PENGARUH PENGGUNAAN PRECOOLER TERHADAP KALOR YANG DISERAP EVAPORATOR PADA PENGKONDISIAN UDARA KTENG-1000 AHU

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN PRECOOLER TERHADAP KALOR YANG DISERAP EVAPORATOR PADA PENGKONDISIAN UDARA KTENG-1000 AHU

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

BAB II LANDASAN TEORI

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

Bab IV Analisa dan Pembahasan

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

Bab IV Analisa dan Pembahasan

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Study eksperimental performa pendingin ice bunker dengan kombinasi massa dry ice dan ice

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PENINGKATAN UNJUK KERJA PERALATAN AIR WASHER

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara dan dengan saluran udara

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

Transkripsi:

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 PENGARUH PENGGUNAAN PRECOOLER TERHADAP KALOR YANG DISERAP EVAPORATOR PADA PENGKONDISIAN UDARA KTENG-1000 AHU Rahmat Ramadhan Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin S1 Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu, Kendari 93232 E-mail:rahmatramadhansafrudin@yahoocoid Abstrak Pemanfaatan teknik pengkondisian udara ruang telah banyak dilakukan dalam dunia keteknikan dan industri untuk menciptakan kondisi ruang yang nyaman dan segar untuk meningkatkan produktifitas Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besar kalor rata-rata yang diserap oleh evaporator sebelum dan sesudah menggunakan precooler Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan alat KTENG-1000 AHU sebagai media eksperimen dengan mengatur variasi besar pembukaan katup udara isap 50% dan 100% dimana eksperimen dilakukan tanpa precooler dan dengan penggunaan precooler Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebelum menggunakan precooler, pada pembukaan katup isap 50% besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 04975 kj/s (4975 watt) dan pada pembukaan katup 100%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 05262 kj/s (5262 watt) Setelah precooler digunakan pada pembukaan katup 50%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 02312 kj/s (2312 watt) dan pada pembukaan katup 100%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 0273 kj/s (273 watt) Kata Kunci: Pre-cooler, Evaporator, Kalor yang diserap, Pengkondisian Udara Abstract Air conditioning technologies have been applied widely in engineering and industry purposes in order to establish room temperature preferences which are fresh and comfort to increase productivity The research is aiming to calculate the mean heat absorbed by evaporator before and after the pre-cooler is applied to the system The method applied in this research is experiment method by using KTENG 1000 AHU model as tools In this experiment, volumetric rate variations of intake air are adjusted to 50% and 100% where the two conditions of both with pre-cooler and without pre-cooler are applied The results of the study are that before using pre-cooler, the mean absorbed heat of evaporator is 04975 kj/s(4975 watt) the 50% opening intake air gate and is 05262 kj/s (5262 watt) for 100% opening intake air gate After the pre-cooler is used, the amount of absorbed heat of evaporator is 02312 kj/s(2312 watt) for 50% opening intake air gate and is 0273 kj/s(273 watt) for 100% opening intake air gate Keywords: Pre-cooler, Evaporator, Absorbed heat, Air conditioning 1 Pendahuluan Manusia sesuai dengan fitrah keilmuannya selalu berusaha untuk merancang dan membentuk suatu situasi atau keadaan yang menyenagkan bagi dirinya dan bermanfaat bagi manusia lain secara luas atau global Hal ini dapat dilihat dari usaha manusia untuk mengkondisikan ruangan yang nyaman bagi segala aktifitasnya sehingga diperoleh kepuasan kerja dan untuk meningkatkan produktifitas kerja Pemanfaatan sistem pengkondisian udara telah banyak diaplikasikan pada bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran, mall atau super market sebagai tempat perbelanjaan, rumah sakit untuk menyembuhkan pasien, serta rumah dan hotel sebagai tempat tinggal keluarga dan para tamu Kondisi kenyamanan untuk bangunan-bangunan diatas dapat ditinjau dari beberapa segi seperti sirkulasi udara, temperature dan kelembaban, pencahayaan, kebersihan, tingkat kebisingan, dan lain-lain Khususnya mengenai temperature dan kelembaban ini, untuk syarat sehatnya para penghuni, hendaknya memiliki temperatur ruang berkisar antara 22 0 C dan 25 0 C dan tingkat kelembaban relatif berkisar 40% hingga 60% (Kurniawan, 2012) Untuk itu, sistem pengkondisian udara ini ditekankan pada sistem cooling untuk mempertahankan temperatur nyaman dan sistem dehumidifikasi untuk memperoleh kelembaban relatif yang diinginkan 24

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 2 Tujuan Penelitian a Untuk menghitung besar kalor rata-rata yang diserap evaporator sebelum menggunakan b Untuk menghitung besar kalor rata-rata yang diserap evaporator sesudah menggunakan c Untuk membandingkan besar kalor rata-rata yang diserap oleh evaporator, sebelum menggunakan Precoler dan sesudah menggunakan diinginkan dalam hal ini adalah partikel lain dan debu tersebut dapat dihilangkan sebelum masuk ke sistem pendingin dengan adanya filter pada duct suplai udara dan selanjutnya uap air dan udara kering yang akan dikondisikan Bentuk tampilan dari psychometric chart itu dapatlah dilihat pada Gambar 1 berikut ini 3 Batasan Masalah a Tidak ada variasi penambahan laju aliran massa udara yang masuk ke system pada kondisi sebelum dan sesudah penambahan b Ruang yang akan dikondisikan adalah sebuah ruang kotak persegi yang terdapat pada alat KTENG 1000 AHU c Perhitungan besar kerja evaporator dilakukan pada putaran blower fan motor yang konstan yaitu pada putaran setengah dari kondisi maksimumnya 4 Teori Dasar Sistim pengkondisian udara merupakan metode untuk mengontrol keadaan udara ruang sesuai dengan kondisi yang diinginkanparameter pengkondisian udara yang terutama dikehendaki adalah pengaturan temperatur atau suhu ruang, kelembaban atau humidity, dan laju aliran suplai udara atau mass flow rate Sesuai dengan kondisi kecendrungan manusia umumnya bahwa temperatur yang nyaman itu berkisar antara 22 0 C hingga 25 0 C dengan kelembaban relatif yang berada pada range 40% hingga 60% Pada sistim pengkondisian udara ini, umumnya udara suplai yang masuk didinginkan oleh cooling coil dimana dalam sistem pendinginan inii terjadi dua hal utama yaitu: penurunan temperatur dry-bulb dengan tidak adanya perubahan kelembaban (humidity) dan lainnya adalah penurunan rasio kelembaban (humidity rasio) tanpa terjadi perubahan temperatur dry-bulb Untuk memahami mekanismee pendinginan ini maka pengetahuan mengenai Psychometric Chart merupakan keharusan sebab dari sinilah berasal parameter-parameter penting pada sistim pendinginan yang sangat penting pula dalam proses kalkulasi dan analisa besar kalor yang dibutuhkan untuk pendinginan tersebut Sebagaimana yang telah diketahui bahwa, udara atmosfer yang ada disekeliling kita dapat di katakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu udara kering, uap air, dan partikel lain dan debu Yang (Sumber: ASHRE, 2009) beberapa parameter penting yang umum diperlukan dalam proses analisa pendinginan, seperti: relative humidity (RH), dry -bulb temperature (T db ), humidity ratio (w), wet -bulb temperature (T wb ), entalphy (h), dan lain-lain Kelembaban Relatif Kelembaban relatif (RH) menyatakan kuantitas uap air yang terkandung dalam udara per banyaknya maksimum uap air yang mampu tertampung pada suatu kondisi tertentu Rasio Kelembaban Rasio kelembaban merupakan massa uap air dalam satuan kilo gram per kilo gram massa udara kering Rasio kelembaban dapat dihitung dengan mengaplikasikan rumus gas ideal sehingga dalam hal ini uap air dan udara dapat diasumsikan sebagai gas ideal dengan persamaan-persamaan sebagai berikut: 0622 ( ) Temperatur Udara Kering Temperatur udara kering menyatakan nilai temperatur yang dimiliki oleh udara pada suatu kondisi tertentu dimana nilai temperatur ini merupakan nilai yang terbaca pada thermometer suhu air raksa yang umum dan banyak digunakan dalam keseharian Temperatur Bola Basah Temperatur bola basah diperoleh dengan pengukuran thermometer dimana pada bagian bawah termometernya (bulb) diselubungi dengan kain yang basah kemudian udara yang akan diukur suhunya tersebut dialirkan ke thermometer 25

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 tersebut Pada keadaan ini terjadi proses perpindahan panas dari udara ke selubung kain basah tersebut dan sebagian kalor dari udara akan menguapkan air yang ada pada kain basah thermometer dan sebagian kalor lainnya akan memuaikan cairan pada thermometer tersebut dan pembacaannya menunjukan nilai temperatur bola basah (TWB) yang nilainya lebih rendah dari temperatur bola keringnya Alat Eksperimen Pengkondisian Udara KTENG-1000 AHU Komponen Kontrol Panel Komponen Mekanik Refrigerasi (Mechanical Refrigeration Component) Komponen Saluran Udara (Air Duct Component) Pre-cooler Penggunaan precooler pada sistem pengkondisian udara telah banyak digunakan untuk memperbaiki performa mesin pendingin ini dapat dianggap sebagai suatu sistem atau mekanisme pendinginan awal untuk menurunkan temperatur dan atau kelembaban udara yang akan digunakan untuk mengkondisikan udara ruang tertentu Prinsipnya, udara suplai yang akan masuk kedalam ruang pengkondisian terlebih dahulu didinginkan untuk diambil kandungan panasnya sehingga temperatur dan kelembabanya akan menurun Mekanisme precooler ini sangat berguna dalam usaha untuk mempertahankan kualitas bahan-bahan hasil panen dari produk pertanian dan perikanan dengan menghilangkan kandungan uap air disekitar permukaan produkproduk tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk Adapun jenis-jenis ini jika ditinjau dari segi sumber pendinginnya dapat dibedakan menjadi room cooling, forced-air cooling, hydro cooling, ice cooling, dan vacuum cooling (Kienholz & Edeogu, 2002) 5 Metodologi Penelitian a Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 hingga selesai dalam semester Ganjil 2015/2016 dan bertempat di Ruang Laboratorium Perpindahan Panas Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo b Alat dan Bahan i Alat a Mesin KTENG-1000 AHU b Kabel rangkaian berwarna merah : untuk aliran (+) 12V DC c Kabel rangkaian berwarna hitam : untuk aliran (-) ii Bahan Fluida udara : sebagai bahan yang akan mengisi ruang pengkondisian udara c Prosedur Rangkaian Kelistrikan d Prosedur Pengambilan Data Hasil & Pembahasan 26

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 Berdasarkan hasil eksperimen alat KTENG 1000AHU, maka diperoleh data-data sebagai berikut: o Kondisi Udara & Hasil Perhitungan Untuk pembukaan Isap 50% tanpa precooler Keadaan awal sebelum mesin pendingin dijalankan adalah: Temperatur Ruang : 318 0 C Ratio Humidity, RH : 66% Temperatur Luar : 318 0 C Kondisi : 1 Evaporator yang digunakan Temperatur Ruang yang direncanakan : 258 o C Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur yang direncanakan : 661 detik Sebagai salah satu sampel perhitungan, dipilih satu data yang terdapat pada tabel data pada Lampiran 5, yaitu pada saat detik ke-661 sebagai berikut: Tempratur udara sebelum masuk evaporator, T DB5 2812 0 C Temperatur udara sesudah melewati evaporator, T DB6 2077 o C Kapasitas suplai udara masuk, 42 CMM Berdasarkan data-data hasil yang ada tersebut, diperoleh parameter data sebagai berikut: a Kapasitas suplai udara masuk ke sistem, 42 CMM 42 m 3 /menit 42 m 3 / 60 s 007 m 3 /s b Temperatur aliran udara rata-rata, T m 2444 o C 29744 c Massa jenis udara, Massa jenis udara dihitung pada temperatur aliran udara rata-rata T m 29744 K melalui cara interpolasi T (K) ( ) 250 1006 29744 Y 300 1007 (4744/50)(1007 1006) + (1006) 10069 kj/kgk Jadi panas jenis udara adalah Cp 10069 kj/kgk e Laju aliran massa udara, Laju aliran massa udara dihitumg: (007 m 3 /s) (11733 kg/m 3 ) 00821 kg/s f Besar kalor yang diserap evaporator, Q Kalor yang diserap oleh evaporator dihitung: dimana T T DB5 T DB6 2812 o C 2077 o C 735 K Sehingga diperoleh, Q (00821 kg/s) (10069 kj/kgk) (735 K) 06079 kj/s 06079 kw Adapun untuk mengetahui besar kalor yang diserap evaporator untuk ketiga kondisi yang lainnya, dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan yang terdapat pada Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 8, dan Lampiran 10 pada tulisan ini 6 Grafik Hubungan Antar Parameter a Untuk pembukaan katup udara 50% Grafik hubungan yang membandingkan antara penggunaan atau penambahan dengan yang tanpa menggunakan untuk pembukaan katup udara masuk 50% T (K) ( ) 250 13947 29744 X 300 11614 (4744/50)(11614 13947) + (13947) 11733 kg/m 3 Jadi massa jenis udara adalah 11733 1,0000 0,5000 0 1000 50% Tanpa d Panas jenis udara, C p Panas jenis udara dihitung pada temperatur aliran udara rata-rata T m 29744 Kelvin melalui interpolasi Dari grafik hubungan tersebut dapat dilihat bahwa pada pembukaan katup udara masuk 50%, sebelum menggunakan besar nilai kalor yang diserap (Q) oleh evaporator mengalami kenaikan yang proporsional terhadap 27

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 waktu yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur ruang yang diinginkan ( 258 o C) Pada kondisi ini nilai Q mengalami kenaikan dari 04226 kj/s pada detik pertama menjadi 06079 kj/s pada detik terakhir ketika temperatur pengkondisian ruang tercapai dimana waktu yang dibutuhkan ini adalah sebesar 661 detik Seiring dengan hal tersebut, pada pembukaan katup udara 50% dengan menggunakan, besar kalor yang diserap (Q) oleh evaporator dari udara yang disuplai mengalami fluktuasi dari 03245 kj/s pada detik pertama lalu turun hingga 01605 kj/s dan naik lagi secara proporsional hingga 02543 kj/s lalu stabil dikisaran angka tersebut hingga tercapai temperatur ruang yang diinginkan Secara jelas terlihat pula bahwa dengan penggunaan, maka nilai kalor yang diserap oleh evaporator dari udara suplai mengalami penurunan yang signifikan sehingga kerja yang dibutuhkan oleh kompresor akan menjadi lebih kecil (hemat) untuk menunjang kinerja evaporator tersebut b Untuk pembukaan katup udara 100% Pada pembukaan katup udara suplai 100%, grafik hubungan antara kalor yang diserap evaporator (Q) dengan waktu yang dibutuhkan (T) dalam satuan detik dapat dilihat sebagai berikut: 1,0000 0 500 100% Tanpa Pada grafik tersebut diatas, secara jelas terlihat bahwa nilai kalor yang diserap oleh evaporator untuk pembukaan katup udara suplai 100% tanpa menggunakan adalah lebih besar jika dibandingkan dengan nilai Q pada saat menggunakan Pada kondisi tanpa, nilai kalor yang diserap pada detik pertama adalah Q 03937 kj/s dan meningkat secara signifikan hingga Q 05207 kj/s pada saat akhir dimana temperatur setingan tercapai Selain itu, pada saat diaktifkan, nilai kalor yang diserap evaporator adalah lebih kecil yaitu dimulai dari 03017 kj/s dan stabil dikisaran nilai 02661 kj/s hingga tercapai temperatur ruang yang dibutuhkan Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur ruang yang diinginkan adalah lebih kecil pada kondisi tanpa yaitu 338 detik Walaupun pada saat digunakan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama yaitu hingga 465 detik atau kira-kira lebih lama 2 menit, akan tetapi ternyata kalor yang diserap evaporator menjadi jauh lebih kecil dan ini berarti penghematan pada power atau kerja yang dibutuhkan oleh kompresor untuk menjalankan kinerja evaporator c Untuk Tanpa Penggunaan Pada 50% dan 100% Grafik hubungan antara kalor yang diserap evaporator (Q) dan waktu yang dibutuhkan (T) untuk mencapai temperatur pengkondisian ruang yang diinginkan 1,0000 0 1000 100% Tanpa Pada grafik ini, besar nilai kalor maksimum yang diserap oleh evaporator tanpa menggunakan pada pembukaan katup udara masuk 50% adalah lebih besar yaitu mencapai nilai Q 06079 kj/s, sedangkan pada pembukaan katup udara masuk 100% hanya mencapai Q 05703 kj/s Seiring dengan hal tersebut, pada pembukaan katup 50%, waktu yang dibuhkan untuk mencapai temperatur ruang yang diseting adalah lebih lama yaitu hingga 519 detik Sedangkan untuk pembukaan katup 100% hanya membutuhkan waktu 338 detik atau 181 detik (3 menit) lebih singkat Hal ini menunjukkan bahwa, pembukaan katup udara masuk 100% lebih baik atau lebih menguntunkan sebab jumlah pasokan udara yaitu mass flow-rate nya adalah lebih banyak yaitu 00899 kg/s jika dibandingkan dengan pembukaan katup 50% yang hanya hingga 00821 kg/s d Untuk Dengan Penggunaan Pada 50% dan 100% Grafik hubungan antara besar kalor yang diserap evaporator (Q) terhadap waktu yang dibutuhkan (T) untuk mencapai titik setingan temperatur ruang pada pembukaan katup 50% dan 100% 28

Vol 1, No1 Mei 2016 ENTHALPY Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-issn:2502-8944 0,4000 0,2000 0 1000 100% Dengan 8 Saran Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diberikan adalah : 1 Pastikan susunan rangkaian kelistrikan sudah benar sebelum menjalankan mesin 2 Pemasangan kabel-kabel rangkaian hendaknya dilakukan lebih hati-hati & teliti Daftar Pustaka Pada grafik ini, garis hubungan untuk pembukaan katup 50% berada dibawah garis hubungan untuk pembukaan katup 100% dalah hal besar nilai kalor yang diserap oleh evaporator Jika dibandingkan, pada saat awal mesin bekerja, besar kalor yang diserap Q untuk pembukaan katup 50% adalah 03245 kj/s dan untuk pembukaan katup 100% adalah 03304 kj/s yang hampir sama Pada saat akhir pengoperasian dimana temperatur setting tercapai, untuk pembukaan katup 50%, kalor yang diserap evaporator Q adalah sebesar 02655 kj/s Sedangkan untuk pembukaan katup 100% mencapai nilai Q yang lebih besar nilainya yaitu 02907 kj/s Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik setingan temperatur, untuk pembukaan katup udara masuk 50% adalah lebih lama 54 detik dibandingkan dengan waktu (T) untuk pembukaan katup 100% 7 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Untuk setingan temperatur ruang pengkondisian udara yang sama, sebelum digunakan, pada pembukaan katup udara masuk 50%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 04975 kj/s (4975 watt) dan pada pembukaan katup 100%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 05262 kj/s (5262 watt) 2 Untuk setingan temperatur ruang pengkondisian udara yang sama, setelah digunakan, pada pembukaan katup 50%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 02312 kj/s (2312 watt) dan pada pembukaan katup 100%, besar kalor rata-rata yang diserap evaporator adalah 0273 kj/s (273 watt) 3 Setelah digunakan, maka besar kalor yang diserap oleh evaporator mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan, sebab sebagian kalor telah diserap lebih dahulu oleh sebelum memasuki Evaporator Arismunandar Wiranto, Saito Heizo, 1986, Penyegaran Udara, Cetakan Ketiga, PT Pradnya Paramita, Jakarta Baharuddin, Klara S, Hendro, 2011, Analisa Efektifitas Sistem Pengkondisian Udara Pada Ruang Penumpang Kapal Ferry New Camelia, Group Teknik Perkapalan, Vol 5, ISBN: 978-979- 127255-0-6 Budiarto U, Kiryanto, Firmansyah H, 2013, Rancang Bangun Sistem Refrigerated Sea Water (RSW) Untuk Kapal Nelayan Tradisional, Kapal, Vol10, No1, Teknik Perkapalan UNDIP Irianto D I, 2013, Analisis Kinerja pada Sistem Konversi Energi RGTT200K Untuk Proses Desalinasi, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir VI, Pusat Pengemangan Energi Nuklir BATAN Kienholz J & Edeogu I, 2002, Fresh Fruit & Vegetable Pre-Cooling For Market Gardeners in Alberta, Alberta Agriculture, Food and Rural Development, Canada Kurniawan BR, 2012, Karakteristik Pengkondisian Udara Menggunakan Heat Pipe Dengan Variasi Temperatur Inlet Ducting Dan Jumlah Heat Pipe, Skripsi, Teknik Mesin Universitas Indonesia Usage Manual, Automatic Control Equipment KTE-1000AHU Air Conditioning Unit, KTENG Corporation, Korea Yulizar YIr, Baheramsyah A MSc,Prastowo H Ir MSc, 2013, Perancangan Sistem Pengkondisian Udara Hemat Energi Dengan Menggnakan Dessicant Untuk Ruang Muat Kapal Pengangkut Hewan Ternak (Livestock Vessel), Jurnal Teknik Sistem Perkapalan, Vol 4, Nrp 4210 105 001, hal 1-6 29