BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal. 1. kecenderungan akhir-akhir ini. Termasuk juga pondok pesantren Salafiyah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan tersebar hampir di seluruh nusantara. Amal usaha. perguruan tinggi yang berjumlah 172 buah 1.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

ﻊ ﻣ اﻮ ﻌﻛ را و ة ﻛﺎ ﺰلا اﻮ ﺗآ و ةﻼ ﺼلا اﻮ ﻤﻴ أ و ﻌ ﻛا ﺮلا

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. utama memiliki peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PUNISHMENT DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAH DI DAYAH DARUL MUTA ALIMIN SKRIPSI. Diajukan Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang cukup berarti terhadap perkembangan anak didik.

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan karena seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

Sebuah hadis mengatakan bahwa shalat

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (al-qattan, 1973: 11). Di dalam al-qur an Allah menjelaskan beberapa ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipahami, dimengerti, dan merasakan segala sesuatu yang ia alami. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti selera Kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya, dari perspektif metodik, pesantren terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam mengajarkan kitab-kitab klasik. Kelompok kedua adalah pesantren yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang dikembangkan pendidikan formal. Kelompok ketiga adalah kelompok pesantren yang bersifat tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal. 1 Dibandingkan kelompok pertama dan kedua, model pesantren pada kelompok ketiga itu menjadi kecenderungan akhir-akhir ini. Termasuk juga pondok pesantren Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan. Kajian sama halnya dengan pembelajaran, namun kajian disini lebih kerap dikenal dengan hal yang berhubungan dengan agama. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, dimana pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan 1 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 150. 1

2 mudah. Oleh karena itu pembelajaran dapat didefinisikan sebagaimana hubungan antara pengajar (guru) dan pihak yang di ajar (siswa) sehingga terjadi suasana yang kondusif, pihak siswa aktif belajar dan pihak guru aktif mengajar. 2 Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut dengan prestasi belajar atau hasil belajar (Nana Sudjana: 1991). Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator hasil belajar. 3 Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan program belajar yang optimal, sehingga terwujud proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Belajar merupakan proses yang sangat penting dilakukan oleh siswa, karena tanpa adanya hasil belajar yang memadai mereka akan kesulitan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam masyarakat. 4 Hasil belajar siswa juga dapat berupa penilaian yang berupa angka sebagai indeks prestasi untuk mengetahui keberhasilan siswa. Hasil penilaian memberikan informasi balik, baik siswa maupun guru. Informasi tersebut memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kelemahan-kelemahan serta kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan guru. Kelemahan dalam hasil belajar ditafsirkan sebagai kurang tercapainya tujuan pengajaran. Dengan kata lain, ada sejumlah tujuan 2 Iskandar W, Kumpulan Pemikiran dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 37. 3 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 3. 4 Isma il SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam bebasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 30.

3 yang mungkin tidak tercapai atau kurang mencapai target yang direncanakan sebelumnya. 5 Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada dorongan siswa yang diamati dan di ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Hasil belajar ini dapat dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah merupakan nama sebuah kitab fikih. Fikih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang membahas langsung tentang tata cara ibadah dan hubungan sosial dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Fikih merupakan ilmu yang sering dan akan diterapkan setiap harinya, seperti bersesuci; baik hadats kecil maupun besar, shalat, puasa dan semua yang berkaitan dengan hal Ubudiyah, Muammalah, Munakahat dan juga Jinayat (tindak kriminal). Dengan demikian ibadah seseorang tidak akan diterima, misalkan shalat, zakat, atau puasa apabila tidak mengetahui hukum atau aturan-aturan dan tata caranya yang benar yang bersifat teknis, dari sinilah urgensinya ilmu fikih. Karena itu menjadi fardhu ain bagi seorang Muslim untuk mempelajari dan menguasainya agar ibadah yang dilakukannya bisa sah, diterima dan yakin pelaksanaannya. 5 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 234.

4 Materi-materi fikih mayoritas mengajarkan bagaimana tata cara melakukan ibadah amaliah sehari-hari terutama dalam hal ibadah shalat. Shalat merupakan penghubung seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT. Dari sinilah shalat dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya. 6 Bahkan dalam al-quran telah dijelaskan bahwa shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, seperti yang terkandung dalam surat Al- Ankabut ayat 45 yang berbunyi: ات ل م ا أ وح ي إ ل ي ك م ن ال ك ت اب و أ ق م الص الة إ ن الص الة ت ن ه ى ع ن ال ف ح ش اء )٥٤ )العنكبوت : و ال م ن ك ر و ل ذ ك ر الل و أ ك ب ر و الل و ي ع ل م م ا ت ص ن ع و ن Artinya: Bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 7 6 Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhan Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah; Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-2, h. 145. 7 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2011), cet. Ke-20, h. 401.

5 Adapun shalat yang dapat menahan dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang dilakukan dengan benar dalam bentuk sesempurna mungkin; baik itu dengan cara memenuhi rukun, syarat dan wajib serta hal-hal yang menyempurnakan shalat. Shalat adalah jatidiri dalam diri seorang Muslim. Barang siapa menyianyiakannya, maka tidak ada gunanya dia sebagai Muslim, dia akan disebut orang Kafir atau murtad. Shalat adalah bagian daripada anggota badan. 8 Shalat adalah tiang agama, prosentase kekokohan tiang agama kita itu dimulai dari bagaimana kita melakukan shalat dengan benar, sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dewasa ini, ada sebagian orang yang melakukan shalat hanya dengan gerakannya saja sehingga ia belum di anggap telah melakukan shalat. Hal ini terjadi karena ia tidak paham dan tidak mendalami perkara agama. Akibatnya, ada rukun yang kurang atau ada bacaan yang tidak di baca dengan baik, padahal wajib sesuai dengan tuntutan syari ah. Maka seakan-akan dia belum shalat karena shalatnya rusak. Maka dari itu hendaklah kita membenahi shalat kita, mulai takbiratul ihram, sujud, rukuk dan bacaan-bacaannya hingga salam dan mereformasi shalat kita sehingga sesuai dengan petunjuk aslinya yaitu petunjuk dari Rasulullah SAW. 8 Muhammad Rawwas Qal ajhi, Mausu ah Fiqhi Umar Ibnil Khatab r.a; Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khathab r.a, diterjemahkan oleh: M. Abdul Mujib AS, et.al, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 498.

6 Shalat yang sempurna adalah shalat yang sesuai dengan petunjuk (hadits) Rasul, dengan menghadirkan hati dan menunaikan apa yang seharusnya dilakukan dengan khusyu dan menghadirkan kehadiran Allah serta ikhlas dalam melakukannya. Namun keikhlasan dalam beribadah saja tidak menjamin keabsahan suatu ibadah tersebut; melainkan juga harus mengetahui ilmu tentangnya. Sebab setiap seseorang yang beramal tanpa ilmu, maka akan tertolak dan tidak diterima. Dari sini dapat disimpulkan bahwa orang yang melaksanakan shalat haruslah mengetahui rukun dan syarat-syaratnya, serta memahami dengan benar sesuai ketentuan. Jika seseorang telah memiliki atau mengetahui ilmu tentang shalat, kemudian melakukannya dengan menghadirkan hati; maka Insya Allah akan menciptakan dalam relung kalbunya suatu rahasia yang menjadikannya melakukan yang makruf dan tercegah dari yang mungkar. Dengannya ia akan gemar kepada ketaatan, dan benci kepada beragam kemaksiatan. Bila hal ini terjadi, berarti shalatnya telah berfungsi memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, akhlak menjadi baik dan ikhlas beramal. Semua tergantung pada masing-masing diri kita. Setiap pribadi bertanggung jawab atas amalnya sendiri-sendiri, ia tidak akan bertanggung jawab atas amalan orang lain dan tidak akan dibebani beban orang lain. Maka dari sinilah sangat penting bagi seorang makhluk hidup mengetahui dan memperdalam pemahaman ibadah shalat yang sesuai dengan aturan syara, khususnya shalat maktubah (shalat yang diwajibkan).

7 Berdasarkan penelitian, di Pondok Pesantren Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan ini, ilmu fikih merupakan mata pelajaran wajib sehingga jam pelajaran fikih lebih banyak dibanding kajian lainnya, karena ilmu fikih dirasa sangat penting mengandung berbagai implikasi konkrit bagi pelaku keseharian individu maupun masyarakat. Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah ini merupakan kitab fikih yang sangat mendasar bagi pemula yang ingin belajar, jadi tidak jauh kemungkinan bahwa terdapat kasus yang tidak diterangkan dalam kitab ini. Maka peneliti tergerak untuk melakukan sebuah penelitian terkait dengan isi kandungan kitab ini. Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah ini menjelaskan tentang ilmu-ilmu fikih (hukum agama) meliputi thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. Namun karena keterbatasan waktu, peneliti memilih untuk mengkaji lebih dalam tentang bab shalat dalam kitab ini, khususnya shalat maktubah. Peneliti ingin mengetahui adakah hubungan yang siginifikan antara kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah ini dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah, yang dikolaborasikan dengan beberapa metode yang diterapkan di pesantren ini. Apakah kitab yang cukup mendasar ini sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan atau tidak demi ketepatan suatu ibadah, khususnya ibadah shalat maktubah yang merupakan ibadah amaliah sehari-hari. Dengan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Kajian Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah Dengan Pemahaman Santri Tentang Ibadah Shalat Maktubah Di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan: 1. Bagaimanakah pelaksanaan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan tahun 2014-2015? 2. Bagaimanakah pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah? 3. Adakah hubungan antara kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan tahun 2014-2015. 2. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah. 3. Untuk mengetahui hubungan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan.

9 D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat yang akan di peroleh melalui penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Akademik Ilmiah Hasil peneltitan ini di harapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan dan mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2. Manfaat Sosial Praktis 1) Informasi dari hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan dalam mengembangkan visi, misi serta tujuan pendidikan. 2) Diharapkan dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan pembinaan pengembangan sikap keberagaman pada santri serta untuk kemajuan pada bidang pendidikan. 3) Penelitian ini di harapkan dapat membantu santri menjadi insan kamil sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk peneliti sendiri, di harapkan dapat di jadikan sebagai ilmu pengetahuan serta pengalaman yang berharga untuk masa depan.

10 E. Hipotesis Penelitian Istilah hipotesis berasal dari kata Hypo yang artinya di bawah dan Thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesa artinya di bawah kebenaran atau kebenarannya masih perlu di uji lagi. 9 Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai data terkumpul. 10 Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas, hipotesis itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Hipotesis Awal (Hipotesis Nol) Hipotesis awal merupakan hipotesis yang mengandung pernyataan yang menyangkal dan biasanya ditulis dengan (Ho) 2. Hipotesis Alternatif (HipotesiS Kerja) Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah: a. Hipotesis Awal yaitu menyatakan adanya hubungan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan. b. Hipotesis alternatif yaitu menyatakan tidak adanya hubungan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan. 9 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. Ke-13, h. 17. 10 Ibid., h. 2.

11 F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah 1. Ruang Lingkup Penelitian Variabel dalam penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 11 Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan sebagai berikut: 1) Obyek dari penelitian ini adalah kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dan hubungannya dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah di Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan. 2) Subyek Penelitian ini adalah seluruh santri putri kelas II Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan tahun ajaran 2014-2015. Pemilihan subyek populasi kelas II, dikarenakan kelas I dadiyah masih mempelajari Jilid satu yang isinya masih seputar perkenalan dasar tentang pelajaran jilid selanjutnya, dan kelas I masih pendalaman jilid satu dan melanjutkan jilid dua, sedangkan apabila penulis memilih kelas III keatas sudah tidak menggunakan kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah. 3) Karena penelitian ini termasuk kuantitatif, maka harus menggunakan dua variabel; yaitu variabel X dan Y. Variabel X adalah kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dan variabel Y adalah pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah yang diperoleh dari hasil perolehan angket, observasi dan interview. 11 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 71.

12 2. Keterbatasan Penelitian Dalam keterbatasan penelitian ini penulis menjalankan adanya kualitas dan kuantitas Pondok Pesantren Putri Salafiyah Sa idiyah Arosbaya Bangkalan, macam-macam kualitas meliputi: a. Sejarah berdirinya b. Visi dan Misi c. Struktur Organisasi Pondok Pesantren d. Jalur dan Jenis Pendidikan e. Kurikulum dan Pembelajaran Sedangkan macam-macam kuantitas itu, meliputi: a. Keadaan Pengajar dan Pengurus b. Keadaan Santri c. Keadaan Sarana dan Prasarana Sebenarnya masih banyak kualitas dan kuantitas yang ada di pesantren ini, namun karena keterbatasan waktu penelitian, maka peneliti hanya meneliti sebatas yang telah disebutkan di atas.

13 G. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda, maka pada penelitian ini perlu ditegaskan beberapa istilah, diantaranya sebagai berikut: 1. Hubungan Hubungan adalah keadaan yang berhubungan (keadaan yang berangkai antara yang satu dengan yang lain). 12 2. Kajian Kajian berasal dari kata kaji yang mendapat imbuhan-an sehingga menjadi kata-kata kajian. Dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pelajaran, telaah ilmu atau hasil penelitian (terutama dalam hal agama). 13 3. Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah Kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah adalah kitab yang berisi ilmu-ilmu fikih menyangkut perihal ibadah mengenai pengenalan dan pemahaman tentang tata cara thaharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji madzhab Imam Syafi i, yang terdiri dari empat juz atau jilid dan ditulis oleh Umar Abdul Jabbar. 4. Pemahaman Pemahaman (comprehension) menurut Suharismi Arikunto adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), 12 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 358. 13 Poewirdanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 433.

14 menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan memperkirakan. 14 Dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan konsep. 5. Santri Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan ilmu agama Islam di suatu tempat yang dinamakan pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta, shastri yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Adapula yang mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu, begawan atau resi, seorang cantrik di beri upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di Pondok Pesantren, sebagai konsekuensinya ketua Pondok Pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut. 15 6. Ibadah Shalat Maktubah Ibadah shalat, menurut bahasa; kata ibadah berarti patuh (al-tha ah), dan tunduk (al-khudlu). Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri. 14 Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-IX, h. 118. 15 Makhfudli Ferry Efendi, Keperawatan Kesehatan Komunitas; Teori dan Praktik dalam Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 313.

15 Menurut Al-Azhari, kata ibadah tidak dapat di sebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah. 16 Shalat menurut bahasa berarti doa, sedang menurut syara berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah; karena takwa hamba kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-nya dengan khusyu dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan. 17 Shalat maktubah adalah shalat yang telah di tentukan waktunya oleh Allah, yaitu dhuhur, ashar, maghrib, isya dan shubuh. 7. Pondok Pesantren Pondok Pesantren terdiri dari dua kata yaitu pondok dan pesantren, pesantren adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata pondok juga berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti hotel atau asrama. 18 8. Salafiyah Sa idiyah Salafiyah Sa idiyah adalah nama sebuah pesantren yang terletak di Jalan Aermata Buduran Arosbaya Bangkalan Madura. 16 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, h. 17. 17 Moh, Rifa i, Mutiara Fiqih, (Semarang: CV. Toha Putra, 1978), h. 79. 18 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), H. 18.

16 H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini, meliputi: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas landasan teori meliputi: tinjauan tentang kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah, tinjauan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah, tinjauan tentang konsep ibadah shalat dalam kitab Mabadi Al- Fiqhiyyah, tinjauan tentang hubungan kajian kitab Mabadi Al-Fiqhiyyah dengan pemahaman santri tentang ibadah shalat maktubah. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisikan metode penelitian meliputi: rancangan penelitian, jenis penelitian dan sumber data, teknik penentuan sumber data, teknik instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini berisikan penjelasan tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah di uraikan pada

17 bab tiga, yaitu tentang deskripsi data yang meliputi latar belakang dan obyek penyajian data. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saransaran yang berkaitan dengan penelitian.