Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Cara Pencairan Jaminan Reklamasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

RANCANGAN PERMEN ESDM NO. TH

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

REKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA?

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN REKLAMASI DAN JAMINAN PASCA TAMBANG

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DIY. 3. Dinas 1) 2) 3) 4) B. Permohonan 1)

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PENAMBANGAN UMUM BATUBARA

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG

Disampaikan pada acara:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

Transkripsi:

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Ir. Bambang Susigit, MT KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA

Contents 1 Dasar Hukum 2 Tatalaksana 3 4 Sanksi & Ketentuan Peralihan Rancangan Permen Reklamasi & Pascatambang

Pasal 99 DASAR HUKUM (UU NO. 4 TAHUN 2009) (1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi (2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang Pasal 100 (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan apabila pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana yang telah disetujui. Pasal 101 Ketentuan lebih lanjut mengenai reklamasi dan pascatambang serta dana jaminan reklamasi dan dana jamian pascatambang diatur dengan peraturan pemerintah (1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana jaminan tersebut PP NO. 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Dasar Hukum Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Pasal 99 Kewajiban menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi Pasal 101 Ketentuan Lebih Lanjut diatur dalam peraturan pemerintah UU No.4/2009 Pasal 99 Dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lahan Pasal 100 Dapat menetapkan pihak ketiga untuk pelaksanaan reklamasi & Pascatambang jika pemegang IUP tidak melaksanakannya Pasal 100 Menempatkan Jaminan Reklamasi dan Pascatambang

PP No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang

Prinsip-Prinsip Reklamasi & Pascatambang Prinsip-Prinsip Reklamasi & Pascatambang Lingkungan Hidup a. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara; b. perlindungan keanekaragaman hayati; c. stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang serta struktur buatan (man-made structure) lainnya; d. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya; e. menghormati nilai-nilai sosial dan budaya setempat, dan f. kuantitas air tanah Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja; b. perlindungan setiap pekerja dari penyakit akibat kerja Konservasi a. penambangan yang optimum dan penggunaan teknologi pengolahan yang efektif dan efisien; b. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal kualitas rendah dan mineral kadar rendah serta mineral ikutan; c. pendataan sumberdaya cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang (yang tidak mineable) serta sisa pengolahan atau pemurnian..

TATA LAKSANA RENCANA REKLAMASI IUP EKSPLORASI Penyelidikan Umum Eksplorasi FS IUP OPERASI PRODUKSI Pengajuan Pengajuan Bersamaan dgn Pengajuan IUP OP Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi Jangka Waktu 1 tahun Rencana Reklamasi dimuat dalam RKAB Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi Untuk 5 Tahun Memuat rincian rencana reklamasi tahap operasi produksi untuk masing-masing tahun Umur tambang < 5 thn disusun sesuai umur tambang Rencana reklamasi paling sedikit memuat: 1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang 2. Rencana bukaan lahan 3. Program Reklamasi terhadap lahan terganggu 4. Kriteria Keberhasilan 5. Rencara biaya Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui Dalam hal reklamasi berada dalam kawasan hutan, pesisir dan pulau-pulau kecil, penilaian keberhasilan reklamasi dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

RENCANA REKLAMASI LAMPIRAN 1. Peta situasi Rencana Pembukaan Lahan dengan ketelitian peta skala 1 : 10.000 2. Peta situasi Rencana Reklamasi dengan ketelitian peta skala 1 : 10.000 PENDAHULUAN Status Perizinan Luas Wilayah Persetujuan AMDAL/UKL- UPL/Dokumen Lingkungan Hidup Lokasi dan Kesampaian Wilayah RENCANA BIAYA REKLAMASI Biaya Langsung Biaya tidak Langsung DOKUMEN RENCANA REKLAMASI TATA GUNA LAHAN Tata Guna Lahan Sebelum Dan Sesudah Ditambang PROGRAM REKLAMASI Lokasi lahan yang akan direklamasi Teknik dan peralatan yang akan digunakan dalam reklamasi Sumber material pengisi (untuk backfilling) Pemeliharaan Teknik dan peralatan yang akan digunakan dalam reklamasi Revegetasi RENCANA PEMBUKAAN LAHAN Tambang Timbunan/disposal Sarana Penunjang Kolam Perangkap Sedimen Jalan

TATA LAKSANA RENCANA PASCATAMBANG IUP EKSPLORASI Penyelidikan Umum Eksplorasi FS IUP OPERASI PRODUKSI Pengajuan Bersamaan dgn Pengajuan IUP OP Rencana Pascatambang Seumur Tambang Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui Rencana pascatambang memuat: 1. Profil wilayah (kepemilikan, peruntukkan lahan, rona awal) 2. Deskripsi kegiatan pertambangan (cadangan awal, sistem dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian serta fasilitas penunjang) 3. Rona Lingkungan akhir (cadangan sisa, peruntukkan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, serta biologi akuatik dan teresterial 4. Program pascatambang 5. Kriteria keberhasilan 6. Rencana biaya

RENCANA PASCA TAMBANG PENDAHULUAN Identitas perusahaan status perizinan PROFIL WILAYAH Lokasi dan Kesampaian Wilayah Kepemilikan dan Peruntukan Lahan Rona Lingkungan Awal Kegiatan lain di sekitar tambang DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN Keadaan Cadangan Penambangan Pengolahan dan Pemurnian Fasilitas Penunjang GAMBARAN RONA AKHIR TAMBANG Keadaan Cadangan Peruntukan Lahan Morfologi Air Permukaan dan Air Tanah Biologi Akuatik dan Teresterial HASIL KONSULTASI DENGAN STAKEHOLDERS Uraian rinci mengenai konsultasi (tanggapan, saran, pendapat, pandangan) dengan pihakpihak yang berkepentingan terhadap rencana pascatambang Reklamasi Tapak Bekas Tambang Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Fasilitas Penunjang Pemeliharaan dan Perawatan Sosial dan Ekonomi Kestabilan Fisik Air Permukaan dan Air Tanah Flora dan Fauna Sosial dan Ekonomi Organisasi Jadwal Pelaksanaan Pascatambang Biaya Langsung Biaya tidak langsung PROGRAM PENUTUPAN TAMBANG PEMANTAUAN ORGANISASI RENCANA BIAYA PASCATAMBANG Peta Situasi Rona Awal Peta Situasi Lokasi Pertambangan Peta Situasi Rona Awal Pascatambang Peta Situasi Rencana Rona Akhir Peta Lokasi Pemantauan LAMPIRAN

Persetujuan Rencana Reklamasi Penilaian dan persetujuan rencana reklamasi dilakukan dalam 30 hari kalender sejak IUP atau IUPK Produksi diterbitkan. IUP EKSPLORASI/OP Menteri/Gub/Bup 30 hari 30 hari PERBAIKAN NOT OK Evaluasi OK PERSETUJUAN Dalam hal rencana reklamasi belum memenuhi ketantuan, dokumen rencana reklamasi dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati- Walikota dalam waktu paling lama 30 hari kalender.

Perubahan Rencana Reklamasi IUP EKSPLORASI/OP Menteri/Gub/Bup 30 hari 30 hari PERBAIKAN NOT OK Evaluasi 180 hari OK PERSETUJUAN Jika ada Perubahan: 1. Sistem penambangan; 2. Tingkat produksi; 3. Umur tambang; 4. Tata guna lahan; 5. AMDAL atau UKL dan UPL PERUBAHAN RENCANA REKLAMASI

Persetujuan Rencana Pascatambang Penilaian dan persetujuan rencana pascatambang dilakukan dalam 60 hari kalender sejak IUP atau IUPK Produksi diterbitkan. IUP EKSPLORASI/OP Menteri/Gub/Bup 30 hari 60 hari PERBAIKAN NOT OK Evaluasi OK PERSETUJUAN Dalam hal rencana pascatambang belum memenuhi ketentuan, dokumen rencana pascatambang dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota dalam waktu paling lama 30 hari kalender.

Perubahan Rencana Pascatambang Perusahaan wajib merubah rencana pascatambang apabila terjadi perubahan: sistem penambangan; tingkat produksi; umur tambang; tata guna lahan; AMDAL atau UKL dan UPL Penilaian dan persetujuan dilakukan dalam 90 hari kalender. Perubahan rencana pascatambang hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sebelum akhir kegiatan penambangan

Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi 1 Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada tahap operasi produksi 2 Lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi meliputi lubang pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau sarana penunjang 3 Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat 30 hari kalender setelah tidak ada kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu. 4 Pelaksanaan reklamasi pada tahap eksplorasi dilakukan sampai memenuhi kriteria keberhasilan

Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang 1 2 Reklamasi dan Pascatambang wajib dipimpin oleh seorang pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan reklamasi dan pascatambang. Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang 3 4 Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang wajib dilakukan sesuai dengan rencana reklamasi dan rencana pascatambang sampai memenuhi kriteria keberhasilan Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi di dalam kawasan hutan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil menyesuaikan peraturan perundangundangan

PELAPORAN PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan reklamasi setiap 1 tahun kepada menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Laporan pelaksanaan reklamasi dievaluasi paling lama 30 hari kalender sejak laporan diterima untuk kemudian ditetapkan tingkat keberhasilan reklamasi. Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pascatambang setiap 3 bulan kepada menteri/ gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangan masingmasing. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberitahukan tingkat keberhasilan reklamasi dan pascatambang secara tertulis (berdasarkan hasil evaluasi) kepada pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi.

JAMINAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Perusahaan wajib menyediakan jaminan reklamasi sesuai perhitungan rencana reklamasi. Jaminan Reklamasi wajib disediakan pada tahap eksplorasi dan tahap operasi produksi Perusahaan wajib menyediakan jaminan pascatambang sesuai perhitungan rencana pascatambang.

JAMINAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI DEPOSITO BERJANGKA BENTUK JAMINAN Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi yang disusun berdasarkan dokumen pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasi. Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja dan anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

JAMINAN REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI BENTUK JAMINAN 1. Rekening bersama pada bank Pemerintah 2.Deposito Berjangka 3.Bank Garansi yang diterbitkan oleh bank Pemerintah di Indonesia 4.Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve) Jaminan reklamasi harus menutup seluruh biaya pelaksanaan pekerjaan reklamasi. Penempatan jaminan reklamasi tidak menghilangkan kewajiban perusahaan untuk melakukan reklamasi Kekurangan biaya pelaksanaan reklamasi tetap menjadi tanggung jawab perusahaan

JAMINAN PASCATAMBANG DEPOSITO BERJANGKA BENTUK JAMINAN Penempatan jaminan pascatambang tidak menghilangkan kewajiban perusahaan untuk melakukan penutupan tambang. Kekurangan biaya untuk menyelesaikan penutupan tambang tetap menjadi tanggung jawab perusahaan. Jaminan penutupan tambang ditempatkan setiap tahun dan wajib terkumpul seluruhnya (100%) dua tahun sebelum tutup tambang.

Contoh Penempatan Jaminan Pasca Tambang 2010 Mis: umur tambang 20 tahun 2030 Prosentase penempatan jaminan pascatambang 10 % 12 % 13,8 % 0,7% 2 % 3 % 4 % 5,3 % 6,7 % 8,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,5 % 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

REKLAMASI DAN PASCATAMBANG BAGI PEMEGANG IPR Pemerintah kabupaten/kota sebelum menerbitkan IPR pada wilayah pertambangan rakyat, wajib menyusun rencana reklamasi dan rencana pascatambang untuk setiap wilayah pertambangan rakyat. Rencana reklamasi disusun berdasarkan dokumen pengelolaan lingkungan yang telah disetujui. Bupati/walikota menetapkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang untuk pemegang IPR Pemegang IPR bersama dengan bupati/walikota wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana reklamasi dan rencana pascatambang

PENYERAHAN LAHAN REKLAMASI DAN LAHAN PASCATAMBANG Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan lahan yang telah direklamasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pemegang IUP dan IUPK dapat mengajukan permohonan penundaan penyerahan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik sebagian atau seluruhnya kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya apabila lahan yang telah direklamasi masih diperlukan untuk pertambangan Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang kepada yang berhak sesuai peraturan perundangundangan melalui Menteri/Gubernur/ Bupati-Walikota sesuai kewenangannya.

SANKSI ADMINISTRATIF

SANKSI ADMINISTRATIF 1 Peringatan tertulis 2 Penghentian sebagian atau seluruh kegiatan penambangan 3 Pencabutan izin

KETENTUAN PERALIHAN Rencana reklamasi dan/atau rencana pascatambang yang disampaikan oleh pemegang KK, PKP2B, KP, SIPD dan SIPR menyesuaikan PP ini. Pemegang KK, PKP2B, KP, SIPD dan SIPR yang belum menempatkan jaminan reklamasi dan/atau jaminan pascatambang sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku, wajib menempatkan jaminan reklamasi dan/atau jaminan pascatambang sesuai dengan ketentuan PP Pemegang KK, PKP2B, KP, SIPD dan SIPR yang telah berproduksi wajib menempatkan jaminan pascatambang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

1 RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG (PENGGANTI PERMEN 18/2008)

Rancangan Permen Reklamasi & Pascatambang Rancangan Permen Reklamasi dan Pascatambang mengatur diantaranya: 1. Reklamasi dalam bentuk lain 2. Rencana Biaya Reklamasi untuk periode 5 Tahun pertama 3. Kewajiban konsultasi dengan stakeholders yang dituangkan dalam bentuk berita acara pada Rencana Pascatambang 4. Lahan yang harus direklamasi 5. Penambangan kembali pada areal yang telah direklamasi 6. Peninjauan Lapangan 7. Persayaratan untuk penempatan jaminan reklamasi dalam bentuk Accounting Reserve 8. Penyerahan Lahan Pascatambang 9. Tanggung Jawab Pemeliharaan

Reklamasi Bentuk Lain Program reklamasi dapat dilaksanakan dalam bentuk revegetasi dan/atau peruntukan lainnya. Peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud diatas dapat berupa: a. area permukiman; b. pariwisata; c. sumber air; atau d. budidaya. Dalam hal pelaksanaan kegiatan tambang secara teknis meninggalkan lubang bekas tambang maka wajib dibuat rencana pemanfaatan lubang bekas tambang meliputi: a. stabilisasi lereng; b. pengamanan lubang bekas tambang; c. pemulihan kualitas dan pengelolaan air sesuai peruntukannya; d. manfaat; e. pemeliharaan dan pemantauan.

Rencana Biaya Reklamasi periode 5 Tahun pertama Perhitungan rencana biaya reklamasi tahap operasi disusun sesuai dengan pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. Penentuan biaya reklamasi tahap operasi produksi pada periode lima tahun pertama dihitung berdasarkan rencana reklamasi seluas lahan yang dibuka pada periode lima tahun pertama.

Konsultasi dengan Stakeholders pada Rencana Pascatambang Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dalam menyusun rencana pascatambang harus berkonsultasi dengan pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari: a. instansi Pemerintah, dinas/instansi pemerintah provinsi, dan/atau dinas/instansi kabupaten/kota yang membidangi pertambangan mineral dan batubara; b. instansi terkait lainnya; dan c. masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha pertambangan. Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud diatas wajib dibuat dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh para pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (8). Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana pascatambang sebagaimana dimaksud disertai dengan berita acara hasil konsultasi bersamaan dengan pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi kepada Menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Lahan yang harus direklamasi Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan reklamasi tahap operasi produksi pada lahan terganggu akibat kegiatan operasi produksi yang meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi. Lahan di luar bekas tambang dengan sistem tambang terbuka antara lain: a. tempat penimbunan tanah penutup; b. tempat penimbunan bahan tambang; c. jalan tambang dan/atau jalan angkut; d. pabrik/instalasi pengolahan dan pemurnian; e. bangunan/instalasi sarana penunjang; f. kantor dan perumahan; g. pelabuhan khusus/dermaga; dan/atau h. lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing. Lahan bekas tambang dengan sistem tambang bawah tanah antara lain shaft, raise, stope, adit, decline, pit, tunnel, dan/atau final void.

Penambangan pada areal yang telah direklamasi Dalam hal areal yang sudah direklamasi akan dibuka kembali untuk kegiatan penambangan, pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan rencana kegiatan penambangan untuk mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Rencana kegiatan penambangan sebagaimana dimaksud pada ayat diatas wajib memperhitungkan nilai keekonomian reklamasi yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tidak ada kegiatan pada lahan terganggu Bilamana tidak ada kegiatan namun akan direncanakan untuk dilanjutkan kembali, maka reklamasi dilaksanakan dalam rangka pengendalian kualitas air permukaan, erosi, dan sedimentasi.

Peninjauan Lapangan Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sebelum memberikan persetujuan pencairan jaminan reklamasi tahap eksplorasi dan operasi produksi dapat melakukan peninjauan lapangan. Peninjauan lapangan dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender setelah diterimanya laporan pelaksanaan reklamasi tahap eksplorasi dan operasi produksi. Hasil peninjauan lapangan harus dibuat dalam berita acara yang memuat penilaian keberhasilan reklamasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini

Persyaratan untuk penempatan dalam bentuk Accounting Reserve Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang menempatkan jaminan reklamasi dalam bentuk Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve), wajib menyampaikan surat pernyataan penempatan jaminan reklamasi yang disahkan oleh notaris kepada Menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak penetapan bentuk jaminan reklamasi tahap operasi produksi. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud di atas harus disertai dengan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik

Penyerahan Lahan Pascatambang Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang telah selesai melaksanakan pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan melalui Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Penyerahan lahan sebagaimana dimaksud di atas merupakan keseluruhan dari pascatambang di seluruh WIUP Operasi Produksi. Penyerahan lahan dilakukan setelah memenuhi kriteria keberhasilan pascatambang yang tercantum dalam rencana pascatambang yang disetujui. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan peninjauan lapangan sebelum memberikan persetujuan penyerahan lahan yang telah direklamasi. Hasil peninjauan lapangan sebagaimana di atas wajib dituangkan dalam bentuk berita acara. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menyerahkan lahan pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tanggung Jawab Pemeliharaan Tanggung jawab pemeliharaan dan pemantauan lahan yang telah direklamasi oleh pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi dinyatakan berakhir setelah Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan persetujuan penyerahan lahan yang telah direklamasi.