LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br Maikel Tio R Assisten: M.Ridhan Akbar FAKULTAS KEDOTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014 1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Laporan Embriologi Morfologi Spermatozoa. Laporan ini berisikan tentang morfologi spermatozoa. Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pengamatan yang telah dilakukan. Kami menyuadari bahwa laporasn ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT senantiasa selalu meridhoi segala usaha kita. Aamiin. Banda Aceh, Mei 2014 Penulis 2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 Bab I... I PENDAHULUAN... 3 Bab II... II Tinjauan pustaka... 4 Bab III... III Metode praktikum... 5 Bab IV... IV HasilPembahasan... 6 GAMBAR PENGUKURAN FOETUS... 7 Bab V... V Penutup... 8 Daftar Pustaka... 9 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam laporan Embriologi ini yang dibahas adalah sistem reproduksi jantan pada hewan. Reproduksi adalah proses menghasilkan individu baru dari dirinya sendiri dan ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang membedakan dengan yang tidak hidup. Sistem reproduksi disebut juga sistem perkembangbiakan atau sistem genetalia. Sistem ini berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (gamet), menyalurkan gamet jantan agar mendapatkan individu baru yang bekualitas.. Oleh sebab itu agar mendapatkan individu baru, kita perlu mengetahui anatomi dan morfologi sel kelamin jantan (gamet) yang akan membuahi sel kelamin betina (ovum), dan ciri yang bagaimanakah sel kelamin jantan yang berkualiatas, dan ciri-ciri apa sel kelamin jantan yang kurang berkualiatas. Dari hal tersebut maka perlu diadakan pengamatan terhadap sel kelamin jantan. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengamati berbagai macam bentuk sperma dari berbagai jenis hewan. 2. Mengamati bentuk sel-sel pada tiap tahap perkembangannya sehingga sel tersebut dapat berfungsi sebagai sel kelamin jantan (sperma). 1.3 Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami morfologi spermatozoa 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur. (Embriologi Hewan,2008). Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala. (wikipedia.org/spermatozoa) Motilitas spermatozoa dibagi mejadi empat kategori yaitu spermatozoa gerak cepat, gerak pelan, gerak ditempat, dan diam. (JURNAL SIMBIOSIS I (1) :40-50, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana) Tahap spermatogenesis dimulai dari spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis sehingga jumlah kromosomnya berkurang. Dalam proses ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit sekunder lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom haploid (23). Spermatid berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Spermatozoa yang meninggalkan testis belum sepenuhnya mampu bergerak. Spermatozoa melanjutkan pematangannya dan memperoleh motilitas saat melintasi epididimis. (Ganong, 2001) 5
BAB III METODE PERCOBAAN 1.1 ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop 2. Cawan petri 3. Alat bedah 4. Objek glass 5. Sampel sperma 6. Giemsa atau eosin 7. NaCl fisiologis 1.2 cara kerja 1. Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididymis atau vas deferen. 2. Jika cairan tersebut pekat larutan NaCl fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Kemudian dengan objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara melewatkannya di atas api. 3. Warnai dengan giemsa atau eosin selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali, periksa di bawah mikroskop. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Bentuk spermatozoa yang diamati secara mikroskopis Morfologi Spermatozoa 7
4.2 PEMBAHASAN Morfologi spermatozoa : Spermatozoa normal adalah spermatozoa yang memiliki kepala berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um. Spermatozoa abnormal adalah spermatozoa yang bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal. Abnormalitas kepala : Kepala oval besar : spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Kepala oval kecil : spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Kepala dua(duplicated head) : spermatozoa dengan memiliki dua kepala. Kepala pipih(tapering head=lepto) : kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak. Kepala berbentuk pir(piriform head) : kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air, bagian runcing berhubungan dengan bagian tengah. Kepala berbentuk amorfous(terato) : bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh. 8
Abnormalitas bagian tengah : Bagian tengah tebal Bagian tengah patah Tidak mempunyai bagian tengah Abnormalitas ekor : Ekor sangat melingkar Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor Ekor lebih dari satu Ekor sebagai tali tepilin 9
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Struktur sperma terdiri atas : - Kepala sperma terdiri atas akrosom, nukleus, dan sentriol, akrosom mengandung enzim hialurodinase dan protease yang berfungsi menembus ovum. - Leher sperma, bagian tengah badan sperma banyak terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan energi untuk pergerakan sperma. - Ekor sperma, yang berfungsi untuk pergerakan sperma. SARAN Diharapkan lebih banyak preparat sperma hewan yang berbeda spesiesnya yang digunakan dalam praktikum ini, sehingga mahasiswa dapat membedakan lebih jauh tentang perbedaan sperma antar spesies hewan. 10
DAFTAR PUSTAKA Ganong, W.F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FPMIPA UPI Ni Made Lina Pebrianti, Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan Dewasa Setelah diberikan Monosodium Glutamat, ISSN : 2337-7224, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. http://id.wikipedia.org/wiki/spermatozoa.html diakses pada tanggal 14 Mei 2014 11