BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

3 BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 Juli Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Anestesiologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. membatasi banyaknya variabel yang akan dikaji, dan membatasi subjek penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini melingkupi bidang Anestesiologi. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 hingga 28 Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014

Transkripsi:

64 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control, dimana kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan status paparan. Pendekatan yang digunakan adalah retrospektif, dimana hiperplasia ginggiva yang dipercaya sebagai dampak pemberian fenitoin diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian dosis oral dan lama pemberian fenitoin pada waktu yang lalu dicatat untuk dianalisis. Data penelitian didapatkan dari pasien epilepsi yang memenuhi kriteria inklusi dan memeriksakan diri ke instalasi rawat jalan RSUP Dr.Kariadi Semarang mulai bulan September 2010 sampai Februari 2011. Rancangan penelitian ini disederhanakan berikut: Dosis < 300 mg, Lama terapi fenitoin 6 bulan Hiperplasia Ginggiva (+) Dosis < 300 mg, Lama terapi fenitoin 6 bulan Gambar 10. Skema studi kasus kontrol Hiperplasia Ginggiva (-)

65 3.2 Populasi dan subyek 1. Populasi kasus pada penelitian ini adalah semua penderita epilepsi yang mendapat monoterapi obat anti epilepsi (OAE) fenitoin. 2. Subyek penelitian ini adalah penderita epilepsi yang mendapat monoterapi OAE fenitoin dan memenuhi kriteria inklusi di instalasi rawat jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang baik yang mengalami hiperplasia ginggiva maupun tidak. Subyek penelitian harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi: 1. Usia dewasa (>14 tahun) 2. Mendapat monoterapi OAE fenitoin berturut-turut dan teratur setidaknya 6 bulan dengan dosis tetap 3. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini yang dibuktikan dengan menandatangani inform konsen. b. Kriteria eksklusi: 1. Pernah mendapat terapi OAE kombinasi atau monoterapi OAE selain fenitoin sebelumnya. 2. Mengkonsumsi obat calcium channel bloker lain 3. Memakai kawat gigi. 4. Kehamilan 5. Diabetes Mellitus

66 3. Besar sampel Besarnya subyek penelitian ditentukan secara consecutive sampling yaitu dengan mendata pasien-pasien sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Perhitungan besar sampel menggunakan formula studi kasus kontrol dengan rumus sebagai berikut: 59 Keterangan : n = Jumlah sampel dalam satu kelompok (kasus/kontrol) Z = = 0.05 = 0,842; 20 Q = 1 P

67 P2 = prevalensi kejadian hiperplasia ginggiva pada pasien yang mendapat monoterapi OAE fenitoin, yaitu 15-50%. Pada penelitian ini digunakan nilai 20% R = Risiko relatif yang diperkirakan hendak dicapai, pada penelitian ini digunakan nilai 4 Batas kemaknaan 95% (p=0,05), sementara ketajaman power 80%. Dengan penghitungan berdasarkan rumus di atas, didapatkan nilai n = 14,82 yang jika dibulatkan menjadi 15. Hal ini berarti minimal di setiap kelompok perlakuan memiliki anggota 15 sampel. Studi ini dipersiapkan cadangan sampel sebesar 20%, sehingga jumlah sampel dalam masing-masing kelompok menjadi 18 sampel, namun untuk memudahkan analisis kami membulatkan hingga 20 sampel pada masing-masing kelompok sampel dan kelompok kontrol, sehingga didapatkan jumlah keseluruhan sampel dalam studi ini adalah 40. Kelompok kasus pada penelitian ini adalah penderita epilepsi yang mendapat monoterapi OAE (obat anti epilepsi) fenitoin yang mengalami hiperplasia ginggiva, lalu ditelusuri kebelakang mengenai penggunaan dosis dan lama pemberian fenitoin, selanjutnya kelompok kontrol pada penelitian ini adalah penderita epilepsi yang mendapat monoterapi OAE fenitoin yang tidak mengalami hiperplasia ginggiva lalu ditelusuri kebelakang mengenai penggunaan dosis dan lama pemberian fenitoin.

68 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian meliputi : 1. Variabel bebas adalah faktor risiko hiperplasia ginggiva dimana pada penelitian ini meliputi variabel dosis (dosis fenitoin oral dan kadar fenitoin dalam serum) dan lama pemberian fenitoin. 2. Variabel tergantung adalah hiperplasia ginggiva yang diukur menggunakan skor Hiperplasia Indeks (HI). 3. Variabel perancu dalam penelitian ini adalah faktor risiko hiperplasia ginggiva diluar dua variabel di atas, meliputi: diabetes mellitus, oral higine, pemakaian kawat gigi, kehamilan, penyakit periodontal dan konsumsi asam folat.

69 3.4. DEFINISI OPERASIONAL Tabel 5. Definisi Operasional No Variabel Batasan Operasional Cara pengukuran Skala 1. Dosis Dosis oral: Asupan obat dengan dosis tetap yang secara rutin dan teratur diberikan pada penderita epilepsi dalam jangka waktu setidaknya 6 bulan serta memberikan efek terapeutik. Dosis yang diberikan di poli rawat jalan Ilmu penyakit saraf RSDK antara lain 1x100mg, 1x200mg, 3x100mg, dan 2x200mg. Dosis dikatakan rendah jika <300mg, yaitu meliputi dosis 1x100mg dan 1x200mg. Dosis dikatakan tinggi Data diperoleh dan dicatat dari rekam medik rawat jalan Poli Ilmu penyakit Saraf RSDK Ordinal 2x200mg. Dosis yang tinggi merupakan faktor risiko hiperplasia ginggiva. Dosis/Kadar fenitoin dalam darah: Pengukuran sesaat kadar obat fenitoin didalam serum darah penderita epilepsi yang telah menerima dosis fenitoin oral Pemeriksaan laboratorium dengan sampel darah vena. Rasio

70 secara tetap dan teratur selama setidaknya 6 bulan serta menunjukkan efek terapeutik. Kadar fenitoin dalam g/ml, dan dikatakan rendah jika <10µg/ml. kadar fenitoin dalam darah yang tinggi merupakan faktor risiko hiperplasia ginggiva dalam penelitian ini. 2. Lama Hitungan waktu dengan satu bulan yang Data diambil dari rekam Ordinal pemberian menyatakan lamanya penderita epilepsi medik. mengkonsumsi obat fenitoin dan menunjukkan efek terapeutik. Lama pemberian disebut singkat jika tepat 6 bulan, dan dikatakan lama jika >6 bulan. Pemberian fenitoin yang lama merupakan faktor risiko hiperplasia ginggiva. 3. Hiperplasia Pertumbuhan jaringan ginggiva yang Pemeriksaan pada cavum Ordinal Ginggiva berlebih terinflamasi atau mengalami oris dengan: peradangan yang ditimbulkan oleh obat fenitoin. Ditandai dengan gusi yang membesar, terinflamasi, dan mengalami Hyperplasia Index (HI) Seymour digunakan sebagai parameter

71 perdarahan. Gusi akan tampak berlobulasi akibat pembesaran papil, mengukur derajat pembesaran ginggiva. dan mahkota gigi akan ditutupi sebagian oleh jaringan hiperplasia. Derajat hiperplasia ginggiva diukur dengan Hyperplasia Index. 2 4. Usia Usia penderita epilepsi yang telah Data diambil dari rekam Rasio penderita mengkonsumsi monoterapi fenitoin medik dan kuesioner. setidaknya 6 bulan, yang berisiko terhadap hiperplasia ginggiva. Dalam penelitian ini Usia penderita dalam satuan tahun yang diperoleh dari anamnesis dengan penderita atau keluarganya dicocokan dengan KTP /identitas yang ada, dengan pembulatan kurang dari 6 bulan dibulatkan kebawah dan sama atau lebih dari 6 bulan dibulatkan keatas, penelitian ini batasan operasionalnya adalah dewasa >14 tahun.

72 5. Jenis Jenis kelamin penderita epilepsi yang Data diambil dari rekam Nominal Kelamin telah mengkonsumsi monoterapi medik. fenitoin setidaknya 6 bulan, yang berisiko terhadap hiperplasia ginggiva Jenis kelamin penderita diperoleh dari anamnesis dengan penderita atau keluarganya dicocokan kartu tanda penduduk (KTP /identitas yang ada). 6. Oral Higine Suatu keadaan yang menandakan tingkat kebersihan dari mulut dan gigi yang ditandai adanya plak/debris dan calculus. Untuk analisis dilakukan pengkatagorian OHI (oral higine indeks) berdasarkan: DI (debris indeks) dan CI (calculus indeks) Oral Higine. Dikatakan Oral Higine baik jika skor OHI-S baik - Oral Higine buruk jika skor OHI-S >3 Pemeriksaan pada cavum oris dengan: OHI (oral higine indeks) berdasarkan: DI (debris indeks) dan CI (calculus indeks) Oral Higine : Skor 0 = tidak ada karang gigi/debris sama sekali Skor 1 = karang gigi/debris ada di sepertiga servikal permukaan gigi Ordinal Numerik Skor 2 = karang gigi/debris sampai pertengahan

73 permukaan gigi Skor 3 = karang gigi/debris sampai mencapai daerah sepertiga oklusal/ insisial permukaan gigi CI = Jumlah skor calculus Jumlah gigi terperiksa DI = Jumlah skor Debris Jumlah gigi terperiksa OHI-S = CI+DI Skor OHI Keadaan 1 0,0 1,2 Baik 2 1,3 3,0 Sedang 3 3,1-6,0 Kurang 7. Diabetes kadar gula dalam darah diperiksa Gula darah puasa dan Ordinal Mellitus dengan pemeriksaan laboratorium, bila postprandial di lab. Funduskopi

74 pada pemeriksaan funduskopi didapatkan adanya retinopati diabetika maka pasien dinyatakan menderita diabetes mellitus. Jika tidak memenuhi persyaratan, maka pasien dinyatakan tidak menderita diabetes mellitus. 8. Asam Folat Asam folat yang apabila dikonsumsi secara rutin oleh penderita epilepsi dapat mengurangi timbulnya hiperplasia ginggiva. Pada studi ini, dengan mengabaikan dosis yang diminum, tiap pasien dinilai dalam dua kategori, mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi. Anamnesa,Rekam medik Ordinal 3.5. Bahan dan peralatan penelitian 1. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium kadar serum fenitoin dalam darah dilakukan dengan mengirimkan penderita ke laboratorium CITO. 2. Instrumentasi untuk identifikasi dan anamnesis disusun dalam kuesioner 3. Pemeriksaan laboratorium gula darah puasa dan postprandial dan pemeriksan retinopati diabetika dengan funduskopi.

75 3.6. Alur Penelitian Pasien Epilepsi usia lebih dari 14 tahun dengan monoterapi fenitoin Inklusi Anamnesis, kuesioner, memeriksa rekam medis, Pemeriksaan funduskopi, Pemeriksaan GD I dan II Eksklusi Pemeriksaan fisik, oral higine 1. Skoring Hiperplasia indeks 2. Pemeriksaan kadar fenitoin dalam serum 3. Pengamatan Dosis dan Lama terapi Analisa data Hasil Penelitian Gambar 11. Bagan Alur penelitian

76 3.7. Prosedur Penelitian Penderita epilepsi dengan terapi tunggal obat fenitoin yang datang ke Instalasi Rawat Jalan Poli Saraf RS Dr.Kariadi Semarang, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia untuk diikut sertakan dalam penelitian dengan menandatangani informed consent, lalu dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, funduskopi, laboratorium gula darah puasa dan postprandial, oral higine, Selanjutnya dilakukan evaluasi dari catatan rekam medik terhadap dosis oral dan lama pemberian fenitoin lalu dilakukan skoring Hiperplasia Indeks dan pengambilan sampel darah serum. Pengambilan sampel darah serum fenitoin sesaat dilakukan kemudian. Sampel darah diambil kurang lebih 3-5 cc oleh petugas laboratorium RS Kariadi. Petugas laboratorium CITO mengambil segera sampel darah beku tersebut untuk diambil serumnya kurang lebih 2-3 cc lalu diperiksa dengan metode FPIA (Fluorrecent polarization immunoassay) dengan waktu pekerjaan kurang lebih 5 hari dan pekerjaannya menggunakan Alat AXSYM. 3.8. Pengumpulan data Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis. Data pertama adalah data primer meliputi pengisian kuesioner, yaitu: identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan data primer lainnya diperoleh dari pemeriksaan kadar serum fenitoin dalam darah, skoring Oral Higine Indeks, skoring Hiperplasia Indeks Saymor,

77 pemeriksaan gula darah puasa, gula darah 2 jam postprandial, dan pemeriksan retinopati diabetika dengan funduskopi. Sementara data sekunder didapatkan dari catatan rekam medis pasien, berupa riwayat pemakaian dosis oral dan lama pemberian fenitoin, serta riwayat keteraturan mengkonsumsi asam folat. 3.9. Analisis data Data yang telah terkumpul melalui pengisian kuesioner kemudian menjalani proses cleaning untuk menjamin kelengkapan dan keakuratan. Kemudian dilanjutkan dengan proses input ke dalam komputer dengan sistem coding. Penyajian dan analisis dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS Windows versi 15 menggunakan analisis statistik yang sesuai. Analisis data dimulai dengan melakukan uji komparatif terhadap data karakteristik pasien dari kelompok yang mengalami hiperplasia ginggiva dan yang tidak dengan Chi-square atau Fisher exact jika skala variabel ordinal dan Uji T independen atau Mann Whitney jika skala variabel rasio. Analisis dilanjutkan dengan menghitung odds ratio (OR) dari variabel besar dosis dan lama pemberian fenitoin terhadap kejadian hiperplasia ginggiva. Uji korelasi dilakukan terhadap dua variabel faktor risiko tersebut terhadap kejadian hiperplasia ginggiva dengan uji Pearson atau Spearman tergantung dari sebaran data. Analisis terakhir dilakukan dengan adalah multiple regresi, untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel secara bersamaan

78 terhadap kejadian hiperplasia ginggiva. Hasil analisis dikatakan signifikan jika nilai p<0,05. 3.10. Etika penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ethical clearance dari komisi Etik Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. Persetujuan keikutsertaan dalam penelitian ini selanjutnya diajukan kepada para penderita atau keluarga dalam bentuk informed consent. Seluruh biaya yang dipergunakan untuk penelitian ini ditanggung oleh peneliti sendiri, responden tidak dibebani biaya tambahan apapun. Data penderita dijamin kerahasiaannya.