Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

BAB III METODE PENELITIAN

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): Jurnal Einstein. Available online

*

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Muhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN

III. METODE PENELITIAN

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

INVESTIGASI GERAKAN TANAH DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI SEKITAR LERENG BGG JATINANGOR

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

Geo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

KATA PENGANTAR. Kupang, Oktober Penulis

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.2 halaman107

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

ANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M.

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab.

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 02 (2015), Hal ISSN :

Transkripsi:

MENENTUKAN LAPISAN AKUIFER DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) SIAK DENGAN MEMBANDINGKAN HASIL UKUR METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru 18193 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk menentukan akuifer dan lapisan litologi bawah permukaan di Jembatan Siak 1, 2, dan 3 Pekanbaru dengan menggunakan metode geolistrik dalam konfigurasi elektroda Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Data tersebut diproses menggunakan excel untuk memperoleh resistivitas semu. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Res2Dinv 3.56 dan VES, hasil pengolahan data diperoleh nilai resistivitas batuan dan litologi lapisan batuan bawah permukaan tanah. Interpretasi dari software Res2Dinv 3.56 dan VES menunjukkan bahwa di Jembatan Siak 1, Jembatan Siak 2, dan Jembatan Siak 3 Pekanbaru litologinya berupa pasir berlempung, pasir, pasir kerikil, dan batuan keras seperti granit, gamping. Akuifer tertekan teridenfikasi di Jembatan Siak 1 dan 3 Pekanbaru dan Jembatan Siak 2 Pekanbaru diidentifikasi merupakan lapisan akuifer bebas. Kedalaman akuifer yang di peroleh dengan menggunakan perangkat lunak VES dan Res2Dinv memiliki perbedaan kedalaman hanya berkisar 4 m. Kata Kunci : Akuifer, litologi, metode Schlumberger, metode Wenner PENDAHULUAN Kedalaman air tanah di suatu daerah tidak sama dengan daerah lain, tergantung dari ketebalan lapisan diatasnya dan kedudukan akuifer. Untuk mengetahui jenis lapisan batuan yang dilalui oleh air tanah, maka dilakukan penelitian dengan mencari nilai resistivitas suatu batuan di bawah permukaan tanah menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Penelitian ini dilakukan di DAS (Daearah Aliran Sungai Siak menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner dan konfigurasi schlumberger dengan membandingkan hasil pengukurannya. TINJAUAN PUSTAKA Geologi Daerah Penelitian Struktur geologi Kota Pekanbaru terdiri atas Formasi Minas yang dikelilingi oleh aluvium muda sepanjang aliran Sungai Siak dan Aluvium tua yang berawa-rawa. Formasi Minas ini terdiri dari kerikil, sebaran kerakal, pasir dan lempung yang juga merupakan alluvium namun relatif lebih terkonsolidasi. Adanya sebaran kerakal, kerikil dan pasir menyebabkan daya dukung pada 601

Formasi Minas lebih baik jika dibandingkan dengan alluvium tua dan alluvium muda. Pada umumnya Formasi Minas merupakan formasi terbaik bagi pengembangan kawasan perkotaan. Namun untuk mendelineasi tingkat kesesuaian lahan dari Formasi Minas yang disusun oleh berbagai jenis ukuran batuan di atas masih memerlukan penelitian baik pemetaan geologi permukaan maupun penelitian geologi bawah permukaan. Daerah yang tinggi sebagian besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Umumnya tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial hydromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir. Tanah jenis ini memiliki sifat sedikit menahan/kedap air. Hal ini menyebabkan peresapan air berjalan lambat. Metode Geolistrik Metode geolistrik merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah. Salah satu metode geolistrik yang sering digunakan dalam pengukuran aliran listrik dan untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan adalah dengan metode tahanan jenis (resistivitas). Metode Pengukuran Tahanan Jenis, dengan mengalirkan arus DC dengan frekuensi rendah kedalam tanah melalui dua elektroda arus dan beda potensialnya diukur pada titik tertentu pada permukaan tanah. Penampang Geolistrik Penampang geolistrik yang ideal adalah susunan lapisan yang tersusun secara horizontal dengan ketebalan yang dianggap sama di semua bagian. Gambar 1. Ilustrasi penampang geolistrik bawah permukaan bumi (Telford, 1990) Gambar diatas menujukkan bahwa penampang geolistrik terdiri dari beberapa lapisan tanah sebanyak n, yaitu dengan ketebalan tanah masing-masing 602

h 1, h 2, h 3..,h n dan resistivitas tanah ditunjukkan oleh 1, 2, 3,, n. besarnya merupakan perbandingan beda potensial dengan kuat arus. R = (1.2) Sifat Listrik Batuan Batuan kerak bumi terbentuk dari mineral-mineral, dan mineral itu sendiri terdiri dari atom-atom sejenis atau berbeda jenis. Suatu kelompok atom atau molekul tersebut bergabung membentuk zat yang akan mempengaruhi sifat kelistrikan zat tersebut, sebagai konduktor atau sebaliknya bersifat isolator. Batuan mempunyai sifat-sifat kelistrikan karena batuan merupakan suatu jenis materi. Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri, atau arus listrik yang sengaja dimasukkan kedalamnya. Arus listrik yang dialirkan melalui suatu bahan didefenisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir pada bahan tersebut persatuan waktu. I =...(1.1) Batuan dalam bumi juga memiliki sifat resistansi yang berbeda-beda antara satu jenis batuan dengan batuan yang lainnya, walaupun masih dalam lapisan yang sama. Resistansi merupakan besarnya hambatan listrik pada suatu medium yang Resistivitas Batuan Resistivitas suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus listrik yang mengalir. Nilai resistivitas batuan ditentukan oleh komposisi unsur pembentuknya. Resistivitas suatu batuan berbanding terbalik dengan hantaran jenis (konduktivitas). Hubungan tahanan jenis tanah dengan hantaran jenis tanah (konduktivitas) dapat ditulis dalam bentuk persamaan : (1.3) Suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistivitas ρ : Gambar 2. Sebuah silinder konduktor (Srijatno, 1981) Maka dapat di rumuskan : L R = ρ (1.4) Resistivitas memiliki banyak variasi, karena suatu resistivitas tergantung bendanya. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10-8 Ωm hingga 10 7 Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain, A 603

dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan rentang resistivitas yang bervariasi pula. Konduktor biasanya didefenisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang dari 10-8 Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 10 7 Ωm, dan diantara keduanya adalah bahan semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak. Secara umum berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Telford, 1990) 1. Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm 2. Konduktor pertengahan : 1 7 Ωm 3. Isolator : 7 Ωm dengan harga resistivitas yang bebeda-beda, sehingga harga potensial yang diperoleh adalah pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Resistivitas yang diperoleh dari pengukuran di permukaan bumi bukan harga resistivitas yang sebenarnya, melainkan resistivitas semu. Resistivitas semu yang terukur merupakan resistivitas gabungan dari beberapa lapisan tanah yang dianggap sebagai satu lapisan homogen. Gambar 3. Lapisan bumi dengan resistivitas sebenarnya ( 1,2 ) dan resistivitas semu (semu) (Loke, 2004) Resistivitas semu ini di rumuskan dengan: ρ (1.5) Konsep Relativitas Semu Konsep ini bumi diasumsikan memiliki sifat homogen isotropis, dengan asumsi ini harga resistivitas yang diperoleh dari pengukuran merupakan harga resistivitas yang sebenarnya. Namun pada kenyataannya bumi merupakan lapisan-lapisan tanah Metode Geolistrik Resistivitas Metode Geolistrik resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik kedalam permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektroda potensial. Keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus 604

yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan, yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik. Ilustrasi garis eqipotensial yang terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan pada dua titik arus yang berlawanan di permukaan bumi dapat dilihat pada Gambar 2.6. Semakin besar jarak antar elektroda menyebabkan makin dalam tanah yang dapat diukur. Gambar 4. Pola garis-garis gaya bidang eqipotensial Konfigurasi Elektroda Wenner Konfigurasi yang digunakan untuk melakukan akuisisi data salah satunya adalah dengan menggunakan konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang dapat memberikan gambaran dua dimensi dibawah permukaan bumi. Konfigurasi Wenner diambil dari nama Frank Wenner yang mempelopori penggunaannya di Amerika Serikat. Konfigurasi Wenner ditunjukkan pada Gambar 2.7. Gambar 5. Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner Dua buah elektroda potensial (P 1 dan P 2 ) dihubungkan dengan peralatan Resistivitas meter yang berfungsi untuk mengukur beda potensial yang ada di permukaan bumi. Beda potensial yang terukur ( V) akibat adanya perbedaan nilai resistivitas medium batuan bawah permukaan dapat digunakan untuk menghitung nilai resistivitas semu dari batuan ( ) dengan persamaan berikut... (1.6) (1.7) 605

Sehingga faktor geometri konfigurasi Wenner dapat dirumuskan dengan persamaan : (1.8) Konfigurasi Elektroda Schlumberger Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole Sounding. Pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger seperti tampak pada Gambar 2.8, menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2 elektroda arus (A dan B) dan 2 elektroda potensial (M dan N). Tahanan jenis semu medium yang terukur dihitung berdasarkan persamaan (2.5) dengan merupakan tahanan terukur (apparent resistivity), V merupakan potensial yang terukur antara elektroda P 1 dan P 2, I merupakan arus listrik yang terukur antara elektroda C 1 dan C 2 dan K merupakan faktor geometri konfigurasi elektroda. Tahanan jenis semu medium yang terukur dihitung berdasarkan persamaan:..(1.9) Gambar 7. Susunan Elektroda Konfigurasi Schlumberger Gambar 6. Susunan Elektroda Konfigurasi Schlumberger Dua buah elektroda yang digunakan MN adalah elektroda potensial, AB adalah elektroda arus, C 1 C 2 adalah arus yang terukur pada elektroda arus AB, P 1 P 2 adalah potesial yang terukur pada elektroda potensial MN. Konfigurasi Schlumberger harga K dapat dihitung dengan persamaan : (1.10) Sehingga untuk menghitung resistivitas semu dari batuan ( ) digunakan persamaan berikut : (1.11) 606

Akuifer Akuifer merupakan bahan yang dapat mengalirkan air di bawah permukaan tanah. Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: 1. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer) Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007). 2. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya. 3. Akuifer bocor (Leakage Aquifer) Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang. 4. Akuifer melayang (Perched Aquifer) Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang besar. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan dengan peralatan dan bahan serta prosedur penelitian sebagai berikut dapat dilihat pada Gambar 8. 607

memiliki jarak elektroda terkecil 3 meter, data diambil mulai dari titik awal pengukuran (titik referensi) dengan panjang lintasan 100 meter. Ketika jarak setiap elektroda diubah, maka dilakukan pengukuran ulang dari titik awal. Gambar 8. Bagan Alir Metode Penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil data yang diperoleh dari lokasi penelitian selanjutnya diolah dengan menggunakan software Res2Dinv untuk metode Wenner dan software VES untuk metode Schlumberger. 1. Hasil Interpretasi dan Pembahasan Menggunakan Software RES2DINV Hasil perhitungan dan pengolahan data dengan software Res2Dinv untuk pengambilan data menggunakan metode Wenner dengan kedalaman 165 meter dan pemodelan distribusi nilai tahanan jenis material di bawah permukaan bumi di sepanjang lintasan pengukuran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Data tersebut Gambar 9. Tampilan 2D software Res2Dinv Jembatan Siak 1 di Pekanbaru Hasil inversi dari Gambar 9, dapat dilihat dengan jelas pada lapisan pertama yang merupakan lapisan penutup dengan nilai resistivitas 10,25 119,75 Ωm yang berada sampai kedalaman 31 m. Lapisan pertama ini diinterpretasikan sebagai lapisan terdapat pasir berlempung yang mengandung air payau. Lapisan kedua ini diinterpretasikan sebagai lapisan yang terdapat pasir mengandung air tanah. Lapisan ketiga memiliki kedalaman yang mencapai 165 m dengan nilai resistivitas yang berbeda yaitu pada Jembatan Siak 1 dengan nilai resistivitas 1238 3680 Ωm. Lapisan keempat ini materialnya berupa 608

pasir dan kerikil. Lapisan selanjutnya merupakan lapisan batuan keras dengan nilai resistivitas >5000 Ωm, seperti granit dan gamping. 2. Hasil Interpretasi dan Pembahasan Menggunakan Software VES Hasil survei dan pengukuran geolistrik di Jembatan Siak 1 Pekanbaru, maka didapatkan grafik hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik data geolistrik Jembatan Siak 1 di Pekanbaru Berdasarkan grafik hasil pengolahan diperoleh penampang interpretasi litologinya seperti diperlihatkan pada Gambar 11. Gambar 11. Interpretasi Litologi data Geolistrik di Jembatan Siak 1 Pekanbaru Hasil pengolahan data menunjukkan secara umum terdapat 4 lapisan batuan. Gambar 11, menunjukkan lokasi disekitar Jembatan Siak 1 lapisan pertama nilai resistivitas material yang terbaca 95,0 Ωm dengan ketebalan lapisan 31,3 m. Berdasarkan nilai resistivitasnya lapisan pertama ini merupakan pasir berlempung yang mengandung air payau, dimana lapisan tersebut merupakan lapisan permeabilitas. Lapisan kedua nilai resistivitasnya 196,7 Ωm sampai 269,1 Ωm dengan ketebalan lapisan 47,8 m untuk Jembatan Siak 1. Lapisan kedua ini diinterpretasikan sebagai lapisan pasir yang mengandung banyak air karena merupakan lapisan akuifer utama jenuh. Lapisan ketiga untuk Jembatan Siak 1 dengan nilai resistivitas 2198,7 Ωm memiliki ketebalan 74,4 m. Lapisan ketiga ini diinterpretasikan sebagai lapisan pasir dan kerikil. Lapisan keempat dengan nilai 609

resistivitas material >5000 Ωm diinterpretasikan sebagai lapisan batuan keras seperti batu gamping, granit. 3. Perbandingan Hasil VES dan Hasil Res2Dinv Perbandingan hasil pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil pengolahan menggunakan software VES dan hasil pengolahan menggunakan software Res2Dinv untuk Jembatan Siak 1 di Pekanbaru seperti ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Perbandingan Kedalaman Akuifer Berdasarkan Tabel 1 terdapat perbedaan kedalaman yang diperoleh antara menggunakan Wenner dan Schlumberger. Hal ini dikarenakan Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah, tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Kelemahan metode Wenner adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : a. Litologi batuan bawah permukaan di Jembatan Siak 1 Pekanbaru sama bentuk lapisannya yaitu merupakan pasir berlempung, pasir, pasir dan kerikil, dan batuan keras seperti granit, gamping. b. Lapisan akuifer diantara ketiga Jembatan ini memiliki kedalaman akuifer yang berbeda. Jembatan Siak 1 Pekanbaru memiliki kedalaman lapisan akuifer 31,3 meter hingga 79,1 meter. 610

c. Lapisan pasir Jembatan Siak 1 Pekanbaru diidentifikasi sebagai akuifer tertekan dengan nilai resistivitas antara 196,7 Ωm hingga 296,1 Ωm dengan kedalaman 47,8 meter. d. Berdasarkan hasil inversi data pengukuran VES dan Res2DINV diperoleh nilai selisih resistivitasnya. Jembatan Siak 1 Pekanbaru, lapisan pertama memiliki selisih nilai resistivitas 4,5 Ωm. Lapisan kedua memiliki selisih nilai resistivitas 7,65 Ωm. Lapisan ketiga memiliki selisih nilai resistivitas 253,3 Ωm. e. Berdasarkan hasil inversi diperoleh perbedaan nilai kedalaman akuifernya, sehingga yang bagus digunakan untuk memperoleh akuifer menggunakan metode schlumberger. 2. Saran 1. Untuk mengetahui litologi batuan bawah permukaan tanah yang lebih dalam, maka panjang lintasan pengukuran perlu ditambah. 2. Hasil interpretasi yang didapat supaya lebih akurat, perlu menambah titik lintasan pengambilan data geolistriknya dan waktu pengambilan datanya harus bersamaan dalam satu lintasan. DAFTAR PUSTAKA [1] Ali, M.N., Za ari, Supoyo, 2003. Eksplorasi, eksploitasi Sumber Daya Mineral Air Bawah Tanah : Studi Kasus Di Kawasan Industri Pasuruan Jawa Timur. Proceedings of Joint The 32 nd IAGI dan The 28 th HAGI Annual Convention and Exhibition. [2] Anita, Nur Setyawati. 2005. DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU. http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryo no/files/2009/12/das_siak_nuranitaset yawati_0706265705.pdf diakses tanggal 7 Agustus 2012 [3] Loke, M.H. 1997, Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies, Cangkat Minden Lorong 6, Minden Heights, Penang, Malaysia. [4] Telford, W.M, Geldart, L.P, Sheriff, R.E, 1990, Applied Geophysics, New York: Cambridge University Press. [5] Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Menentukan Letak dan Kedalaman Aquifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah). http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/s kripsi/index/assoc/hash0174/3ff6be9 0.dir/doc.pdf diakses tanggal 22 September 2012. 611