Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu

dokumen-dokumen yang mirip
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia ISSN Indonesian Society of Agricultural Engineering

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

PENGENDALIAN SUHU PADA RUMAH TANAMAN JAMUR DENGAN SISTEM KENDAll FUZZY OLEH: KRISSANDI WIJAYA F

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengendalian Suhu Ruang pada Budidaya Jamur Tiram dengan Karung Goni Basah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

TUGAS AKHIR SB091358

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

PENGONTROLAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN PENGONTROL MIKRO

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. khasiat obat ini antara lain jamur tiram (Pleurotus sp.), jamur kuping (Auricularia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

PEMBUATAN ALAT PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN KUMBUNG JAMUR TIRAM PUTIH (STUDI KASUS : SUMATERA KEBUN JAMUR BENTENG HILIR)

I. PENDAHULUAN. menempati posisi penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB I PENDAHULUAN. mengenal berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

Effect of Kinds of Plant Medium and Length of Time of Composting to Harvest of Ear Mushroom (Auricularia polytricha)

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus ) DIDATARAN MEDIUM PADA MEDIA SERESAH

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA GREENHOUSE UNTUK TANAMAN STROBERI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 LAPORAN TUGAS AKHIR

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Staf Pengajar Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta **Staf Pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK LINGKUNGAN SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus sp)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA BERBAGAI SISTEM PENEBARAN BIBIT DAN KETEBALAN MEDIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

Transkripsi:

Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu Oleh: Mad Yamin RINGKASAN Pada umumnya budidaya jamur kuping dan tiram dilakukan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl (di atas permukaan laut). Oleh karena itu, sampai saat ini para petani jamur menggunakan lahan-lahan di dataran tinggi tersebut untuk pembudidayaan jamur kuping dan tiram. Perlu terobosan baru dalam melakukan budidaya jamur dengan menggunakan teknologi pengendalian suhu, sebagaimana yang sudah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang, yaitu budidaya jamur dengan pengendalian suhu pada 15 o C menggunakan mesin pendingin. Dengan teknologi pengendalian suhu tersebut, budidaya jamur dapat dilakukan di dataran rendah. Pada tulisan ini akan diuraikan hasil hasil penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor. Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Daryani dkk (1999) dengan teknik pengendalian suhu pada rumah jamur,telah menghasilkan dalam skala laboratorium hasil panen jamur kuping mencapai 84.8 % dari berat media. Sedangkan hasil panen jamur tiram mencapai 78.2 %, dengan pengendalian suhu 17 o C, juga menghasilkan panen yang terbesar, yaitu 424 gram untuk jamur kuping dan 391 gram untuk jamur tiram per bag log. Pertumbuhan jamur akan lebih cepat pada rumah jamur dengan suhu 21 o C dan ada kecenderungan bahwa pertumbuhan jamur di dalam rumah jamur dengan suhu terkendali, memberikan hasil yang lebih baik yaitu diameter Pileus dan diameter Stipa yang lebih lebar dan lebih tebal. Dari uraian di atas, maka sudah saatnya bagi para pengusaha Jamur untuk menggunakan Teknologi pengendalian suhu dalam budidaya jamur. kata kunci : pengendalian suhu pada rumah jamur SUMMARY Cultivation of Tiram Mushroom and kuping Mushroom usually done at high land about 800 m above sea level. That s why the Mushroom s Farmers always using high land for example land at Puncak or at Dieng Mountain and another high land. We need new inovation, how the farmers could doing Tiram Mushroom and Kuping Mushroom cultivation at the lower land using temperature control technology which has done at Japan or western countries. Japan has developed Temperature control technology about 15 o C for Mushroom cultivation using Refrigeration machine which temperature control at 15 o C. There for the mushroom cultivation could be done at lower land. At this paper will describe about reseach which has done at Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agriculture Institute (IPB Bogor). Sri Daryani et al (1999) has found on her reseach that Mushroom in the green house which temperature control give harvest result about 84.8% of mushroom baglog weight. The result of Tiram Mushroom harvest is 78.2 %, at temperature control abaout 17 o C, Also give the greatest harvest 424 gram of kuping Mushroom and 391 gram of Tiram Mushroom for every bag log, Mushroom grows faster at Green house by temperature of 21 o C, diameter of Pileus wider and diameter of Stipa more thick. So, this time the mushroom farmers could do mushroom cultivation on the lower land by using temperature control green house. key word : temperature control for mushroom green house A R T I K E L PANGAN 189

I. PENDAHULUAN S alah satu produk hortikultura yang berpeluang untuk ditumbuhkembangkan adalah produk jamur kayu untuk konsumsi. Terdapat beberapa jenis jamur kayu yang dibudidayakan, yaitu Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus), Jamur Abalone (Pleurotus abalonus), Jamur Kuping (Auricularia polytricha) dan Lingzhi (Ganoderma lucidum). Jamur merupakan salah satu makanan yang digemari karena rasanya yang lezat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu yang memiliki citarasa dan tekstur yang spesifik, juga mengandung asam amino yang cukup lengkap (Chang and Buswell, 1993). Tubuh buah jamur tiram mengandung protein 30.4%, lemak 2.2%, karbohidrat 57.6%, serta sisanya adalah serat dan abu. kandungan vitaminnya meliputi thiamin, riboflavin dan niasin (Chang dkk., 1993). mengakibatkan adanya penurunan kelembaban udara yang terlalu cepat sehingga permukaan bag log cepat kering. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama kadar air medium tumbuh jamur cepat turun dibawah batas toleransinya sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga kadar air medium tumbuh berada pada batas optimumnya meskipun terjadi penurunan suhu sampai mencapai suhu optimum. 1.1. Ruang Tumbuh (i) Syarat Tumbuh Jamur Lokasi ideal jamur yaitu 800 m dpl dan RH 60-90 %. Walaupun kebanyakan jamur kuping dan tiram dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 0 C. kondisi pertumbuhan optimum dicapai pada kisaran suhu 16-22 0 C (Daryani, 1999). (ii) Budidaya Jamur Proses budidaya jamur dipengaruhi oleh Tabel 1. Kandungan Protein dan Karbohidrat Jamur Kuping dan Jamur Tiram Sumber : Chang dan Hayes (1978) Pada umumnya petani membudidayakan jamur dalam rumah tanaman yang dirancang sederhana dengan tujuan menciptakan suhu lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan jamur dan faktor cuaca merupakan pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Untuk menghindarkan ketergantungan tersebut, diperlukan ruang tumbuh dengan pengendalian suhu selama masa budidaya. Hal ini telah diteliti dan dilakukan, ternyata budidaya jamur dengan pengendalian suhu memperlihatkan adanya peningkatan produksi. Berdasarkan penelitian Daryani, 1999,produksi jamur kuping mengalami peningkatan sebesar 1.5 kali lipat pada suhu 21 0 C dengan penampilan yang lebih bersih. Pengendalian suhu pada nilai optimum media tanam dan lingkungan yang dapat dikontrol selama proses budidaya terutama saat pertumbuhan buah dan periode penanaman (iii) Media Tumbuh Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam budidaya jamur tiram putih dapat berupa batang kayu yang sudah kering, jerami, serbuk gergaji, campuran serbuk gergaji dan jerami, ataupun alang-alang (Cahyana,1997). Jamur tiram termasuk organisme heterotrofik, yaitu organisme yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, sehingga perlu ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein;kapur sebagai sumber mineral dan sebagai bahan untuk mengokohkan media (Cahyana dkk., 1997). PANGAN 190

Untuk menghasilkan jamur dengan kualitas yang baik, maka kadar air dan ph media tumbuh jamur harus diatur. Menurut Vilela dan Silverio (1982, dalam Daryani, 1999) kadar air pada substrat serbuk gergaji untuk pertumbuhan Auricularia adalah 65-70%. Tingkat keasaman media tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. ph media perlu diatur antara ph 6-7 dengan menggunakan kapur. Pertumbuhan jamur akan terhambat apabila ph media terlalu tinggi atau terlalu rendah, bahkan akan memungkinkan tumbuhnya jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram tersebut. 1.2. Lingkungan (i) Suhu Miselia akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 24-25 0 C, pertumbuhannya menjadi lambat pada suhu dibawah 5 0 C dan tidak ada pertumbuhan sama sekali pada suhu diatas 35 40 0 C (kinugawa, 1993). (ii) Kelembaban (RH) Kelembaban relatif udara yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah adalah 80-85 % (young dan Leong; 1983 dalam Daryani 1999). (iii) Oksigen dan Karbondioksida Oksigen dan karbondioksida merupakan bagian dari udara yang sangat penting bagi pertumbuhan jamur, miselia tumbuh pada konsentrasi 0.1 sampai 0.5 % CO 2 (San Antonio dan Thomas; 1972 dalam Miles, 1993). II. RANCANGAN SISTEM PENGEN- DALIAN (Krissandi, 1999) Rancangan system pengendalian suhu (Krissandi, 1999) pada rumah tanaman jamur dengan logika fuzzy ini meliputi unit pendingin (AC), rumah tanaman, sensor, interface PCL 812PG, komputer mikro, aktuator dan catu daya. (i) Unit Pendingin. Berfungsi sebagai sumber udara dingin dengan kemampuan pendingin 1.5 PK. Unit pendingin ini dilengkapi dengan dua buah blower,yaitu blower kompresor dan blower evaporator dengan daya masing-masing 1100 watt dan 3708 watt. Dari kedua blower tersebut yang dikontrol hanya blower evaporator yang selanjutnya disebut blower utama. (ii) Rumah Tanaman. Ruangan ini berbentuk kotak berukuran (65x55x75) cm 3 dan berjumlah tiga buah. Rumah Tanaman berfungsi sebagai tempat budidaya jamur. Pada bagian belakang bawah masingmasing dipasang blower yang berfungsi untuk menarik udara dingin yang masuk ke dalam ruangan. Ketiga blower ini mempunyai daya yang sama yaitu sebesar 14 watt. (iii) Sensor Suhu. Berfungsi untuk mengukur suhu sebagai input bagi komputer. Sensor suhu yang digunakan adalah diode silicon yang mempunyai linieritas tinggi dan mampu mengukur suhu pada kisaran - 50 o C sampai 200 o C. Sensor suhu yang dibuat sebanyak enam buah,yaitu tiga sensor suhu bola kering dan tiga buah sensor suhu bola basah. Setiap ruangan masing-masing mendapat satu pasang. (iv) Unit Komputer. Berfungsi sebagai pusat pengolahan dan penyimpanan data selama pengontrolan berlangsung. Komputer yang digunakan adalah komputer mikro yang dilengkapi dengan interface jenis PCL-812PG. Di dalamnya telah mencakup ADC (Analog to Digital Converter) dan DAC (Digital to Analaog Converter) dengan resolusi 12 bit untuk delapan analog input dan 16 bit digital output. Interface ini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perangkat luar,seperti sensor dan aktuator dengan komputer. (v) Aktuator (Rele). Berfungsi sebagai saklar untuk memutuskan atau menyambungkan arus listrik yang masuk ke blower. Kondisi on/off tersebut ditentukan berdasarkan output digital dari komputer. Digunakan sebanyak empat buah actuator untuk keempat buah blower yang dikontrol. Komponen penyusun aktuator ini adalah transistor D313, resistor 1K, dioda IN4148 dan rele. (vi) Catu Daya. Berfungsi sebagai tegangan untuk peralatan control terutama sensor suhu dan aktuator (rele). Besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk peralatan. PANGAN 191

Rangkaian sistem pengendali suhu rumah tanaman jamur dapat dilihat pada Gambar 1, dan Rumah tanaman jamur dengan suhu terkendali dapat dilihat pada Gambar 2. AC RI RII RIII S E N S O R CATU DAYA INTERFACE KOMPUTER AKTUATOR Gambar 1. Rangkaian Sistem Pengendali Suhu Rumah Jamur Gambar 2. Rumah Jamur (RI, RII dan RIII) dengan Suhu Terkendali pada 17 o C, 19 o C dan 21 o C. PANGAN 192

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil panen jamur kuping dan jamur Tiram sebagai berikut (Daryani, 1999) : 395 RERATA BERAT TOTAL HASIL PANEN JAMUR TIRAM PADA MASING MASING KONDISI SUHU BERA JAMUR (GRAM) 390 385 380 375 370 365 360 355 350 Hasil Panen 345 1 2 3 Kondisi Suhu Ruang ( 1=17C, 2 = 19C, 3 =21C ) Gambar 3. Hasil Panen Jamur Tiram (maks. 391 gram pada suhu 17 o C) 440 RERATA BERAT TOTAL PANEN JAMUR KUPING PADA MASING MASING KONDISI SUHU RUANG 420 BERA JAMUR (GRAM) 400 380 360 340 320 1 2 3 Kondisi Suhu Ruang ( 1= 17C, 2= 19C, 3 = 21C) Gambar 4. Hasil Panen Jamur Kuping (maks.424 gram pada suhu 17 o C) PANGAN 193

Gambar 5. Perbandingan Diameter Pileus Jamur Tiram Yang Alami dengan yang di dalam Rumah Jamur dengan Suhu Terkendali. Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa hasil panen jamur Tiram seberat 391 gram, merupakan hasil panen terbesar pada perlakuan suhu 17 o C. Sedangkan panen jamur kuping terbesar adalah 424 gr, terjadi pada pengendalian suhu 17 o C (lihat Gambar 4.). Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu 17 o C pada budidaya jamur kuping dan jamur tiram, menghasilkan panen terbesar (maksimum). Hasil lainnya adalah sebagaimana terlihat pada gambar-5, Pertumbuhan jamur akan lebih cepat pada rumah jamur dengan suhu 21 o C lebih lebar dan lebih tebal. Dengan demikian, sangatlah baik prospek membangun industri pertanian tanaman jamur dengan mengunakan teknologi pengendalian suhu, sehingga usaha tersebut akan membuka lapangan kerja baru. Selain itu, pasar jamur masih terbuka luas, baik untuk pasar lokal maupun pasar luar negri. Berikut kami kutip dari Website AGRINA Inspirasi Agribisnis Indonesia tentang kebutuhan Jamur untuk pasar luar negri. Tabel 2. Kebutuhan Jamur Pasar Luar Negri Rata-rata Permintaan Ekspor per Bulan Sumber : MAJI, 2007 (dalam AGRINA) dan Ada kecenderungan bahwa, pertumbuhan jamur di dalam rumah jamur dengan suhu terkendali, memberikan hasil yang lebih baik yaitu diameter Pileus dan diameter Stipa yang Bahkan menurut MAJI (Masyarakat Jamur Indonesia), untuk pasar lokal saja belum terpenuhi, berapapun produksi jamur, selalu habis diserap di pasar lokal. PANGAN 194

IV. PENUTUP Budidaya jamur Tiram dan jamur Kuping dengan teknik Penegendalian suhu pada Rumah jamur dengan suhu 17 o C Memberikan hasil panen maksimum Jamur kuping seberat 424 gram tiap baglog, 391 gram jamur tiram tiap bag log. Hasil lainnya adalah, ternyata Pertumbuhan jamur akan lebih cepat pada rumah jamur dengan suhu 21 o C dan Ada kecenderungan bahwa, pertumbuhan jamur di dalam rumah jamur dengan suhu terkendali, memberikan hasil yang lebih baik yaitu diameter Pileus dan diameter Stipa yang lebih lebar dan lebih tebal. Hasil tersebut di atas memberikan gambaran yang jelas dan memiliki prospek yang bagus bagi usaha budidaya jamur di dataran rendah dengan menggunakan teknologi pengendalian suhu, terutama untuk jenis jenis jamur yang memiliki nilai jual yang tinggi. Apalagi kebutuhan pasar jamur dalam negri dan luar negri masih terbuka luas. DAFTAR PUSTAKA Chang, S.T. dan Hayes, W.A. 1978. The Biology and Cultivation of Edible Mushroom.Academic Press, New York. Chang. S.T, Jhon A. Buswell, Philip.G. Miles dan Gordon 1993. Genetocs and Breeding of Edible Mushrooms. Breac Science Publishers, USA America. Dadang dan Selamet R. 2007. Bisnis Jamur Bikin Tergiur., http://www.agrina-online.com/show article.php?rid=7&aid=1009. Daryani, S. 1999. Pertumbuhan Jamur Kuping Dan Jamur Tiram Dalam Rumah Tanaman Dengan Suhu Terkendali. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kinugawa, K. 1993. Physiology And The Breeding Of Flammulina Velutipes, In:Chang, S.T, J.A. Buswell, P.G. Miles. Genetics And Breeding Of Edible Mushroom. Gordon And Breach Science Publishers., Amsterdam, Netherland. Krissandi. W, 1999. Pengendalian Suhu pada Rumah Tanaman Jamur dengan sistem kendali Fuzzy, Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor Miles, P.G. 1993. Biological Background For Mushroom Breeding, In:Chang, S.T, J.A. Buswell, P.G. Miles. Genetics And Breeding Of Edible Mushroom. Gordon And Breach Science Publishers., Amsterdam, Netherland. Y.A. Cahyana, Muchrodji, M. Bakrun. 1997. Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta. BIODATA PENULIS : Mad Yamin adalah seorang dosen di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Beliau menyelesaikan pendidikan terakhir sebagai Magister Teknik Instrumentasi di Institut Teknologi Bandung. PANGAN 195