FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA REMAJA (Studi Kasus di SMU Batik I Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

Kuesioner Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji (fast food)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

PERILAKU MAHASISWA ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP MAKANAN CEPAT SAJI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN LEMAK, DAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP DI KOTA YOGYAKARTA DAN DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

BAB I PENDAHULUAN. atau stroke (Mahan dan Escott-Stump, 2008). Sedangkan prevalensi hipertensi pada golongan usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA REMAJA (Studi Kasus di SMU Batik I Surakarta). Muwakhidah dan Dian Tri H Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract Overweight is risk factor of several degeneratif disease. Some risk factors to overweight is genetic, food habits, activity, psychosocial, etc. Adolescent in urban had habit to consume fast food more frequently. Many kinds of fast food contain high calorie, fat, sugar, and sodium (Na) but low vitamin A, ascobrat acid, calsium, and fiber. The research aim is to understand the risk factors related to overweight on Adolescents.The Research implemented case control study. Samples consist 40 students which 20 cases of overweight and 20 cases with normal nutrition as control. The limit of overweight used at IMT > 25-27 by case control matching to age and gender. The measurement nutrition quality was done by using anthrophometry measurement. The data are taken with Questionnaire about Identity, Family history, family income,amount of pocketmoney and Food Frequency Method (FFQ). High Family Income was not risk factor to overweight (OR:1.9 and CI:0.5-7.0), Family History was not risk factor to overweigth (OR:0.46 and CI (0.1-1.9)), Amount of Pocketmoney was not risk factor to overweight (OR:3,67 and CI:0.9-14.0), more frequently consume fast food was not risk factor to overweight (OR:2.27 and CI :0.6-8.1).This caused by daily intake and activity adolescents as direct risk factors to overweight.family Income, Family History, Amount of pocketmoney and frequency consume fast food are not significance to overweight. Key Word: Overweight, Risk factor, Adolescent PENDAHULUAN Obesitas pada anak-anak secara khusus akan menjadi masalah kesehatan karena obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai masalah kesehatan yang biasanya dialami orang dewasa seperti diabetes mellitus, hipertensi dan kolesterol tinggi. Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang menyebabkan obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik. Faktor lingkungan seseorang memegang peranan yang cukup berarti, lingkungan ini termasuk pengaruh gaya hidup dan bagaimana pola makan seseorang. Kusumawardhani (2006) mengungkapkan bahwa patogenesis dari obesitas diketahui multifaktorial, meliputi faktor genetik dan faktor lingkungan yang berpengaruh dalam hal regulasi berat badan, metabolisme dan perilaku makan. Menurut Madanijah (2004) peningkatan pendapatan merupakan salah satu faktor yang memberikan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas maupun kuantitas yang lebih baik. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Remaja perlu mendapat perhatian orang tua dalam pemilihan makanan terutama jenis fast food. Banyak fast food yang mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula, dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah akan kandungan vitamin A, asam askorbat, Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada. (Muwakhidah dan Dian Tri H) 133

kalsium, dan serat (Ismoko, 2007). Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila sudah terlanjur menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi remaja. Aspek pemilihan makanan penting diperhatikan oleh remaja. Kebiasaan mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan. Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi (Khomsan, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Padmiari, dkk (2001) di kota Denpasar Bali menunjukkan prevalensi obesitas pada anak sekolah cukup tinggi 13,6%. Banyaknya macam makanan cepat saji yang dimakan berhubungan dengan naiknya risiko obesitas (OR = 6,5, 95% CI : 1,4-30,7). Faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas pada anak sekolah ada beberapa hal diantaranya riwayat keluarga dan Pola konsumsi fast food. Besarnya pendapatan mempengaruhi pemilihan konsumsi makanan, maka perlu dilakukan analisis beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan overweight di SMA Batik I Surakarta, dengan pertimbangan prevalensi obesitas di SMA Batik I Surakarta cukup besar yaitu 3,6%, serta lokasi sekolah yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan (mall) dan di sekitar sekolah terdapat banyak penjual makanan cepat saji. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kegemukan (overweight) pada remaja di SMA Batik I Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan rancangan case control. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik I Surakarta pada bulan April sampai Agustus 2008. Sampel berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 kasus dan 20 kontrol. Kasus adalah siswa yang mempunyai IMT 25,0-27,0. Faktor risiko yang diteliti meliputi pendapatan orang tua, besarnya uang saku riwayat keluarga dan frekuensi konsumsi fast food. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner dan formulir frekuensi konsumsi fast food siswa (FFQ). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Karakteristik Responden Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Batik I Surakarta yang berjumlah 40 siswa. 134 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 133-140

Tabel 1. Karakteristik Responden Kelompok Kasus dan Kontrol Karakteristik Responden Kasus Kontrol Umur (tahun) 16,885 ± 0,132 16,720 ± 0,156 Jenis kelamin - Laki-laki 9 (45%) 9 (45%) - Perempuan 11 (55%) 11 (55%) Tinggi Badan 164,150 ± 2,225 162,570 ± 2,016 Berat Badan 77,515 ± 3,347 56,785 ± 1,633 IMT 28,754 ± 0,690 21,445 ± 0,399 Besarnya uang saku 10.000 ± 1126,24 6.050 ± 719,92 Riwayat keluarga overweight - Ada 13 (65%) 16 (80%) - Tidak ada 7 (35%) 4 (20%) Pendidikan Bapak - Dasar 1 (5%) 1 (5%) - Lanjutan 19 (95%) 19 (95%) Pendidikan Ibu - Dasar 2 (10%) 1 (5%) - Lanjutan 18 (80%) 19 (95%) Pekerjaan Bapak - Bekerja 20 (100%) 19 (95%) - Tidak Bekerja - 1 (5%) Pekerjaan Ibu - Bekerja 12 (60%) 9 (45%) - Tidak Bekerja 8 (40%) 11 (55%) Pendapatan Orang Tua 2.490.000 ± 366.842,86 1.910.000 ± 273.755,56 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ratarata umur pada kelompok kasus dan kontrol tidak ada perbedaan umur yang signifikan, karena variabel umur adalah variabel yang dimatching. Pada kelompok kasus maupun kontrol jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama banyak, karena variabel jenis kelamin adalah variabel yang dimatching. Tinggi badan ratarata yang dimiliki pada kelompok kasus dan kontrol tidak ada perbedaan tinggi badan yang signifikan. Terdapat perbedaan berat badan pada kelompok kasus dan kontrol, rata-rata berat badan pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol. Demikian juga dengan nilai IMT ada perbedaan kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Ratarata besarnya uang saku yang dimiliki pada pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol, rata-rata nilai IMT yang dimiliki pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol Karakteristik keluarga responden meliputi : riwayat keluarga yang overweight, pada kelompok kontrol keluarga yang memiliki riwayat overweight lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kasus (80%), kemudian untuk pendidikan bapak pada kelompok kasus maupun kontrol jumlah yang berpendidikan tingkat lanjutan maupun tingkat dasar sama, sedangkan pendidikan ibu pada tingkat lanjutan jumlahnya lebih banyak pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok kasus (95%), untuk pekerjaan orang tua pada pekerjaan bapak kelompok kasus semua bekerja sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak bekerja (5%) dan pekerjaan ibu pada kelompok kasus lebih banyak yang bekerja dibandingkan pada kelompok kontrol Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada. (Muwakhidah dan Dian Tri H) 135

(60%), dan untuk pendapatan orang tua pada kelompok kasus mempunyai pendapatan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Pendapatan orang tua yang tinggi dapat membeli pangan yang lebih baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu pendapatan orang tua juga dapat berpengaruh terhadap uang saku yang diperoleh remaja. Rata-rata pendapatan orang tua per bulan pada kelompok kasus adalah sebesar Rp. 2.490.000 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar Rp. 1.910.000 Besarnya uang saku yang diperoleh remaja sekolah memungkinkan untuk memperoleh jajanan sesuai yang remaja inginkan, dengan uang saku tersebut remaja dapat sering jajan atau membeli makanan lebih mahal. Bila dibandingkan dengan harga rata-rata fast food yang tersedia di sekitar sekolah yang berkisar Rp. 500 Rp. 2000, maka jumlah uang saku yang dimiliki remaja cukup besar untuk membeli banyak macam jenis fast food yang ada di sekitar sekolah. Jenis fast food yang ada di sekitar sekolah seperti tempura yang bahan utama tepung, siomay, batagor, empek-empek, cilok dan minuman seperti es campur, juice dan milk shake. Selain itu pergaulan di luar sekolah dapat memberikan pengaruh, kebiasaan remaja yang hobi jalan-jalan di mall memberikan peluang untuk membeli makanan fast food yang dianggap makanan mewah. Rata-rata uang saku responden dalam sehari adalah Rp. 8.250, pada kelompok kasus rata-rata uang sakunya adalah sebesar Rp. 10.000 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar Rp. 6.050. Frekuensi Konsumsi Fast Food Frekuensi makan adalah tindakan mengkonsumsi sejumlah makanan selama periode tertentu, seperti mingguan, bulanan atau tahunan (Supariasa, 2002). Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan Food Frequency Quessionaire (FFQ). Rata-rata frekuensi fast food adalah sebanyak 27,18 kali dalam sebulan dengan batas maksimum sebanyak 52 kali dan minimum sebanyak 5 kali. Distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi fast food dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast Food Frekuensi Fast Food Jumlah (n) Persentase (%) Sering 22 55 Jarang 18 45 TOTAL 40 100 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan sampel yang sering mengkonsumsi fast food adalah sebanyak 55% sedangkan yang jarang mengkonsumsi fast food sebanyak 45%. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah jenis makanan fast food lokal seperti bakso, mie ayam, mie instan, siomay, batagor dan steak, sedangkan jenis fast food modern yang sering dikonsumsi adalah crispy hot chicken, beef burger, cheese burger, ayam goreng (paha, dada dan sayap) dan jenis minuman yang sering dikonsumsi adalah juice, ice cream dan soft drink yang biasa ada pada restoran yang sering dikunjungi seperti KFC, M.C Donald s, Texas Chicken dan Pizza Hut. 136 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 133-140

Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi soft drink dalam jumlah banyak dapat menyebabkan asupan vitamin B esensial dan mineral seperti kalsium, tembaga (copper) dan chromium menjadi rendah, serta meningkatnya kalori, lemak dan gula. Jika mengkonsumsi lebih dari 3500 kalori dalam sehari dapat mengakibatkan kegemukan (Anonim, 2004). Rata-rata responden mengkonsumsi fast food sebanyak 1 porsi dalam sekali makan untuk satu jenis makanan. Sebagian besar (82,5%) alasan responden mengkonsumsi fast food karena fast food enak, cepat saji, praktis dan sebagai makanan selingan pada saat responden merasa bosan makan di rumah. Distribusi responden menurut jenis fast food yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Fast Food Yang Dikonsumsi Kelompok Jenis Fast Food Kasus Kontrol Burger Fried chicken Crispy hot chicken Bakso Mie ayam Batagor Siomay Mie instan Steak Ice cream Juice Soft drink 4 (20%) 10 (50%) 4 (20%) 5 (25%) 7 (35%) 10 (50%) 12 (60%) 4 (20%) 5 (25%) 18 (90%) 4 (20%) 3 (15%) 5 (25%) 10 (25%) 8 (40%) 8 (40%) 5 (25%) 14 (70%) Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada. (Muwakhidah dan Dian Tri H) 137

Tabel 4 Faktor risiko yang berhubungan dengan kegemukan (overweigth) Karakteristik Responden Kasus Kontrol OR (CI) Riwayat keluarga overweight - Ada 13 (65%) 16 (80%) 0,46 (0,1-1,9) - Tidak ada 7 (35%) 4 (20%) Pendapatan orang tua - diatas rata-rata 9 (45 %) 6 (30 %) 1,9 (0,5-7,0) - di bawah rata-rata 11(55 %) 14(70 %) Besarnya uang saku - di atas rata-rata 11(55 %) 5(25 %) 3,67 (0,9-14,0) - di bawah rata-rata 9(45 %) 15(75 %) Frekuensi konsumsi fast food - sering 13 (65 %) 9 (45 %) 2,27 (0,6-8,1) - jarang 7 (35 %) 11 (55 %) *OR : Odd Ratio *CI : Confidence Interval Faktor risiko Besarnya Uang Saku terhadap kegemukan Distribusi responden berdasarkan besarnya uang saku dapat dilihat pada Tabel 4. Pada kelompok kasus jumlah responden yang memiliki uang saku diatas rata-rata ( Rp. 8.250) lebih banyak (55%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (25%). Besarnya uang saku akan menentukan macam dan frekuensi jajanan yang akan dipilih. Sebagian besar uang saku yang dimiliki responden digunakan untuk jajan membeli makanan yang responden inginkan. Menurut Khomsan (2001) uang saku yang dimiliki remaja dapat menjadi pasar yang potensial untuk produk makanan tertentu, dengan pemasangan iklan di berbagai media untuk menarik konsumen agar produk tersebut banyak peminatnya. Hasil statistik menunjukkan bahwa besarnya uang saku meskipun nilai OR:3,67 namun CI melewati angka 1 yaitu 0,9-14,0 sehingga besarnya uang saku bukan merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan. Hal ini disebabkan besarnya uang saku bukan merupakn satu-satunya faktor namun banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas. Penelitian di Kendari pada anak SD menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya obesitas antara lain pendapatan keluarga yang tinggi (OR:2), konsumsi energi tinggi (OR:4,5), pola makan berlebihan (OR:3,5), pengetahuan yang rendah (OR:2,43), riwayat keluarga (OR:3,05), aktivitas fisik ringan (OR:2,11) (Irma dan Kamaruddin, 2006). Frekuensi Konsumsi Fast Food Dan Kegemukan (Overweight) Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat, bahwa yang lebih sering mengkonsumsi fast food adalah pada kelompok kasus sebanyak (65%), dibandingkan pada kontrol (45%). Dari hasil tersebut ada kecenderungan pada kelompok kasus yang mengkonsumsi fast food lebih sering akan dapat mengakibatkan terjadinya kegemukan lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,27, 95% CI : 0,636-8,106 (p : 0,341) 138 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 133-140

Yang berarti, meskipun nilai odd ratio menunjukkan angka 2,27 namun bila dilihat dari CI dan nilai p maka frekuensi konsumsi fast food bukan merupakan faktor risiko terjadinya overweight. Fast food bukan merupakan faktor risiko terjadinya overweight. Hal ini disebabkan selain frekuensi konsumsi fast food, banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas seperti pola makan yang berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, riwayat keluarga, faktor psikis dll. Beberapa hasil penelitian di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti Amerika Serikat menunjukkan bahwa fast food bukan satu-satunya faktor pencetus kegemukan dan obesitas. Faktor lain tersebut menurut Mu'tadin (2002) adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebihan, kurang gerak atau olahraga, faktor emosi dan faktor lingkungan. Hal penelitian tidak sependapat dengan penelitian Irma (2006) bahwa pola konsumsi energi tinggi merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada anak SD di Kendari (OR: 4,5). Demikian juga dengan hasil penelitian Purwanti (2002) yang menunjukkan bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kelebihan berat badan atau kegemukan, yaitu a). faktor genetik atau faktor keturunan yang berasal dari orang tua, jika kedua orang tuanya menderita kegemukan sekitar 80% anaknya akan menjadi gemuk, bila salah satu yang mengalami kegemukan kejadiannya menjadi 40% dan jika keduanya tidak mengalami kegemukan maka prevalensinya turun menjadi 14%, b). Faktor psikologis, emosi seseorang dapat mempengaruhi perilaku seperti stres, cemas dan takut dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada setiap orang dalam mengatasinya misalnya dengan makan makanan kesukaan secara berlebihan, c). Pola makan yang berlebihan seperti makan berlebihan, makan terburuburu, menghindari makan pagi dan kebiasaan makan makanan ringan, d). Kurang melakukan aktivitas fisik. Menurut Moehyi (1999) mengatakan bahwa penyebab terjadinya kegemukan adalah pola makan yang kurang tepat atau makan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, kemudahan hidup atau kemajuan teknologi yang membuat pekerjaan menjadi mudah dan tidak memerlukan kerja fisik yang berat, faktor psikologis, dan faktor genetik. Kegemukan atau obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit degeneratif. Gizi lebih dan obesitas sebagai salah satu akibat dari kurangnya pengontrolan terhadap kebiasaan makan dapat berakibat serius bagi kesehatan. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan serum kolesterol, peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar gula darah. Gizi lebih meningkatkan risiko terjadinya peningkatan kolesterol. Jika diambil batas ambang hiperkolesterol sebesar 259 mg/dl, maka pada gizi lebih yang berusia 20-75 tahun memiliki risiko relative hiperkolesterolemia 1,5 kali lebih besar dari mereka yang bukan gizi lebih. Sedangkan usia 20-45 tahun, risiko relatifnya menjadi 2,1 kali (Gunanti dan Retno, 2008). KESIMPULAN (1) Riwayat keluarga pada kelompok kasus (65 %) dan pada kelompok Kontrol (80 %). Pendapatan di atas rata-rata pada kelompok kasus (45 %) lebih tinggi dari kelompok kontrol (30 %). Besarnya uang Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada. (Muwakhidah dan Dian Tri H) 139

saku di atas rata-rata pada kelompok kasus (55 %) lebih tinggi dari kelompok kontrol (25 %). Riwayat keluarga bukan merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan dengan nilai OR 0,46 (CI: 0,1-1,9) (2) Pendapatan orang tua bukan merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan dengan nilai OR 1,9 (CI: 0,5 7,0) (3) Besarnya uang saku bukan merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan dengan nilai OR 3,67 (CI: 0,9-14,0) (4) Frekuensi fast food mempunyai nilai OR= 2,27,95% CI: 0,636-8,106 dan nilai p : 0,341 yang berarti frekuensi konsumsi fast food bukan merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan (overweight). SARAN Diharapkan pihak sekolah memberikan informasi faktor risiko yang berhubungan dengan kegemukan /overweigth dan informasi mengenai efek konsumsi fast food yang berlebihan terhadap kesehatan dan memberikan penjelasan atau pengertian kepada siswa tentang makanan yang sehat serta memilih dan mengatur frekuensi dalam makan atau jajan di luar. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004, Minuman Favorit Perusak Tubuh, http://pusdiknakes.or.id/persi/?show=detailnews&kode=876&tbl=kesling. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2008. Gunanti, dan Retno, I, 2008, Hubungan Asupan Gizi, Obesitas dan Sindroma Metabolik, FKM UNAIR, www.library@lib Unair.ac.id Irma R, Kamaruddin,T,2006, Faktor-faktor risiko terjadinya obesitas pada anak SD Swasta 9 Kendari, Kendari: Jurusan Gizi Poltekkes. Ismoko, R, 2007., Acute Eeffects Various Fast Food Mmeals On Vvascular Function And Cardiovascular Disease Risk Markers, Am J Clin Nutr, 86: 334-40. Khomsan, A. 2003, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada (Kompas, 1992). Kusumawardhani, A.2006, Food Addiction in Obesity, Majalah kedokteran Indonesia,Volume:56, hal.205-208 Lameshow, S, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : UGM. Madanijah, 2004, Pendidikan Gizi Dalam Pengantar Pengadaan Pangan dan Gizi, Jakarta : Penebar Swadana. Moehyi, S, 1999, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mu'tadin, Z, 2002, Obesitas dan Faktor Penyebab. http://www.e-psikologi.com/remaja/130502.htm, diakses pada tanggal 4 September 2008 Padmiari, A., dan Hadi Hamam, 2001, Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Obesitas Pada Anak SD. http./www.tempo.co.id/mediaka/online/tmp.online.old/art-3.htm. diakses pada tanggal 20 Oktober 2007. Purwanti,S, 2002, Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan, Jakarta : Penebar Swadaya. Supariasa, IDN, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC. 140 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 133-140