dilakukan oleh sebagian besar guru. Artinya guru melaporkan dokumen penilaian secara utuh kepada pimpinan dalam hal ini kepala sekolah sebagai laporan pembelajaran siswa yang diajarnya. Laporan yang dimaksud berupa nilai akhir yang diperoleh siswa beserta status siswa tersebut dalam pembelajaran kategori siswa baik, kurang baik, atau perlu penangan khusus. Pada akhirnya, laporan guru bersangkutan akan dijadikan dasar kebijakan pimpinan dalam mengevaluasi pembelajaran yang berlangsung di satuan pendidikan bersangkutan. Kegiatan melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik sudah dilakukan Laporan yang dimaksud berupa nilai akhir yang diperoleh siswa beserta status siswa tersebut dalam pembelajaran yaitu siswa masuk kategori sangat baik, baik, atau kurang baik. Laporan guru mata pelajaran akan dijadikan dasar kebijakan dalam menentukan nilai akhlak dan kepribadian siswa selama satu semester. KESIMPULAN Guru geografi SMA di Kabupaten Bantul memahami prinsip-prinsip penilaian secara sangat baik ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut (89,28%). Pelaksanaan penilaian pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul berkaitan dengan teknik penilaian dilaksanakan secara baik (67,85%), sementara instrumen (80,3%), mekanisme (96,43%) dan proses penilaian oleh pendidik (83,93%) dalam kategori sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase terbesar dari masingmasing indikator Hasil analisis statistik, pengukuran hasil evaluasi penilaian pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul dalam kategori sangat baik (83,93%). Berdasarkan standar ideal (absolute standard) yang ditunjukkan oleh kategorisasi hasil analisis sebagai realisasi di lapangan dan standar relatif (relative standard) yaitu mendasarkan standar yang diinginkan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, maka di antara kedua standar tersebut terdapat kesesuaian (congruence) antara yang diharapkan (intended) dengan yang diamati (observed). Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

266 UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak secara moril, tenaga, waktu maupun materil. Kami mengucapkan terimakasih kepada: Universitas Negeri Yogyakarta, terutama Lembaga Penelitian yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian. Pemerintah Propinsi D.I. Yogyakarta, terutama Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul atas izin yang telah diberikan. Redaktur dan reviewer Jurnal Cakrawala Pendidikan yang telah memuat hasil penelitian ini. Semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Brinkerhoff, R. D., Brethower, D. M. Hluchyj, T., et al. 1983. Program Evaluasion a Practitioner s Guide for Traners and Educator. Western Michigan:Klower-nijhoff Publishing. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah. No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007. Jakarta. Ebel. Robert L. 1979. Essentials of Educational Measurement (Third Edition). New Jersey: Prentice Hall. Kaufman. R. & Susan Thomas. 1980. Evaluation Without Fear. New York: New View Point. Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. 1985. Systematic Evaluation: A Intuctional Guide to Theory & Practice. Boston: Klower-nijhoff Publishing. Weiss. Carol H. 1972. Evaluation Research. Englewoods Cliffs: Prentice Hall. Worthen R. Blaine & Sanders R.J. 1981. Educational Evaluation: Theory and Practice. California: Wadsworth Publishing Company. Inc. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul