RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

2013, No.98 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh

2 penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagai praktek industri yang berorientasi pada keuntungan semata dan mengabaikan kepentingankepentingan para Penerima

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR Nomor 7 Tahun 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2016

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

RRANCANGA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM MASYARAKAT MISKIN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 015 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI WARGA MISKIN KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Re

BUPATI BREBES PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

NOMOR 10 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

BERITA NEGARA. No.870, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Bantuan Hukum. Syarat. Tata Cara. Penyaluran Dana. Peraturan Pelaksanaan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

SALAM JUANG Fiat Justitia Ruat Coelum PIMPINAN PUSAT POSBAKUMADIN,

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM FAKIR MISKIN

TENTANG. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT KURANG MAMPU

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

fvlenimbang: a. bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.870, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Bantuan Hukum. Syarat. Tata Cara. Penyaluran Dana. Peraturan Pelaksanaan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5248); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. 2. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. 3. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum 1

berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. 4. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. 6. Litigasi adalah proses penanganan perkara atau kasus hukum yang dilakukan melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya. 7. Nonlitigasi adalah proses penanganan perkara atau kasus hukum yang dilakukan di luar jalur pengadilan untuk menyelesaikannya. 8. Verifikasi dan Akreditasi adalah proses penilaian dan penetapan kelayakan lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan sebagai Pemberi Bantuan Hukum. Perlu diputuskan apakah perkara atau kasus BAB II SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Syarat Pemberian Bantuan Hukum Pasal 2 Pemberian bantuan hukum dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri tentang Standar Bantuan Hukum. (1) Pemberian bantuan hukum harus memenuhi Standar Bantuan Hukum yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 3 (1) Bantuan Hukum diberikan kepada orang atau kelompok orang miskin yang dibuktikan dengan menunjukkan bukti Surat Keterangan Tidak Mampu yang dikeluarkan oleh lurah/kepala desa, atau pejabat setingkat. (2) Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Raskin atau sejenisnya dapat berlaku sebagai Surat Keterangan Tidak Mampu. 2

(3) Dalam hal calon penerima bantuan tidak memiliki identitas, Lurah/Kepala Desa di tempat kejadian perkara wajib mengeluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum. Pasal 4 Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak memiliki identitas resmi, maka penerima dapat mengajukan alamat sementara secara tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan dimana pemberi bantuan hukum berdomisili. Pasal 5 (1) Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbadan hukum; b. terakreditasi; c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; d. memiliki pengurus; e. memiliki program Bantuan Hukum; dan f. tidak berafiliasi ke partai politik. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf a adalah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM atau Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf b adalah telah memenuhi persyaratan administrasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf c adalah memiliki kantor tetap dan alamat yang jelas dibuktikan dengan surat-surat yang sah. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf d adalah memiliki ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota yang dituangkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, serta advokat yang mempunyai izin beracara. (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf e adalah mempunyai program Bantuan Hukum sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Bantuan Hukum. 3

(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf f adalah partai politik baik yang telah lulus verifikasi maupun yang belum lulus verifikasi di Kementerian. Pasal 6 Pemberi Bantuan Hukum yang akan menerima dana Bantuan Hukum harus lulus Verifikasi dan Akreditasi. Pasal 7 (1) Verifikasi dan Akreditasi Pemberi Bantuan Hukum dilakukan oleh Panitia yang dibentuk oleh Menteri. (2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, panitia bersifat independen yang berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia. Pasal 8 Panitia bertugas menyeleksi dan mengevaluasi calon Pemberi Bantuan Hukum untuk memenuhi kelayakan sebagai pemberi Bantuan Hukum dalam melaksanakan kegiatan Bantuan Hukum. Pasal 9 (1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mempunyai susunan keanggotaan yang terdiri atas: a. 1 (satu) orang ketua dari Kementerian; b. 1 (satu) orang sekretaris; c. 5 (lima) orang anggota. (2) Panitia Verifikasi dan Akreditasi terdiri atas: a. 2 (dua) orang dari Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia; b. 2 (dua) orang Akademisi; c. 2 (dua) orang tokoh masyarakat; dan d. 1 (satu) orang dari lembaga atau organisasi yang memberi layanan Bantuan Hukum. (3) Panitia Verifikasi dan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertanggungjawab kepada Menteri. 4

(4) Untuk dapat diangkat sebagai anggota panitia verifikasi dan akreditasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia yang setia kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. berusia minimal 35 (tiga puluh lima) tahun dan maksimal 65 (enam puluh lima) tahun; c. memahami asas, tujuan, dan fungsi lembaga pemberi bantuan hukum; d. pendidikan minimal S1; dan e. khusus anggota dari organisasi Pemberi Bantuan Hukum, harus berpengalaman dalam pemberian bantuan hukum minimal 2 (dua) tahun dan tidak berafiliasi ke partai politik. Pasal 10 Panitia Verifikasi dan Akreditasi bersifat ad hoc dan ditetapkan dengan keputusan menteri. Pasal 11 Penetapan hasil Verifikasi dan Akreditasi bagi Pemberi Bantuan Hukum berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal ditetapkan. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas Verifikasi dan Akreditasi, panitia menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Pasal 13 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Panitia menjalankan fungsi memeriksa mengenai kebenaran dari sebuah laporan, pernyataan, keberadaan, menetapkan tingkat/kelas/ranking serta memberikan sertifikasi kelayakan sebagai Pemberi Bantuan Hukum. Pasal 14 Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi Panitia, dibantu sekretariat yang mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi. 5

Pasal 15 Sekretariat panitia sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 merupakan unit kerja di lingkungan Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada ketua panitia. Pasal 16 Sekretariat Panitia Verifikasi dan Akreditasi dipimpin oleh seorang Kepala ketua yang tugas dan fungsinya terkait dengan Bantuan Hukum di lingkungan Kementerian. Usulan: Ketua diganti Kepala Bagian Kedua Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Pasal 17 (1) Pemberian Bantuan hukum meliputi masalah hukum perdata, dan/atau masalah hukum pidana, dan/atau masalah hukum tata usaha negara baik secara litigasi maupun non litigasi (2) Pemberian Bantuan Hukum dilakukan secara litigasi dan non litigasi diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi persyaratan. (3) Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam sebuah kontrak. Pasal 18 (1) Pemohon Penerima Bantuan Hukum mengajukan permohonan bantuan hukum secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. identitas Penerima Bantuan Hukum, dan 6

b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum. Pasal 19 (1) Penerima Bantuan Hukum yang tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis dapat mengajukan permohonan secara lisan. (2) Permohonan secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk tertulis dengan dibantu oleh Pemberi Bantuan Hukum. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani atau dicap jempol oleh Penerima Bantuan Hukum. Pasal 20 (1) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kepastian pemberian Bantuan Hukum secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari. (2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya permohonan bantuan hukum. Usulan: Alasan penolakan harus dijelaskan Beberapa alasan: Dana sudah habis Data tidak benar Kerugian perkara tidak signifikan Satu orang penerima bantuan hukum, satu perkara Pasal 21 Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, berhak meminta surat kuasa dari penerima bantuan hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari. 7

Pasal 22 Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa. Pasal 23 (1) Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan oleh advokat dalam kepengurusan Pemberi Bantuan Hukum yang telah terverifikasi dan terakreditasi. Usulan: Ditambah: bersama-sama dengan paralegal, dosen dan mahasiswa (2) Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan dengan cara: a. pendampingan dan/atau kuasa hukum dimulai dari tingkat penyidikan kepolisian dan kejaksaan. b. pendampingan dan/atau kuasa hukum untuk memberikan Bantuan Hukum dalam penyelesaian perkara Penerima Bantuan Hukum di Pengadilan; c. pendampingan dan/atau kuasa hukum terhadap Penerima Bantuan Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara; atau (3) Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh paralegal dan/atau dosen dengan syarat melampirkan bukti tertulis pendelegasian dan/atau pendampingan dari advokat yang bersangkutan. - Pending Catatan: - Advokat bukan perorangan, tapi atas nama kelembagaan - Ditambah mahasiswa Pasal 24 (1) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi dapat dilakukan oleh advokat, paralegal, dosen dan mahasiswa dalam lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah terverifikasi dan terakreditasi (2) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan pada pelaku dan korban. (3) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi meliputi kegiatan : a. penyuluhan Hukum, yaitu salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan perundang undangan yang berlaku guna mewujudkan dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat. 8

b. konsultasi Hukum, yaitu pemberian pelayanan jasa hukum berupa nasihat, penjelasan, informasi atau petunjuk kepada anggota masyarakat yang mempunyai permasalahan hukum untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. investigasi kasus, yaitu upaya untuk mengungkap suatu kasus pelanggaran hukum sampai memperoleh informasi tentang kasus. d. pendokumentasian hukum, yaitu upaya penyimpanan data hukum, baik secara elektronik maupun non elektronik e. penelitian hukum, yaitu upaya sistematis dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengetahui berbagai permasalahan yang terkait dengan hukum. f. mediasi, yaitu upaya penyelesaian permasalahan hukum dengan menggunakan jasa pihak ketiga. g. negosiasi, yaitu pertemuan antara pihak-pihak yang berbeda kepentingan untuk mencapai kesepakatan bersama. h. pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi. i. pendampingan di luar pengadilan adalah suatu upaya atau proses pemberdayaan pelaku dan korban dalam menghadapi permasalahan hukumnya; dan/atau j. drafting dokumen hukum adalah penyusunan dokumen hukum secara profesional sebagaimana dikehendaki para pihak. BAB III TATA CARA PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Pengajuan Anggaran Dana Pasal 25 (1) Menteri mengajukan Rencana Anggaran Dana Penyelenggaraan Bantuan Hukum setiap tahun anggaran. (2) Rencana pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sejalan dengan: a. Rencana pembangunan jangka panjang, 9

b. Rencana pembangunan jangka menengah, dan c. Rencana kerja Pemerintah. (3) Rencana pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan Hak Asasi Manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan terkait keuangan negara. Pasal 26 Dalam pengajuan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Menteri wajib mempertimbangkan sisa anggaran yang tidak terserap karena kasus yang ditangani oleh Pemberi Bantuan Hukum belum selesai pada tahun anggaran sebelumnya. Pasal 27 Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran Bantuan Hukum kepada Penyelenggara Bantuan Hukum pada pertengahan tahun untuk tahun berikutnya. Usul: Dihapus dan Diganti: penambahan pasal 29 ayat 1 Pasal 28 Dana Bantuan Hukum diberikan berdasarkan jumlah kasus yang diajukan oleh Pemberi Bantuan Hukum di setiap provinsi. Usul: 1. Perkara 2. bukan diajukan, tapi disetujui Isi: Pengalokasian anggaran bantuan hukum kepada masing-masing pemberi bantuan hukum ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang dikuasakan dengan mempertimbangkan beberapa hal sbb: a. Total alokasi anggaran bantuan hukum per propinsi 10

b. Data historis penyelesaian pemberian bantuan hukum oleh masingmasing pemberi bantuan hukum c. Jumlah Kasus yang diajukan oleh pemberi bantuan hukum sebagai rencana kerja atau estimasi jumlah kasus/perkara yang akan diberikan bantuan hukum d. ketersediaan dana pendamping yang dianggarkan oleh pemberi bantuan hukum e. penilaian kinerja pemberi bantuan hukum pada tahun-tahun anggaran sebelumnya f. pelaporan dan pertanggung jawaban penggunaan dana bantuan hukum pada tahun-tahun anggaran sebelumnya g. kriteria lain yang dipandang perlu oleh menteri untjuk mencapai tujuan efisiensi dan efektifitas penyelenggaran bantuan hukum Pasal 29 (1) Pemberi Bantuan Hukum mengajukan rencana anggaran Bantuan Hukum kepada Menteri secara tertulis. Usul: Pemberi Bantuan Hukum mengajukan rencana anggaran Bantuan Hukum tahun anggaran berikutnya kepada menteri secara tertulis setelah rencana kerja anggaran kementerian disetujui DPR (2) Dalam pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemberi Bantuan Hukum harus melampirkan bukti lulus Verifikasi dan Akreditasi dari Menteri. (3) Pengajuan anggaran Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari Bantuan Hukum Litigasi dan Non Litigasi. (4) Pengajuan anggaran Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas Pemberi Bantuan Hukum b. Proposal dan jumlah kasus yang akan diberikan bantuan hukum Pasal 30 11

(1) Menteri atau pejabat yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap berkas pengajuan anggaran Bantuan Hukum. (2) Menteri atau pejabat yang berwenang memberitahukan hasil pemeriksaan berkas pengajuan anggaran Bantuan Hukum dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya berkas. Alternative Tambahan pasal: Dalam hal anggaran disetujui, dituangkan dalam suatu perjanjian Usulan: Pasal 31 (1) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Menteri atau pejabat berwenang wajib memberikan pernyataan secara tertulis mengenai kelengkapan persyaratan. (2) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum belum memenuhi persyaratan, berkas dikembalikan kepada Pemberi Bantuan Hukum untuk dilengkapi. (3) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum ditolak, Menteri atau pejabat berwenang wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis. Alasan harus diperjelas Bagian Kedua Pencairan Dana Pasal 32 Pencairan dana Bantuan Hukum dilakukan dengan Penunjukan Langsung kepada Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus Verifikasi dan Akreditasi mengacu pada Peraturan Pemerintah terkait Bantuan Hukum. Usulan: Pindah sebelum kontrak. 12

Pasal 33 (1) Pemberian dana Bantuan Hukum litigasi diberikan dengan mempertimbangkan jumlah kasus yang ditangani. (2) Pencairan dana Bantuan Hukum litigasi dihitung per kasus sampai kasusnya selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap. Catatan: Istilah yang cocok akan dicari reza Kemungkinan masuk pengertian dalam ketentuan umum Pasal 34 Pencairan Dana Bantuan Hukum litigasi dari Menteri kepada Pemberi Bantuan Hukum dilakukan dengan cara memberikan uang muka kepada Pemberi Bantuan Hukum sebesar 20% dari anggaran yang diajukan. Usulan: Seharusnya ada kata dapat dan maksimal Redaksinya: (1) pada awal tahun anggaran, pemberi bantuan hukum dapat memperoleh uang muka kerja pelaksanaan bantuan hukum sebesar maksimal 20 % dari anggaran yang ditetapkan oleh menteri atau pejabat yang berwenang (2) pemberian uang muka kerja dilaksanakan setelah pemberi bantuan hukum menyerahkan sertifikat garansi kepada menteri atua pejabat yang berwenang Catatan: 1. pilihan: uang muka atau reimburse Pasal 35 (1) Pencairan Dana Bantuan Hukum litigasi dapat dilakukan setelah penanganan kasus selesai dalam tahun anggaran berjalan. (2) penanganan kasus baru dalam tahun anggaran berjalan, dapat diajukan untuk dibayarkan tahun berikutnya setelah menyelesaikan kasus. Pasal 36 13

Pencairan dana Bantuan Hukum non litigasi diberikan per paket dengan minimal telah mengerjakan 5 (lima) kegiatan sebagaimana diatur dalam Pasal 24. Usulan: Telah mengerjakan artinya baru dibayar setelah 5 kegiatan. (berdasarkan prestasi) Frasa minimal 5 kegiatan Redaksi Pencairan dana bantuan hukum non litigasi dilaksanakan setelah menyelesaikan 1 (satu) atau lebih kegiatan sebagaimana diatur dalam pasal 24 berdasarkan perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. Pasal 37 Pencairan dana APBN dilaksanakan melalui unit kerja kementerian yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan pemberian bantuan hukum. Pasal 38 (1) Penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah anggaran yang dialokasikan untuk Kementerian. (3) Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan bantuan hukum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat di daerah yang bersangkutan. (4) Selain anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (3) dapat berasal dari hibah dan/atau bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat. Pasal 39 14

Pemberi Bantuan Hukum dalam menangani satu perkara hanya dapat memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Usulan: (1) Pemberian bantuan hukum per perkara hanya dapat dibiayai oleh salah satu sumber dana yaitu ABPN atau APBD (2) Pendanaan pemberian bantuan hukum per perkara berupa hibah atau bantuan lain yang tidak mengikat dapat dibeirkan bersamaan dengan sumber dana dari APBN atau APBD Disisipkan pasal baru Pengaturan lebih lanjut tentang tata cara penganggaran dan pelaksanaan anggaran bantuan hukum diatur dalam peraturan menteri keuangan. Usulan: Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Pasal 40 (1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pemberian Bantuan Hukum wajib dibukukan dan dilaporkan sesuai dengan standar akuntasi Pemerintahan yang berlaku dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait keuangan negara. (2) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum wajib dilaporkan kepada Menteri setiap akhir tahun anggaran. Akhir tahun anggaran diganti dengan triwulan atau semester (3) Jika realisasi pengeluaran kurang dari penerimaan, maka Pemberi Bantuan Hukum wajib mengembalikan sisa dana yang diterima. Ayat 3 akan dipindah ke depan dengan Usulan redaksi: (3) jika sampai dengan akhir tahun anggaran realisasi pengeluaran yang memenuhi syarat lebih kecil dari uang muka yang diterima maka pemberi bantuan hukum wajib mengembalikan sisa dana yang diterima. 15

Pasal 41 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 untuk perkara litigasi harus disertai: 1. Salinan putusan perkara yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap; 2. Perkembangan perkara yang sedang dalam proses penyelesaian; Alternative: Laporan pelaksanaan bantuan hukum perkara litigasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 harus disertai: 1. laporan jalannya proses persidangan (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, untuk non litigasi harus disertai laporan kegiatan yang telah dilaksanakan. Alternative: Laporan kegiatan non litigasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 harus disertai laporan kegiatan yang telah dilaksanakan Pasal 42 Menteri wajib menyampaikan laporan penggunaan anggaran pemberian bantuan hukum pada setiap akhir tahun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan pemberian bantuan hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 43 (1) Pemberi Bantuan Hukum wajib mengelola secara terpisah administrasi keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan administrasi keuangan lainnya. (2) Pemberi Bantuan Hukum wajib membuat dan menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan dana pemberian bantuan hukum kepada Menteri. 16

Usulan: (3) mekanisme pertanggungjawaban lebih lanjut diatur oleh Peraturan Menteri Hukum dan HAM Bagian Keempat Pengawasan Pasal 44 (1) Menteri bertanggung jawab melakukan pengawasan atas penerimaan dan penggunaan anggaran Bantuan Hukum yang dilakukan oleh Pemberi Bantuan Hukum di pusat dan daerah. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di daerah provinsi, kabupaten/kota dibantu oleh unit kerja kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan pemberian bantuan hukum. (3) Pengawasan penyelenggaraan Bantuan Hukum di daerah bekerjasama dengan pemerintah daerah. Usulan: Ada kerjasama dengan PA atau PN untuk memberikan pengawasan Pasal 45 Dalam hal ditemukan adanya penyalahgunaan penggunaan dana pemberian bantuan hukum, Menteri dapat meneruskan temuan tersebut kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Usulan ayat baru tentang kesalahan administrasi: Derajad masalah, dengan derajad sanksi. Pasal 46 Penerima Bantuan Hukum dapat melaporkan kepada Menteri atau kepada instansi yang berwenang di tingkat Pusat maupun di tingkat 17

Daerah dalam hal tidak mendapatkan haknya sesuai Pasal 12 Undang- Undang Bantuan Hukum. Pasal 47 Pemberi Bantuan Hukum wajib mencarikan advokat pengganti jika menelantarkan Penerima Bantuan Hukum. Pasal 48 Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum tidak bisa mencarikan advokat pengganti, Pemberi Batuan Hukum tidak dapat memperoleh dana Bantuan Hukum pada tahun berikutnya. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 49 (1) Penyelenggaraan Bantuan hukum yang selama ini dilaksanakan melalui Posbakum di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama dapat dilaksanakan untuk kelancaran pemberian bantuan hukum. (2) Dalam hal peningkatan pelayanan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dibentuk Posbakum baru selain di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah ini. Usulan PTUN dimasukkan redaksional: (..selain sampai pengadilan agama..) dihilangkan Istilah: 18

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 50 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan tentang Bantuan Hukum yang ada di berbagai Kementerian/Lembaga, dinyatakan tidak berlaku. Usulan Redaksi: Ketentuan/pengaturan mengenai bantuan hukum yang ada di berbagai K/L harus disesuiakn dengan PP ini paling lama.. Pasal 51 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Kementerian. Pasal 52 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal...2012 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta, Pada tanggal...2012 19

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR... 20

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM I. UMUM Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini disebut secara tegas dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun prinsip negara hukum adalah antara lain menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law), tidak terkecuali bagi orang atau kelompok miskin yang selama ini belum terjangkau oleh keadilan. Permasalahan hukum yang banyak menjerat orang atau kelompok miskin saat ini semakin kompleks sehingga menuntut Pemerintah untuk segera memperhatikan dan mengaturnya secara terencana, sistematik, berkesinambungan dan mengelolanya secara profesional. Oleh karena itu, adanya Peraturan Pemerintah mengenai Syarat dan Tata Cara Pemberian dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum ini, sebagai amanat dari Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang merupakan bagian dari penyelenggaraan bantuan hukum diarahkan dapat menjadi dasar hukum bagi penyusunan peraturan penyelenggaraan bantuan hukum di daerah serta mencegah terjadinya penyelenggaraan bantuan hukum sebagai praktek industri yang berorientasi pada keuntungan semata dan mengabaikan kepentingan-kepentingan para penerima bantuan hukum itu sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah ini pemberian bantuan hukum meliputi ranah pidana dan perdata, baik secara litigasi maupun non litigasi yang sepenuhnya dilakukan oleh Para Pemberi Bantuan Hukum yang terdiri dari Organisasi-organisasi Bantuan Hukum. Bahwa aturan mengenai para Pemberi Bantuan Hukum atau Organisasi Bantuan Hukum harus berbadan hukum, tidak dimaksudkan untuk membatasi hak konstitusional dan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi, akan tetapi hal ini harus dipahami sebagai suatu strategi nasional dalam manajemen organisasi yang profesional, efektif, dan berdaya saing serta untuk memudahkan dalam melakukan kerjasama dan koordinasi yang efektif, baik dengan Pemerintah dan 1

Pemerintah Daerah maupun antar sesama pemberi bantuan hukum atau organisasi bantuan hukum. Dengan kejelasan dan ketegasan pengaturan mengenai syarat pemberian bantuan hukum, tata cara pemberian bantuan hukum, pengajuan anggaran, pencairan dana dan pertanggungjawaban serta dengan berdasarkan prinsip ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan, kepercayaan, dan pertanggungjawaban, diharapkan Peraturan Pemerintah ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan bantuan hukum itu sendiri. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Yang dimaksud pejabat setingkat antara lain : Banjar, Kepala Nagari, Gampong, Kampung, Negeri atau dengan nama lain. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Ayat (2) 2

Ayat (3) Ayat (4) Surat-surat yang sah dimaksud adalah surat hak milik, sewa, pinjam pakai, hibah, wakaf, dan sebagainya Ayat (5) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang masih berlaku dan diakui oleh pengurus dan anggota. Bagi advokat yang beracara harus memiliki ijin dari Pengadilan Tinggi yang masih berlaku. Ayat (6) Program tersebut sudah ada sebelum Undang-Undang berlaku. Organisasi Pemberi Bantuan Hukum yang lahir setelah Undang-Undang ini baru dapat mengajukan anggaran bantuan hukum mulai tahun 2015. Program Bantuan Hukum yang dimaksud sekurang-kurangnya berisi tentang jumlah kasus yang ditangani termasuk yang melibatkan orang miskin, jenis kasus, waktu penanganan kasus, dan jumlah personalia yang menangani kasus. Usulan: OBH yang lahir setelah UU ini baru dapat mengajukan anggaran bantuan hukum setelah 2 tahun UU. Ayat (7) Pasal 6 Hasil verifikasi diumumkan langsung secara tertulis di media massa nasional baik cetak maupun elektronik paling lambat 1 (satu) bulan setelah verifikasi. Pasal 7 (1) Dalam hal pelaksanaan Verifikasi dan Akreditasi di daerah, panitia dibantu oleh unit kerja kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan bantuan hukum bekerjasama dengan pemerintah daerah. (2) Yang dimaksud independen adalah bebas dari pengaruh pihak manapun dan tidak terikat dengan struktur jabatan birokrasi. Pasal 8 3

Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Akademisi dimaksud direkomendasikan secara tertulis oleh Dekan. Huruf c Tokoh masyarakat dimaksud direkomendasikan oleh ketua organisasi kemasyarakatan berskala nasional. Huruf d Direkomendasikan secara tertulis oleh ketua umum lembaga atau organisasi yang memberi layanan Bantuan Hukum. Ayat (3) Ayat (4) Huruf e: Khusus keanggotaan dari lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan dibuktikan dengan keanggotaan di Organisasi Bantuan Hukum. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Koordinasi adalah suatu proses penyatupaduan berbagai sub sistem yang ada dalam suatu sistem untuk mencapai kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. Integrasi adalah satu proses yang menyatupadukan berbagai kelompok untuk membentuk satu kesatuan bersama. 4

Sinkronisasi adalah proses penyeragaman beberapa proses pada saat yang bersamaan. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Ayat (1) Berupa surat keterangan tertulis yang ditandatangani dan stempel oleh pemberi Bantuan Hukum Ayat (2) Pasal 21 Surat Kuasa dimaksud adalah Surat Kuasa khusus pemberian bantuan hukum yang ditandatangani atau cap jempol oleh Penerima Bantuan Hukum 5

Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Ayat (1) Pejabat yang berwenang adalah Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan Kementerian yang tugas dan fungsinya menangani Bantuan Hukum. Ayat (2) Pasal 31 6

Pasal 32 Pasal 33 Ayat (1) Ayat (2) Kasusnya dianggap selesai jika telah mencapai kesepakatan atau penerima bantuan hukum mencabut pengaduan/gugatan/tuntutan. Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 7

Pasal 41 Ayat (1) Dalam hal pertanggungjawaban keuangan perkara pidana harus disertai Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan dari Kejaksaan. Ayat (2) Pasal 42 Pasal 43 Ayat (1) Ayat (2) Bentuk pertanggungjawaban dituangkan dalam kontrak dengan memperhatikan harga satuan dan standar biaya umum yang berlaku di daerah setempat Pasal 44 Pasal 45 Instansi berwenang dimaksud adalah polisi, jaksa, dan pimpinan organisasi Pemberi Bantuan Hukum. Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 8

Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... 9