BAB 1 PENDAHULUAN. di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju, namun negara. yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip persamaan di hadapan hukum (Equality Before The Law), diatur

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (IPTEK) saat ini, berpengaruh besar dalam perubahan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. internet lebih di kenal dengan e-commerce. Perdagangan elektronik atau e-dagang (ecommerce)

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hubungan global. Peningkatan teknologi informasi dan telekomunikasi ini

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. media dan komunikasi misalkan komputer,handphone, facebook, instagram,

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

I. PENDAHULUAN. negatif bagi manusia dan lingkungannya, yaitu ditandai dengan adanya kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan. tidak luput dari perkembangan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kebutuhan lain yang lebih penting. Mereka yang mampu menguasai

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB III PENUTUP. 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian. pembuktian terhadap perkara dibidang cybercrime tidak

PENDAHULUAN. teknologi. Pengaruh arus globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh. kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. paling mencolok adalah penggunaan gadget dalam melakukan aktivitas dunia

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB II KAJIAN HUKUM TENTANG DELIK PENIPUAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan ini telah merebak di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju, namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya, sehingga teknologi informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Perkembangan teknologi ini telah mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan ekonomi. Transaksi jual-beli yang sebelumnya diawali pada zaman pra sejarah, dimana di dalam memenuhi kebutuhan, manusia melakukan sistem barter yaitu suatu sistem yang diterapkan antara dua individu dengan cara menukar barang yang satu dengan barang yang lainnya dan akhirnya sistem barter ini berkembang secara luas. Proses penukaran barang tersebut menimbulkan masalah di mana tempat merupakan hal yang berkaitan dengan jarak dan waktu tempuh. Semakin dekat jarak pertukaran semakin memudahkan memindahkan barang-barang sehingga terbentuk sebuah pertukaran barang yang tidak jauh dari lingkungan kediaman mereka. Tempat tukar menukar inilah yang disebut dengan pasar yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pasar 1

2 adalah tempat orang berjual-beli 1. Menurut kamus hukum, pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau jasa 2. Setelah manusia mengenal mata uang sebagai alat tukar menukar yang sah dan menjadi dasar perhitungan bagi seluruh proses pertukaran barang maka proses tersebut disebut dengan proses jual-beli. 3 Dewasa ini, perkembangan teknologi yang semakin pesat dan selalu berkembang mengikuti perkembangan ilmu dan pengetahuan yang membawa perubahan dalam gaya hidup, misalnya pada gadget dan kecenderungan beraktivitas di internet. Internet memiliki peran penting bagi kita. Melalui internet, kita banyak mengenal berbagai hal, mulai dari jejaring sosial, aplikasi, berita, video, foto hingga berbelanja melalui internet. Istilah tempat berbelanja melalui internet disebut juga sebagai online shop atau belanja secara online. Online shop membuat berbelanja semakin mudah tanpa menghabiskan waktu dan tenaga. Karena kemudahan inilah membuat online shop semakin diminati. Pada awalnya, online shop merupakan salah satu bentuk kegiatan meliputi jual-beli dan marketing barang atau jasa melalui sistem elektronik. Pembayaran dilakukan dengan sistem pembayaran yang telah ditentukan dan barang akan dikirimkan melalui jasa pengiriman barang. Pertama kali, perdagangan melalui sistem 1 Kamus Bahasa Indonesia Online, http://kamusbahasaindonesia.org/pasar, diakses tanggal 6 Agustus 2012 2 M. Marwan, dkk, 2009, Kamus Hukum, edisi 1, Gama Press, Yogyakarta, hlm 482 3 CaraPedia, Indah F, Sejarah Pasar, http://carapedia.com/sejarah_pasar_info1996.html, diakses tanggal 6 Desember 2012

3 elekronik mulai dilakukan pada tahun 1994. Kegiatan ini bermula semenjak digunakannya banner atau sebuah media promosi berupa iklan dalam bentuk tulisan atau bergambar dalam ukuran tertentu yang dipasang dalam sebuah halaman website tertentu dan mengandung pranala atau link yang akan menuntun ke halaman-halaman website. Tak lama kemudian, sekitar tahun 2000, kegiatan promosi dan penjualan seperti ini memperlihatkan hasil yang luar biasa, sehingga banyak perusahaan yang ikut memasang banner di internet. Sejak itulah, akhirnya banyak juga pihak yang ikut melakukan bisnis di media online, yang kemudian berkembang menjadi situs online shop dengan menyediakan barang ataupun jasa untuk diperjualbelikan. 4 Banyak situs online shop yang digunakan dalam mempromosikan penjualannya, seperti www.tokobagus.com, www.notjustalabel.com, www.berniaga.com, www.kaskus.com, dan lain-lain. Mulai dari promosi barang elektronik, aksesoris olahraga, hingga barang yang merupakan kebutuhan primer manusia yaitu makanan dan pakaian, serta berbagai macam produk atau jualan lainnya. Contoh-contoh situs online shop, seperti : 4 Rizki Kurnia, Sejarah Perkembangan Online shop, http://gamesisort.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-online-shop.html, diakses tanggal 6 Desember 2012

4 (Gambar I : Tokobagus.com) (Gambar II : Notjustlabel.com)

5 (Gambar III : Berniaga.com) (Gambar IV : Vans.com) Namun tidak mudah juga untuk berbisnis di online shop ini, karena ada beberapa kendala yang sering menjadi masalah. Kendala tersebut adalah kurang percayanya calon pembeli terhadap situs online shop karena maraknya penipuan di beberapa situs online shop tertentu. Berdasarkan keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir

6 Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, telah terjadi penipuan secara online shop yang dilakukan oleh 58 WNA yang berasal dari Taiwan dan Cina. Mereka menawarkan barang secara online, tetapi saat pembeli sudah mentransfer sejumlah uang, barang yang telah dipesan tidak kunjung datang. Umumnya, transaksi pembayaran yang dibeli melalui situs online shop dilakukan dengan kartu kredit. 5 Walaupun hanya beberapa situs online shop yang telah melakukan penipuan terhadap pembelinya, namun dampaknya mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap situs online shop sehingga mereka jadi kurang dipercaya oleh masyarakat sebagai calon pembeli. Ada beberapa cara untuk menhindari penipuan melalui situs online shop, seperti : 1. Sejarah, periksa latar belakang penjual sebelum anda membeli. 2. Biaya akhir, jika biaya perangko pengiriman, dan asuransi tidak tertulis, perlu ditanyakan. 3. Riset, bandingkan harga dengan mencari barang yang sama. 4. Pengalaman, beli beberapa barang untuk mendapatkan pengalaman sebelum anda mulai menjual sehingga mendapatkan nilai tinggi baik sebagai pembeli maupun penjual. Semakin canggihnya teknologi informasi sehingga telah membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai bentuk kejahatan yang sifatnya modern yang berdampak lebih besar daripada kejahatan konvensional. 5 Sindo News, Rico Alfrido, Penipuan online shopping, 58 WNA dibekuk polisi, http://nasional.sindonews.com/read/2012/12/06/14/695032/penipuan-online-shopping-58- wna- dibekuk-polisi, diakses tanggal 6 Desember 2012

7 Berbeda dengan kejahatan konvensional, yang setidaknya bercirikan beberapa hal, di antaranya penjahatnya bisa siapa saja (orang umum berpendidikan maupun orang awam berpendidikan) dan alat yang digunakan sederhana serta kejahatannya tidak perlu menggunakan suatu keahlian. Kejahatan di bidang teknologi informasi dapat digolongkan sebagai white collar crime karena pelaku cybercrime adalah orang yang menguasai pengunaan internet beserta aplikasinya atau ahli di bidangnya. Selain itu, perbuatan tersebut serng kali dilakukan secara transnasional atau melintasi batas negara sehingga dua kriteria kejahatan melekat sekaligus dalam kejahatan cyber ini, yaitu white collar crime dan transnational crime. Modern di sini diartikan sebagai kecanggihan dari kejahatan tersebut sehingga pengungkapannya pun melalui sarana yang canggih pula. 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menentukan secara tegas bahwa Indonesia adalah negara hukum. Salah satu ciri penting dalam konsep negara hukum, The Rule of Law adalah Equality before the Law. Oleh karena itu, UUD 1945 juga menentukan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Prinsip persamaan di hadapan hukum, diatur dalam Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945 yang diamandemen, menyatakan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan 6 Budi Suhaiyanto, 2012, Tindak Pidana Tekologi Informasi, Urgensi Pengaturandan Celah Hukumnya, edisi cetakan ke-1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 13

8 pemerintahan, wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan Peringkat Indonesia dalam kejahatan di dunia maya (menggunakan internet) telah menggantikan posisi Ukraina yang sebelumnya menduduki posisi pertama. Indonesia menempati presentase tertinggi di dunia maya. Data tersebut berasal dari penelitian Verisign, perusahaan yang memberikan pelayanan intelijen di dunia maya yang berpusat di California Amerika Serikat. Hal ini juga ditegaskan oleh Staf Ahli Kapolri Brigjen Anton Tabah bahwa jumlah cybercrime di Indonesia adalah tertinggi di dunia. 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah : 1. Bagaimana penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop? 2. Apakah ada hambatan penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 7 Ibid, hlm 17

9 1. Untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. 2. Untuk mengetahui ada hambatan penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Obyektif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya, khususnya bidang Hukum Pidana, dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. 2. Manfaat Subyektif a. Bagi Polisi dan Pengadilan Negeri Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi polisi untuk lebih meningkatkan kinerja dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan online shop. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang pentingnya penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. c. Bagi Penulis Penelitian ini dapat mengembangkan Ilmu Hukum Pidana yang telah diperoleh selama kuliah, memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penanggulangan tindak pidana penipuan dalam

10 pembelian secara online shop, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum dengan judul Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Dalam Pembelian Secara Online shop ini benar-benar merupakan hasil karya asli penulis sendiri, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari karya penulis lain. Letak kekhususan karya tulis ini adalah penelitian yang menekankan pada penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. Hal ini yang membedakan penelitian ini dengan peneltian yang ada sebelumnya. Beberapa penulis sebelumnya telah melakukan penelitian dengan konsep, variable, atau metode penelitian yang sama, tetapi baik judul penelitian, tujuan penelitian, maupun hasil penelitiannya pun berbeda. Penulis-penulis tersebut, antara lain : 1. Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum Positif Di Indonesia Nama Penulis : Aditya Galih Oktana a. Rumusan Masalah 1) Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan mengatasi masalahmasalah yang terkait dengan proses pembuktian dalam tindak pidana Cyber Crime yang dapat dilakukan oleh Perangkat Hukum Di Indonesia?

11 2) Kendala-kendala yuridis apa saja yang dihadapi oleh Perangkat Hukum Di Indonesia untuk menangani para pelaku Kejahatan Dunia Maya terkait dengan masalah pembuktian Cyber Crime tersebut? b. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui, apakah hukum positif Indonesia sudah mampu untuk menjerat para pelaku Kejahatan Dunia Maya (Cyber Crime), karena sebenarnya Kejahatan Dunia Maya telah Memenuhi Unsur-unsur obyektif dan subyektif dalam Hukum Positif Indonesia. 2) Untuk mengetahui kendala yuridis apa saja yang dihadapi oleh pengadilan dalam menanggulangi Cyber Crime, serta kendalakendala pengadilan dalam melakukan proses penyidikan terkait dengan pengumpulan alat-alat bukti Kejahatan Dunia Maya (Cyber Crime). 3) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pengadilan dalam melakukan proses pembuktian pada pelaku Tindak Pidana Cyber Crime, mengingat sulitnya proses pemidanaan terkait dengan sedikitnya alat bukti dalam tindak pidana tersebut. c. Kesimpulan

12 Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Upaya-upaya yang dilakukan dalam pembuktian tindak pidana di dunia maya adalah: a) Dalam rangka mengungkap tindak pidana dunia maya, penyidik POLRI dapat bekerja sama dengan penyidik negara lain untuk berbagi informasi dan alat bukti, dimana dengan alat-alalt bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakkan oleh terdakwa. b) Menggunakan keterangan atau pendapat para ahli telematika yang mempunya keahlian di bidangnya, dengan keterangan yang didapat tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi hakim dalam memutus suatu perkara berdasar alat bukti yang ada. c) Dengan mengumpulkan dan mengamankan barang bukti digital untuk di analisa lebih lanjut agar dapat dipertanggung jawabkan di persidangan. d) Dengan melakukan pendekatan teknologi kepada aparat penegak hukum dan masyarakat, supaya dalam menangani kasusu tindak pidana dunia maya tidak gagap teknologi dan dapat menyelesaikannya dengan pendekatan teknologi.

13 2) Kendala-kendala yang dihadapi oleh penegak hukum dalam pembuktian tindak pidana di dunia maya adalah: a) Kelemahan lain ada pada perangkat digital forensic (Lab Komputer Forensik Mabes POLRI) yang belum dimiliki secara menyeluruh oleh POLRI di setiap daerah, mengingat penting keberadaannya dalam mencegah, maupun menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan Cyber Crime. b) Kejahatan dunia maya ini sering melibatkan antar negara (transnasional) dan tidak mengenal batas wilayah (Borderless), dan diluar yurisdiksi hukum Indonesia, dalam hal ini POLISI dan atau Interpol kesulitan dalam melakukan penindakan dan pemeriksaan terhadap pelaku/operator yang sangat cerdik dalam menjalankan setiap modus kejahatannya. c) Masih kurangnya sumber daya manusia dalam hal pengetahuannya tentang teknologi digital, kode-kode digital ditingkat POLRI, jaksa, hakim, sehingga dalam menangani pidana dunia maya mengalami hambatan dalam pembuktian. d) Masih lemahnya peraturan Undang-undang yang mengatur tindak pidana di dunia maya, dan faktor ini yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku tindak pidana dunia maya untuk mencari celahcelah hukum agar lolos dari jerat hukum. 2. Judul : Fungsioanlisasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Cyber Crime

14 Nama Penulis : Roger Aruan a. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permaalahannya yaitu: Bagaimana fungsionalisai hukum pidana dan juga penerapan sanksi pidana terhadap pelaku Cyber Crime di Indonesia? b. Tujuan Penelitian Penulisan ini adalah untuk mencari kejelasan guna melengkapi pengetahuan teoritis dengan tujuan: 1) Untuk mengetahui bagaimanakah aplikasi penerapan pidana terhadap pelaku Cyber Crime yang tejadi di Indonesia. 2) Untuk mengetahui sejauh mana fungsi hukum pidana dalam mengatasi Cyber Crime di Indonesia c. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis yang diperoleh dari data penelitian dengan menggunakan bahan kepustakaan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan. Penanggulangan penyalahgunaan komputer pada saat ini di titik beratkan pada kebijakan hukum pidana yang bersifat aplikatif yaitu dengan cara mengoperasionalisasikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan hukum pidana positif dan berbagai Undang-undang lainnya yang memuat ketentua-ketentuan pidana.

15 Dalam hal terjadi kejahatan di dunua maya Cyber Crime aparat penegak hukum baik itu Hakim, Jaksa, dan Polisi masih menggunakan analogi atau perumpamaan dan persamaan hukum yang ada di dalam KUHP, yang sesungguhnya karakteristiknya sangat berbeda dengan kejahatan dunia maya. Jadi bisa disimpulkan bahwa hukum pidana itu belum berfungsi secara optimal dalam penanggulangan penyalahgunaan komputer di Indonesia. 3. Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Hacking Di Indonesia Nama Penulis : Elizabeth Siahaan a. Rumusan Masalah Berdasarkan uaraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah hukum positif yang ada di Indonesia dapat menanggulangi kejahatan Cyber Crime pada umumnya dan hacking pada khususnya? b. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum positif Indonesia terhadap tindak pidana Cyber Crime pada umumnya dan tindak pidana hacking pada khususnya. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana Cyber Crime pada umumnya dan pada hacking pada khususnya.

16 c. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, berdasarkan teori dan aturan hukum positif, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, hingga dewasa ini aturan hukum positif yang ada di Indonesia belum dapat mengatasi kejahatan Cyber Crime pada umumnya dan hacking pada khususnya, apabila terjadi kejahatan mayantara khususnya hacking, masih menggunakan aturan-aturan hukum positif yang ada yaitu KUHP. Undang-Undang tentang Telekomunikasi dan UU ITE, meskipun aturan-aturan hukum positif ini masih mempunyai banyak kelemahan, dan masih memerlukan sosialisasi yang panjang agar bisa digunakan dalam kasus tindak pidana hacking, maka penulis berpendapat bahwa seharusnya pemerintah harus membentuk sebuah aturan hukum positif yang baru yang mengatur secara khusus tentang tindak pidana hacking, sehingga bisa mempunyai landasan yang kuat ketika akan diterapkan. F. Batasan Konsep 1. Penanggulangan adalah proses, cara, atau perbuatan menanggulangi. 2. Tindak Pidana Penipuan adalah Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari keuntungan. 3. Pembelian Secara Online shop adalah proses di mana konsumen

17 langsung membeli barang atau jasa dari penjual secara real-time, tanpa perantara layanan. 4. Media Internet adalah Internet merupakan jaringan komputer yang terhubung satu sama lain melalui media komunikasi, seperti kabel telepon, serat optic, satelit ataupun gelombang frekuensi. 8 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian hukum yang membutuhkan data sekunder sebagai data utama. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder merupakan pendapat hukum yang dapat diperoleh dari buku, internet, surat kabar, majalah, tabloid, hasil penelitian orang lain, dan jurnal. 2. Sumber Data Sumber data diperoleh dari data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer 1) Pasal 27 ayat 1 dan Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945 yang diamandemen 2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 8 Ibid, hlm 59

18 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58 b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan pendapat hukum yang dapat diperoleh dari buku, internet, surat kabar, majalah, tabloid, hasil penelitian orang lain, dan jurnal. c. Bahan Hukum Tersier Kamus Besar Bahasa Indonesia 3. Narasumber Bapak Asep Koswara, SH sebagai Hakim Pengadilan Negeri Sleman 4. Cara Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer, sekunder dan tersier b. Wawancara dengan narasumber Bapak Asep Koswara, SH sebagai Hakim Pengadilan Negeri Sleman 5. Metode Analisis Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif menggunakan analisis kualitatif, yaitu terhadap bahan hukum primer dilakukan diskripsi hukum positif, yaitu memaparkan atau menguraikan isi dan struktur hukum positif yang terkait dengan penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop. Kemudian dilakukan sistematisasi hukum positif yang dilakukan dengan dua cara, yaitu:

19 a. Sistematisasi secara vertikal, yaitu sistematisasi yang terkait dengan peraturan perundang-undangan yang berjenjang dari atas ke bawah. b. Sistematisasi secara horizontal, yaitu sitematisasi yang terkait dengan peraturan perundang-undangan yang sejenis. Selanjutnya dilakukan interpretasi hukum positif yaitu: a. Interpretasi gramatikal yaitu mengartikan isi dari suatu bentuk hukum menurut bahasa sehari-hari. b. Interpretasi sistematis yaitu penafsiran terhadap suatu bentuk hukum dengan cara menyelidiki suatu sistem tertentu yang terdapat dalam suatu tata hukum, dan c. Interpretasi teleologi yaitu mencari maksud dan tujuan suatu bentuk hukum tertentu. Selain itu, bahan hukum sekunder akan dianalisis dengan cara mencari persamaan dan perbedaan pendapat hukum, serta membandingkan pendapat hukum yang terkait penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop Dalam menarik kesimpulan digunakan prosedur penalaran deduktif. Prosedur penalaran deduktif adalah prosedur penalaran yang berawal dari suatu peraturan perundangan-undangan dan berakhir pada suatu kesimpulan berupa fakta hukum yang dapat dilihat dari pendapatpendapat hukum. Dalam penelitian ini, penulis akan menarik kesimpulan yang berawal dari suatu peraturan perundangan-undangan mengenai penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian

20 secara online shop dan berakhir pada suatu kesimpulan berupa fakta khusus penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop yang dapat dilihat dari pendapat-pendapat hukum. I. Kerangka Sistematika Penulisan 1. Bab I mengenai Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II mengenai Tindak Pidana Penipuan Dalam Pembelian Secara Online Shop Dalam bab ini akan diuraikan mengenai konsep tindak pidana penipuan, konsep pembelian secara online shop yang pernah diputus Pengadilan Negeri Sleman. 3. Bab III merupakan Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

21