Mazhab Fikih. Oleh : Heri Ruslan. Perbedaan pendapat ( di kalangan ) umatku adalah rahmat. ( HR Al-Baihaqi )

dokumen-dokumen yang mirip
Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Usul Fikih. Oleh : Heri Ruslan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

$! " # %& ' ( ) * &+, -. /0 1 & ! "#$

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

`BAB I A. LATAR BELAKANG

Definisi Khutbah Jumat

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Pendidikan Agama Islam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE Oleh Erwin Mazwardi

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

Pendidikan Agama Islam

Oleh: Hafidz Abdurrahman

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

Kitab-Kitab Hadis. Oleh : Heri Ruslan. Pembukuan Hadis bertujuan agar sabda Rasul SAW tersusun dengan baik.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

KELOMPOK 6 : NANDYA WANTIKE NUR LAILA PUTRI NABILA SEPTIANI

PERKEMBANGAN HADITS PERIODE KEEMPAT

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Bukti Cinta Kepada Nabi

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

[SYARAT & KEHATI-HATIAN ULAMA SALAF DALAM BERFATWA]

Hukum memperingati maulid nabi Rabu, 04 Agustus :42

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

Surat Untuk Kaum Muslimin

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

Imam Hasan, Pelindung Kesucian Islam

Tafsir Surat Al-Kautsar

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

RASM UTHMANI; HUBUNGANNYA DALAM BIDANG ILMU QIRAAT Oleh: Norazman bin Alias Abdul Muhaimin bin Ahmad Muhammad Hafiz bin Saleh

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-222: DAGING UNTA MEMBATALKAN WUDHUK

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

Transkripsi:

Mazhab Fikih Oleh : Heri Ruslan Perbedaan pendapat ( di kalangan ) umatku adalah rahmat. ( HR Al-Baihaqi ) S unni dan Syiah. Itulah dua mazhab besar yang dianut umat Islam. Setiap mazhab besar itu terbagi ke dalam beberapa mazhab fikih. Sunni terbagi ke dalam empat mazhab fikih besar, yakni Hanafi, Maliki, Syafi i, dan Hanbali. Selain itu, secara teologi ( bidang kalam ), umat Islam terbagi ke dalam lima mazhab, yakni Khawarij, Murji ah, Muktazilah, Asy ariah, dan Maturidiyah. Lalu, apa sebenarnya yang disebut mazhab itu? Secara bahasa, mazhab berasal dari kata dzahaba - yadzhabu, yang artinya pergi. Menurut Ensiklopedi Islam, mazhab juga berarti pendapat, kelompok, aliran, paham yang bermula dari pemikiran atau ijtihad seorang imam dalam memahami sesuatu, baik filsafat, hukum ( fikih ), teologi, maupun politik. Menurut Prof Said Aqil Husain al-munawar dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, mazhab fikih berarti aliran pemikiran tentang hukum yang penetapannya merujuk kepada sumber utama ajaran Islam, yakni Al-Quran dan Sunah, sedangkan fikih adalah bagian dari syariat. "Syariat adalah hukum yang digariskan oleh Allah SWT bagi hamba-nya agar menjadi mukmin yang mengamalkan segala hukum yang membuat mereka memperoleh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat," ujar Prof Husain al-munawar. Lalu, mengapa dalam ajaran Islam muncul beragam mazhab? Secara sederhana, ulama terkemuka bernama Abu Zahrah menyebut perbedaan pemikiran. Kedua, ketidakjelasan masalah yang menjadi tema pembicaraan. Ketiga, perbedaan cara pandang. Keempat, perbedaan kecenderungan dan kesenangan. Kelima, perbedaan kemampuan. Keenam, mengikuti ( taklid ) kepada pendahulunya. Ketujuh, masalah kepemimpinan dan cinta kepada penguasa. Kedelapan, fanatisme kelompok yang berlebihan. Sejatinya, mazhab atau aliran tersebut hanya berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat yang tak jelas artinya. Dasar ajaran Islam pada setiap mazhab-mazhab itu tak berbeda. Sehingga, perbedaan yang ada dalam setiap mazhab itu masih dapat diterima sebagai sesuatu yang benar dan tak keluar dari Islam. Terkadang, perbedaan antara satu mazhab dengan mazhab lainnya cukup besar dan bahkan bertentangan. 1

Di antara ahli fikih ( fuqaha ) yang pemikirannya membentuk suatu mazhab dan diakui oleh kaum Muslim sebagai imam mazhab fikih, antara lain, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal. Keempatnya dikenal dengan julukan al- Madzahib al-arba'ah ( Mazhab yang Empat ). Selain itu, ada pula ahli fikih lainnya yang juga membentuk mazhab kecil, seperti Sufyan bin Uyainah, Hasan al-basri, Sufyan as-sauri, Abu Saur, al-lais bin Sa'ad, Ishaq bin Rahawaih, Ibnu Jarir, dan Daud az-zahiri. Munculnya beragam mazhab itu menandakan betapa Islam sangat toleran terhadap perbedaan. Sudah seharusnya perbedaan pendapat itu menjadi rahmat, bukan malah membawa pada perpecahan. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 103, "Dan berpeganglah kamu semua dengan tali ( agama ) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." Sumber : Islam Digest, Republika, Ahad, 24 Juli 2011 22 Syaban 1432 H Jalan Kehidupan http://jalmilaip.wordpress.com/agama/fiqih/ 2

Asal Muasal Mazhab Fikih Oleh Heri Ruslan Di era kekahlifahan Abbasiyah, lahir gerakan ilmiah yang luas dalam berbagai ilmu, khususnya fikih, mazhab pun mulai bermunculan. P ada zaman Rasulullah SAW, perselisihan di antara umat mengenai hukum Islam hampir tak pernah terjadi. Peluang munculnya ruang perbedaan pendapat seputar hukum teratasi karena Nabi Muhammad menjadi rujukan utama dalam fatwa dan peradilan. Tentu saja, pada zaman itu, umat juga selalu berpegang pada Al-Quran dan sunah Rasulullah. Setelah Nabi SAW wafat, ajaran Islam menyebar semakin luas melampaui Jazirah Arab. Penduduk di wilayah Mesir, Irak, dan Persia pun akhirnya memeluk agama Islam. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Begitu kata peribahasa. Penduduk di setiap wilayah tentu memiliki akhlak, adat kebiasaan, dan kaidah tersendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga, kaum Muslim menghadapi banyak peristiwa dan kasus yang belum pernah mereka alami sebelumnya, ujar Prof Said Aqil Husein Al-Munawar dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Tentu saja setiap masalah yang dihadapi umat Islam itu diselesaikan dengan cara menggali dari Al-Quran dan sunah. Dalam kenyataannya, menurut Prof Husein Al-Munawar, kedua sumber hukum itu tak memuat segala nash hukum tentang masalah yang dihadapi umat di setiap wilayah atau negara. Untuk mengatasinya, kaum Muslim melakukan ijtihad dengan ra yu ( hasil pemikiran manusia ). Ra yu pada waktu itu memiliki pengertian yang luas, yaitu kecenderungan hati setelah melakukan pemikiran, perenungan, dan penelitian, serta pengkajian terhadap sisi kebenaran dari tanda-tanda yang kontradiktif, ungkap Prof Husein Al-Munawar. Bahkan, cakupannya meliputi istihsan, istishab, serta urf. Penggalian hukum ( istinbath ) pada masa itu, terbatas pada kasus yang terjadi atau kasus aktual. Mereka tak bisa memprediksi masalah yang bakal terjadi kemudian, lalu mencarikan hukumnya. Menurut Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, pada zaman itu sumber hukum ( fikih ) telah berkembang menjadi Al-Quran, sunah, ijma, dan ra yu. Ijtihad yang berkembang pada masa itu telah membuat para sahabat menghasilkan pendapat hukum yang berbeda-beda. Lalu, mengapa bisa berbeda? Menurut Abu Zahrah, seorang ahli hukum Islam dari Mesir, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat hukum 3

pada zaman itu. Pertama, perbedaan pemahaman terhadap Al-Quran. Terkadang, perbedaan itu terjadi karena adanya nash yang secara lahir tampak bertentangan. Kedua, perbedaan dari sisi sunah. Di antara para sahabat, mereka masuk Islam tak bersamaan. Ada yang memeluk Islam terlebih dahulu, dan ada pula yang menjadi Muslim kemudian. Ada yang lama bergaul dengan Rasulullah SAW dan ada pula yang hanya sebentar. Sehingga, pengetahuan mereka tentang sunah berbeda-beda, ujar Abu Zahrah. Perbedaan pendapat itu, salah satunya, terjadi antara Ibnu Umar dan Siti Aisyah RA tentang kaum wanita ketika berjunub. Menurut Ibnu Umar, ketika kaum wanita mandi junub hendaknya menguraikan rambutnya dan membasahinya hingga merata. Mendengar fatwa itu, Aisyah, berkata, Sungguh mengherankan fatwa Ibnu Umar itu! Aku sendiri mandi bersama Rasulullah SAW dari satu bejana, dan aku menyiram rambutku tak lebih dari tiga siraman. ( HR Muslim ). Ketiga, perbedaan dalam menggunakan ra yu. Para sahabat menggunakan ra yu jika tak menemukan nash dalam Al-Quran dan sunah. Menurut Abu Zahrah, kadar penggunaannya di kalangan sahabat juga berbeda. Ada yang hanya sedikit menggunakannya, karena khawatir keliru dan ada pula yang menggunakannya secara longgar. Menurut Prof Husein Al-Munawar, perbedaan penggunaan metode itu mulai melahirkan benih perbedaan pendapat ( perseilisihan ) di antara dua mazhab fuqaha: yakni di antara ahlul ra yi dan ahlul hadits di masa tabiin. Meski begitu, perbedaannya hanya sedikit. Pada masa itu, para ulama dan fuqaha menyelesaikan perselisihan pendapat itu dengan cara musyawarah. Selain itu, pada zaman itu para sahabat belum terpencar-pencar ke luar wilayah Jazirah Arab, sehingga mereka dengan mudah melakukan ijma. Para sahabat pun memilih untuk lebih menahan diri. Pada masa tabiin, sumber penggalian hukum masih sama dengan sebelumnya, yakni Al- Quran, sunah, ijma, dan ra yu. Di masa inilah, banyak terjadi peristiwa yang memicu lahirnya mazhab fikih. Peristiwa-peristiwa itu, antara lain: Pertama, perselisihan kaum Muslimin sekitar masalah kekhalifahan. Setelah Khalifah Usman bin Affan wafat, karena dibunuh terjadi perbedaan pendapat tentang siapa sosok penggantinya. Perselisihan yang berujung pada terjadinya perang saudara itu akhirnya melahirkan Syiah, Khawarij, dan Jumhur. Perpecahan itu telah membuat kepercayaan ilmiah setiap kelompok terbatas pada ulama masing-masing, papar Prof Husein Al-Munawar. Akibatnya, jika terjadi perbedaan yang meruncing sangat sulit untuk menerapkan ijma. Perselisihan politik itu juga merembet pada bidang fikih. Kaum Khawarij mengafirkan orang yang berdosa besar. Bahkan, kelompok ini mengafirkan Muslim di luar golongan mereka. Dengan begitu, setiap kelompok merasa memiliki pendapat yang paling benar. Dalam penerimaan hadis, kaum Syiah menolak 4

hadis yang diriwayatkan oleh orang di luar ahlulbait. Khawarij juga menolak hadis yang tak diriwayatkan tokoh mereka. Sedangkan, Jumhur menerima setiap hadis sahih tanpa memandang asal periwayatnya. Kedua, benih-benih munculnya mazhab juga dipicu oleh tersebarnya para sahabat ke berbagai wilayah sejak era kepemimpinan Usman bin Affan. Tersebarnya para sahabat di berbagai wilayah membuat mereka sulit melakukan musyawarah dan ijma di antara mereka. Akibatnya, mulai terjadi perbedaan ijtihad dan fatwa fikih tentang satu masalah yang sama, sesuai dengan perbedaan adat dan kebiasaan lokal. Sebab, seorang fuqaha atau ahli fikih dalam berijtihad terpengaruh oleh lingkungan. Sehingga, fuqaha mengeluarkan fatwa sesuai dengan kondisi setempat. Dan, masyarakat berpegang pada fatwa ulama yang ada di tempat itu. Ketiga, tersebarnya periwayat hadis. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam menjawab persoalan umat, para fuqaha berupaya mencari hadis. Pada masa itu terjadi perbedaan kadar pengetahuan terhadap sunah. Sebab, ada daerah yang jumlah para muhadisnya banyak dan ada pula yang sedikit. Akibatnya, terjadilah perbedaan fatwa. Keempat, munculnya para pendusta dalam periwayatan hadis. Kemunculan mereka terjadi akibat permusuhan bermotif agama, fanatisme mazhab, adanya keinginan sebagian ulama untuk menyenangkan khalifah atau pemerintah, sikap longgar sebagian ulama terhadap amal yang utama. Kelima, terpecahnya ulama di kalangan Jumhur ke dalam ahlul ra'yi dan ahlul hadits. Masing-masing memiliki orientasi fikih yang berbeda. Golongan pertama berorientasi pada ra'yu, sedangkan yanag kedua berorientasi pada nash dan segala yang diriwayatkan dari sahabat. Fikih ahlul hadits bersifat realistis, sedangkan fikih ahlul ra'yi bersifat hipotesis. Di era Kekhalifahan Abbasiyah, lahir gerakan ilmiah yang luas dalam berbagai ilmu, khususnya fikih. Mazhab pun mulai bermunculan. Hukum sunah mulai ditulis, dan usul fikih disusun. Penelitian terhadap fikih pun terjadi secara besar-besaran. Di setiap daerah, para fuqaha menghadapi masalah yang berbeda-beda. Sehingga, melahirkan fatwa yang beda pula. Suasana ilmiah itulah yang kemudian melahirkan kitab-kitab besar dalam fikih dan usul fikih. Lalu, pemikiran para fuqaha itu telah melahirkan mazhab-mazhab. sumber utama: ensiklopedi tematis dunia islam Sumber : Islam Digest, Republika, Ahad, 24 Juli 2011 22 Syaban 1432 H Jalan Kehidupan http://jalmilaip.wordpress.com/agama/fiqih 5

Menyebar ke Berbagai Penjuru D i awal perkembangannya, Mazhab Hanafi pernah menjadi mazhab Daulah Abbasiyah, yang berpusat di Baghdad. Dilantiknya Abu Yusuf sebagai qadhi atau hakim pada era pemerintahan Abbasiyah menjadi tonggak menguatnya mazhab ini. Dengan begitu, mazhab itu tersebar secara meluas ke berbagai wilayah Islam, seperti Persia, Suriah, dan Mesir, serta kawasan Maghribi. Mazhab ini sempat mengalami masa suram di Mesir, ketika Kekhalifahan Fatimiyah berkuasa. Namun, mazhab ini kembali berkembang ketika Salahudin Al-Ayyubi mendirikan Dinasti Ayyubiyah. Pada 923H, Mesir jatuh ke tangan Dinasti Turki Usmani. Mazhab ini semakin berkibar dan tersebar luas hingga ke Turki, Irak, Suriah, Lebanon, dan Yordania. Bahkan, tersebar hingga ke Asia Tengah, meliputi Azerbaijan, Tabaristan, Khurasan, serta Sijistan. Mazhab Maliki menjadi kuat setelah Ibnu Farhun menjadi hakim di Hedzaj. Mazhab ini juga masuk ke daerah Mesir karena dibawa murid-murid Imam Malik, seperti Abdurrahman bin Kasim, Utsman bin Hakam, hingga munculnya Mazhab Syafi i. Mazhab ini juga sempat menyebar di Tunisia, namun kalah bersaing dengan Mazhab Hanafi pada masa Syaikh Asad al-furat at-tunisi. Mazhab ini bangkit lagi pada masa Mu iz bin Hadis. Sejak saat itu mazhab ini dianut oleh warga Maghribi. Mazhab ini juga sempat tersebar di Andalusia, terutama pada waktu Yahya bin Yahya al-andalusi menjadi hakim. Namun, mazhab ini kurang populer di wilayah Timur. Mazhab Syafi i pertama kali berkembang di Irak. Di negara inilah Imam Syafi i pertama kali mengajarkan ilmu fikihnya. Mazhab ini berkembang cukup baik di Mesir, meskipun mendapat tekanan keras dari Dinasti Fatimiyah. Dari Mesir paham Syafi i disebarkan oleh murid-muridnya ke Baghdad, Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hedzaj, India, dan beberapa negara di Afrika. Pada perkembangannya, mazhab inipun sampai ke Asia bagian timur seperti Cina, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Mazhab ini di beberapa tempat mengalami kondisi yang tidak stabil, bergantung kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa. Hal ini terlihat dari tidak berkembangnya Mazhab Syafi i di Iran dan Madinah. Sedangkan Mazhab Hanbali dilakukan oleh murid-muridnya, karena ia tidak menulis kitab tentang fikih, kecuali beberapa catatan yang tidak disebarkan. Anak Imam Hambali, Saleh, ikut menyebarkan mazhab ayahandanya ini melalui surat-menyurat. Ada beberapa faktor yang menghambat penyebaran mazhab ini. Mazhab Hanbali muncul setelah tiga mazhab lain tersebar di seluruh penjuru negara Islam seperti Mazhab Hanafi di Irak, Mazhab Syafi'i dan Maliki di Mesir, dan Mazhab Maliki di kawasan Maghribi dan Andalusia. 6

Terlebih, pengikut Mazhab Hanbali tidak banyak yang menjadi hakim, sehingga penyebarannya pun terhambat. Hanya di jazirah Arab pada masa pemerintahan sekarang ini saja mazhab ini dipakai, bahkan menjadi mazhab resmi di kerajaan tersebut. MAZHAB DAN PENYEBARANNYA MAZHAB PENDIRI PENGIKUT UTAMA Syafi i Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy- Syafi i Hanbali Hanafi Maliki Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Nu man bin Tsabit bin Zautha at-taimi Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir al- Asbahi Mesir, Suriah, Yaman, Indonesia, Malaysia, Makkah, Arab Selatan, Bahrain, Afrika Timur (sebagian), Asia Tengah. Arab Saudi ( mayoritas ) Mesir, Suriah, Lebanon, Turki,Tunisia, Turkistan, India, Pakistan, Afghanistan, Balkan, Cina, Rusia, Irak. Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol, Mesir Sumber : Islam Digest, Republika, Ahad, 24 Juli 2011 22 Syaban 1432 H Jalan Kehidupan http://jalmilaip.wordpress.com/agama/fiqih 7

Empat Mazhab Fikih Utama Mazhab-mazhab dalam Islam hanya berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat yang tak jelas artinya. Sedangkan, dasar ajaran Islam pada setiap mazhab itu sama. M azhab berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan yang dilalui atau dilewati. Ulama Islam berpendapat mazhab sebagai metode yang dipakai setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang menjalaninya dan menjadikannya sebagai pedoman. Pada dasarnya, mazhab timbul karena perbedaan dalam memahami Al-Quran dan Sunah yang tidak bersifat absolut. Menurut Prof Said Aqil Husain al-munawar dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, mazhab fikih berarti aliran pemikiran tentang hukum yang penetapannya merujuk kepada sumber utama ajaran Islam, yakni Al-Quran dan Sunah. Sejatinya, mazhab atau aliran tersebut hanya berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat yang tak jelas artinya. Sedangkan, dasar ajaran Islam pada setiap mazhab-mazhab itu tak berbeda. Sehingga, perbedaan yang ada dalam setiap mazhab itu masih dapat diterima sebagai sesuatu yang benar dan tak keluar dari Islam. Terkadang, perbedaan antara satu mazhab dengan mazhab lainnya cukup besar dan bahkan bertentangan. MAZHAB FIKIH DALAM SUNNI : MAZHAB HANAFI MAZHAB ini didirikan oleh Abu Hanifah Nu man bin Tsabit. Ulama besar yang dikenal dengan nama Imam Hanafi itu terlahir di Kufah, Irak, pada 80 H. Ia adalah seorang ahli fikih keturunan bangsa Persia yang kemudian menetap di Irak. Imam Hanafi menimba ilmu fikih kepada Hammad bin Abi Sulaiman. Setelah gurunya meninggal, ia menjadi pengajar. Imam Hanafi mengarahkan muridmuridnya dalam pencarian hakikat dan inti persoalan dan pengenalan terhadap illah ( alasan ) serta hukum di balik teks tertulis. Dasar yang dipakai oleh mazhab Hanafi adalah Al-Quran, Sunnah, dan fatwa sahabat yang merupakan penyampai. Mazhab ini juga menggunakan qiyas sebagai dasarnya dan juga istihsan, yaitu qiyas yang berlawanan dengan nash. Imam Hanafi juga menggunakan ijma, yaitu kesepakatan para mujtahid mengenai suatu kasus hukum pada suatu masa tertentu. 8

Selain itu, ia juga menggunakan dasar urf, yaitu adat kebiasaan orang Islam dalam satu masalah tertentu yang tidak disebut oleh nash Al-Quran. Penyusun pendapat, fatwa, dan hadis dari Imam Hanafi adalah murid-muridnya, yaitu Yaqub bin Ibrahin al-anshari atau Abu Yusuf, dan Muhammad bin Hasan asy-syaibani. Mereka menyusun kitab yang berisi masalah fikih mazhab Hanafi. Ada sejumlah faktor yang mendorong berkembangnya mazhab itu dan mampu bertahan selama lebih dari lima abad. Faktor utamanya, banyaknya murid yang berguru kepada Imam Hanafi. Mereka giat menyebarkan ajaran kepada orang-orang di sekitar mereka sehingga timbullah generasi kedua yang menganut mazhab tersebut. Mazhab ini tersebar di daerah yang memiliki tradisi yang berbeda. Dari tradisi yang berbeda ini melahirkan putusan menurut mazhab Hanafi. Mazhab Hanafi sempat menjadi mazhab resmi Dinasti Abbasiyah. Mazhab ini juga tersebar di negara yang dikuasai Dinasti Ottoman, daerah Anatolia ( Asia Tengah ), India, dan wilayah Transoksania ( Turkistan, Asia Tengah ). Mazhab ini berkembang pula di Suriah, bahkan sempat dijadikan mazhab negara. Di Mesir, mazhab Hanafi juga menjadi mazhab negara ketika pemerintahan Muhammad Ali ( 1805-1849 ). MAZHAB SYAFI I MAZHAB ini dinamakan sesuai dengan pendirinya, Imam Syafi i. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-syafi i. Mazhab ini muncul pada pertengahan abad ke-2 Hijriah. Imam Syafi i memiliki pemikiran fikih yang khas dan berbeda dibandingkan kedua mazhab terdahulunya. Sumber acuan mazhab ini adalah paham dan pemikiran Syafi i yang dimuat dalam kitabnya, Ar-Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf al-hadits, dan lain-lain. Para ulama mazhab ini mengembangkan kitab-kitab tersebut dengan memberikan penjelasan atau komentar setelahnya. Seperti dua mazhab lain, mazhab Syafi i mempunyai dasar Al-Quran, Sunah, ijma, dan qiyas. Sunah yang diambil sebagai dasar adalah sunah dhaif yang tidak terlalu lemah, tidak bertentangan dengan dalil yang kuat, dan bukan untuk menetapkan yang halal dan haram atau masalah keimanan. Dalam mazhab ini, hadis mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan disebut-sebut posisinya setara dengan Al-Quran. Menurut Imam Syafi'i, hadis memiliki kaitan yang erat dengan Al-Quran. Ia juga berpendapat Rasulullah menetapkan setiap hukum yang pada hakikatnya merupakan hasil pemahaman yang beliau dapat dari Al-Quran. Di kalangan penganut mazhab Syafi'i, dikenal metode maslahah, yaitu metode penerapan hukum yang berdasarkan kepetingan umum. Hanya saja, maslahah ini hanya terbatas pada maslahah yang mu'tabarah, yaitu yang secara khusus ditunjuk oleh nash dan maslahah yang sesuai kehendak Allah SWT. 9

MAZHAB MALIKI Aliran ini didirikan oleh Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir al-asbahi, atau yang dikenal dengan nama Imam Malik. Ia lahir di Madinah pada 93 H dan wafat pada 179 H. Imam Malik adalah seorang ahli hadis dan fikih yang paling terpercaya. Ia menguasai fatwa Umar bin Khaththab, Abdullah bin Umar bin Khaththab, dan Aisyah binti Abu Bakar. Pada awalnya, Imam Malik memfokuskan studinya pada ilmu hadis. Ia mengarahkan perhatiannya pada fiqh ra yu ( penalaran ) ahli Madinah yang diterimanya. Corak ra yu di Madinah adalah perpaduan antara nash-nash dan berbagai maslahah. Imam Malik mengajar ilmu hadis di Masjid Nabawi. Ia juga memberikan fatwa terhadap kasus yang sudah terjadi. Imam Malik tidak mau memberikan fatwa terhadap kasus yang belum pernah terjadi, walaupun hal tersebut diramalkan akan terjadi. Ia juga tidak ingin memutuskan fatwa terkait wewenang hakim. Dalam menanggapi pemikiran yang berbeda dalam masalah akidah, sang ulama besar itu selalu menggunakan fikih dan hadis sebagai jalan keluarnya. Kitab terbesar Imam Malik adalah Al-Muwaththa, yaitu kitab hadis pertama yang pernah disusun. Kitab ini berisi hadis-hadis dalam tema fikih yang pernah dibahas Imam Malik, seperti praktik penduduk Madinah, pendapat tabiin, dan pendapat sahabat tabiin yang ditemuinya. Menurut Ensiklopedi Islam, Al-Quran menjadi dasar istinbath mazhab ini. Seperti halnya mazhab yang lain, Al-Quran menjadi dasar utama syariat dan hujah mazhab Maliki. Imam Malik mengambil dari nash yang tidak menerima takwil dan mengambil bentuk lahirnya. Dasar keduanya adalah Sunah. Sunah yang diambil oleh Imam Malik untuk mazhabnya adalah sunah mutawatir, yaitu yang diriwayatkan oleh suatu golongan kepada orang banyak yang diyakini tidak akan membuat kesepakatan bohong atau dusta, sunah masyhur, dan khabar ahad. Dasar ketiga dari mazhab yang tersebar di Hedjaz ini adalah praktik penduduk Madinah yang dipandang sebagai hujah, apabila praktik tersebut benar-benar dinukilkan oleh Nabi Muhammad SAW. Imam Malik mencela ahli fikih yang tidak mau mengambil praktik penduduk Madinah, bahkan menyalahinya. Sebagai dasar keempat, Imam Malik mengambil fatwa sahabat. Ia memandang fatwa ini wajib dilaksanakan karena tidak mungkin mereka melakukan hal tersebut tanpa perintah dari Rasulullah. Qiyas menjadi dasar kelima dari mazhab Imam Malik yang lahir di Madinah ini. Ia mengambil qiyas dalam pengertian umum yang merupakan penyamaan hukum perkara. Dasar terakhir yang dipakai adalah adz-dzara'i, yaitu sarana yang membawa pada hal haram akan menjadi haram dan sebaliknya. 10

MAZHAB HANBALI Mazhab besar ini didirikan oleh Ahmad bin Hanbal atau terkenal dengan nama Imam Hanbali. Ia merupakan keturunan dari Rasulullah dan telah ditinggal ayahnya sejak kecil. Ia diasuh oleh ibunya di bawah pengawasan pamannya. Imam Hanbali menuntut ilmu di kota ilmu pengetahuan, Baghdad. Di sana ia belajar tentang keislaman seperti hafalan Al-Quran, hadis, dan sejarah Rasulullah. Sunah dan hadis yang dikumpulkan Imam Hanbali berasal dari hadis Nabi Muhammad serta fatwa sahabat. Saat berusia 40 tahun, ia mulai mengajarkan fatwa mengenai fikih. Corak fikih yang diajarkannya berpedoman pada sunah dan hadis Nabi SAW. Ia tidak menulis buku tentang fikih dan melarang murid-muridnya menuliskan fatwa yang disampaikannya. Namun, Imam Hanbali menulis satu kitab, yaitu Al-Musnad yang berisi kumpulan hadis yang diriwayatkan Ahmad dari para rawi tepercaya. Menurut Ibnu Qayyim, ada lima dasar pedoman pokok mazhab ini. Yang utama tentu saja Al-Quran dan hadis. Imam Hanbali lebih mendahulukan nash daripada fatwa sahabat yang tidak diketahui ada yang menentang. Apabila ada sahabat yang berbeda pendapat, ia akan mengambil kesimpulan yang mendekati Al-Quran dan hadis. Ia juga mengambil hadis mursal dan dhaif. c02 ed: heri ruslan Sumber : Islam Digest, Republika, Ahad, 24 Juli 2011 22 Sya ban 1432 H Jalan Kehidupan http://jalmilaip.wordpress.com/agama/fiqih 11