PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Pemberhentian, dan Tata Kerja Penasihat Ahli Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2008 TATA CARA PENCALONAN, DAN PENGANGKATAN SERTA PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

2 3. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan L

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

2014, No.22 2 MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN TATA KERJA BADAN STANDARDISASI DAN AKREDITASI NASIONAL KEOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAZNAS Badan Annl Zakat Nasionat

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2017

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penugasan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 96 TAHUN 2013 TENTANG BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 81 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, DAN TATA KERJA PENASIHAT AHLI KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Pengangkatan, Pemberhentian, dan Tata Kerja Penasihat Ahli Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, DAN TATA KERJA PENASIHAT AHLI KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Kepala..

2 2. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Kapolri adalah pimpinan Polri dan penanggung jawab penyelenggara fungsi kepolisian. 3. Markas Besar Polri yang selanjutnya disingkat Mabes Polri adalah kesatuan organisasi Polri pada tingkat pusat. 4. Staf Ahli Kapolri yang selanjutnya disingkat Sahli Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolri, yang bertugas mengkaji dan menelaah secara ilmiah permasalahan di bidang sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, keamanan dan manajemen yang berimplikasi pada tugas Polri dan memberikan penalaran secara konsepsional kepada Kapolri. 5. Penasihat Ahli Kapolri adalah para pakar yang berasal dari unsur purnawirawan Polri maupun non Polri dan sebagai mitra kerja Staf Ahli Kapolri. 6. Panitia Seleksi adalah panitia seleksi calon anggota Penasihat Ahli Kapolri. Tujuan peraturan ini: Pasal 2 a. sebagai pedoman dalam pengangkatan dan pemberhentian Penasihat Ahli Kapolri; dan b. terwujudnya kesamaan persepsi, pola pikir, dan pola tindak dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai Penasihat Ahli Kapolri. Prinsip-prinsip peraturan ini meliputi: Pasal 3 a. legalitas, yaitu mekanisme dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Penasihat Ahli Kapolri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. profesional, yaitu proses pengangkatan dan pemberhentian Penasihat Ahli Kapolri didasarkan atas kemampuan dan kompetensi yang dimiliki; c. akuntabel, yaitu pelaksanaan pengangkatan, pemberhentian, dan tata kerja Penasihat Ahli Kapolri dapat dipertanggungjawabkan; d. transparan, yaitu proses pengangkatan, pemberhentian, dan tata kerja Penasihat Ahli Kapolri dilaksanakan secara terbuka dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang terkait; dan e. nesesitas, yaitu pengangkatan dan pemberhentian Penasihat Ahli Kapolri disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4 Penasihat Ahli Kapolri adalah jabatan non-struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolri. Pasal..

3 Pasal 5 Penasihat Ahli Kapolri mempunyai tugas untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Kapolri berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi Polri, baik di bidang pembinaan kemampuan dan operasional Polri serta perkembangan lingkungan strategis yang berimplikasi pada tugas Polri. Pasal 6 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Penasihat Ahli Kapolri menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian masalah yang memerlukan perhatian Kapolri, terutama yang menyangkut perkembangan di bidang sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, hukum dan keamanan serta isu-isu aktual yang berimplikasi pada tugas Polri; b. koordinasi dan kerja sama dengan pihak terkait dalam penyiapan pengkajian dan penyajian berupa saran dan pertimbangan melalui rapat-rapat, koordinasi, diskusi dan pertemuan-pertemuan ilmiah para pakar; c. penyajian hasil kajian berupa saran dan pertimbangan kepada Kapolri melalui Sahli Kapolri, baik diminta maupun tidak diminta; dan d. penyelenggaraan tugas khusus yang diperintahkan oleh Kapolri. BAB III PENGANGKATAN Pasal 7 (1) Pengangkatan Penasihat Ahli Kapolri disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. (2) Pengangkatan Penasihat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari pakar kepolisian dan pakar disiplin ilmu lainnya dari dalam maupun luar Polri. (3) Pengangkatan Penasihat Ahli Kapolri ditetapkan dengan Keputusan Kapolri. Pasal 8 Untuk dapat diangkat sebagai Penasihat Ahli Kapolri, sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; d. sehat..

4 d. sehat jasmani dan rohani; e. mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi; f. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan; g. bersedia memberikan saran dan masukan kepada Kapolri setiap saat diperlukan; h. berusia paling rendah 45 (empat puluh lima) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun atau sesuai kebijakan Kapolri, pada saat yang bersangkutan diangkat menjadi Penasihat Ahli Kapolri; i. bagi calon anggota yang berasal dari unsur purnawirawan Polri harus memiliki keahlian di bidang ilmu kepolisian; dan j. bagi calon anggota yang berasal dari unsur pakar disiplin ilmu tertentu telah dikenal secara luas kepakarannya dan menaruh perhatian besar terhadap perkembangan Polri. Pasal 9 (1) Pengangkatan Penasihat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilaksanakan melalui proses seleksi yang dilakukan oleh Panitia Seleksi secara transparan dan akuntabel. (2) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Kapolri atas usulan Koorsahli Kapolri. Pasal 10 (1) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; dan c. anggota. (2) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Koorsahli Kapolri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara seleksi calon anggota Penasihat Ahli Kapolri oleh Panitia Seleksi diatur dengan ketentuan tersendiri. Pasal 11 (1) Panitia Seleksi Calon Anggota Penasihat Ahli Kapolri mengajukan usulan calon anggota Penasihat Ahli Kapolri hasil seleksi kepada Kapolri setelah terpenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) Pengajuan usulan calon anggota Penasihat Ahli Kapolri hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pengangkatan Kapolri. Pasal..

5 Pasal 12 Penasihat Ahli Kapolri diangkat untuk masa jabatan paling lama sama dengan masa jabatan Kapolri yang bersangkutan. BAB IV PEMBERHENTIAN Pasal 13 (1) Penasihat Ahli Kapolri diberhentikan apabila masa jabatannya berakhir. (2) Selain karena berakhirnya masa jabatan, Penasihat Ahli Kapolri dapat diberhentikan apabila: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kapolri melalui Koorsahli Kapolri; c. terbukti terlibat kasus pidana; d. tidak dapat melaksanakan tugasnya secara kumulatif melebihi 3 (tiga) bulan; e. tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebagai anggota Penasihat Ahli Kapolri; dan f. menjadi pengurus pada organisasi partai politik. (3) Pemberhentian Penasihat Ahli Kapolri ditetapkan dengan Keputusan Kapolri. Pasal 14 (1) Pemberhentian anggota Penasihat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) ditentukan dalam sidang gabungan Staf Ahli Kapolri dengan Penasihat Ahli Kapolri. (2) Hasil sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh pimpinan dan anggota sidang, dan diserahkan kepada Koorsahli Kapolri. (3) Koorsahli Kapolri setelah menerima berita acara hasil sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengajukan kepada Kapolri. Pasal 15 (1) Koorsahli Kapolri dapat mengajukan usulan pengangkatan anggota Penasihat Ahli Kapolri pengganti kepada Kapolri, untuk mengganti/mengisi kekosongan anggota Penasihat Ahli Kapolri yang diberhentikan. (2) Penasihat..

6 (2) Penasihat Ahli Kapolri pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari disiplin ilmu yang sama dengan Penasihat Ahli Kapolri yang diberhentikan. (3) Penasihat Ahli Kapolri pengganti diangkat untuk masa jabatan selama sisa waktu masa jabatan anggota Penasihat Ahli Kapolri yang digantikan. BAB V TATA KERJA Pasal 16 (1) Saran dan pertimbangan Penasihat Ahli Kapolri disampaikan kepada Kapolri dalam bentuk tertulis. (2) Saran dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil kajian kelompok atau hasil kajian perorangan, meliputi: a. saran dan pertimbangan hasil kajian kelompok dalam sidang anggota Penasihat Ahli Kapolri, yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris; b. sidang anggota Penasihat Ahli Kapolri dilakukan bersama Staf Ahli Kapolri, saran dan pertimbangan ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris Penasihat Ahli Kapolri serta Koorsahli Kapolri; c. saran dan pertimbangan hasil kajian perorangan, ditandatangani oleh Penasihat Ahli Kapolri yang bersangkutan dan tembusannya diberikan kepada Ketua, Sekretaris Penasihat Ahli Kapolri, dan Koorsahli Kapolri; d. dalam hal saran dan pertimbangan sangat penting dan mendesak, Penasihat Ahli Kapolri dapat bertemu langsung dengan Kapolri; dan hasilnya disampaikan kepada Ketua Penasihat Ahli Kapolri dan Koorsahli Kapolri. (3) Saran dan pertimbangan Penasihat Ahli Kapolri baik hasil perorangan maupun kelompok, berupa naskah yang bersifat umum atau saran terbatas, dapat disebarluaskan kepada masyarakat dengan seizin keputusan Sidang Anggota Penasihat Ahli dan Sahli Kapolri. Pasal 17 (1) Dalam mendukung kelancaran pelaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Penasihat Ahli Kapolri dapat melakukan kegiatan: a. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pembinaan dan operasional Polri; b. studi kepustakaan; c. kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait melalui Koorsahli Kapolri; d. pencarian informasi di jajaran Polri, kementerian/lembaga, instansi, masyarakat dan/atau pihak lain yang dipandang perlu, bersama-sama dengan Sahli Kapolri. (2) Kegiatan..

7 (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai lingkup kewenangan dan disiplin ilmunya. (3) Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawa dalam sidang anggota Penasihat Ahli Kapolri sebagai bahan masukan kepada Kapolri guna menetapkan arah kebijakan teknis Polri di bidang pembinaan dan operasional Polri. Pasal 18 (1) Sidang Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan oleh Penasihat Ahli Kapolri bersama-sama dengan Sahli Kapolri. (2) Sidang Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang internal fungsi di lingkungan Polri, pimpinan instansi, dan/atau pihak lain terkait melalui Koorsahli Kapolri, guna mendapatkan masukan dan pertimbangan sesuai dengan materi pembahasan dalam sidang. Pasal 19 (1) Topik bahasan dalam sidang anggota Penasihat Ahli Kapolri disesuaikan dengan saran anggota Penasihat Ahli Kapolri, saran Koorsahli Kapolri maupun permintaan Kapolri. (2) Anggota Penasihat Ahli yang berhalangan hadir dalam sidang anggota Penasihat Ahli Kapolri supaya memberitahukan ketidakhadirannya secara tertulis, dilampiri tanggapan atau pendapat atas topik yang akan dibahas. Pasal 20 (1) Anggota Penasihat Ahli Kapolri, sebagai perorangan sesuai keahliannya dapat diperbantukan pada salah satu Satuan Kerja Polri, atas permintaan Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan. (2) Anggota Penasihat Ahli Kapolri yang diperbantukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberitahukan kepada Ketua dan Sekretaris Penasihat Ahli Kapolri, Koorsahli Kapolri dan Kapolri. BAB V KEANGGOTAAN Bagian Kesatu Susunan Pasal 21 Keanggotaan Penasihat Ahli Kapolri terdiri atas unsur: a. Purnawirawan Polri; dan b. non Polri. Pasal..

8 Pasal 22 (1) Keanggotaan Penasihat Ahli Kapolri dari unsur purnawirawan Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a paling banyak berjumlah 5 (lima) orang. (2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pakar di bidang: a. pembinaan Polri; dan b. operasional Polri. Pasal 23 (1) Keanggotaan Penasihat Ahli Kapolri dari unsur non Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b paling banyak berjumlah 15 (lima belas) orang. (2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pakar disiplin ilmu: a. Informasi Teknologi (IT); b. lingkungan; c. hukum; d. politik; e. ekonomi; f. sosial budaya; g. pertahanan dan keamanan; h. kriminologi; i. sosiologi; j. psikologi k. komunikasi; l. hubungan masyarakat; m. pemasaran; n. manajemen; dan o. disiplin ilmu lainnya sesuai kebutuhan. Pasal 24 Penambahan dan pengurangan jumlah keanggotaan Penasihat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 23 disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan Kapolri setelah mendapat saran dan masukan dari Koorsahli Kapolri. Pasal..

9 Pasal 25 Susunan keanggotaan Penasihat Ahli Kapolri terdiri dari: a. ketua merangkap anggota; b. sekretaris merangkap anggota; dan c. anggota sebanyak-banyaknya 18 (delapan belas) orang. Bagian Kedua Tugas Pasal 26 (1) Ketua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a bertugas memimpin dan mengkoordinasikan seluruh anggota Penasihat Ahli Kapolri dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada Kapolri. (2) Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b bertugas memberikan dukungan teknis dan administratif kepada pimpinan dan anggota Penasihat Ahli Kapolri. (3) Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c bertugas membantu dan bekerja sama dengan pimpinan Penasihat Ahli Kapolri dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada Kapolri. Bagian Ketiga Hak dan Pembiayaan Pasal 27 (1) Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Penasihat Ahli Kapolri diberikan setingkat dengan eselon I B. (2) Anggota Penasihat Ahli Kapolri yang telah berhenti atau berakhir masa jabatannya, tidak diberikan hak pensiun dan/atau pesangon. Pasal 28 Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Penasihat Ahli Kapolri dibebankan pada DIPA Polri melalui anggaran Satker Spripim Polri. Pasal 29 Sekretariat Penasihat Ahli Kapolri dibantu oleh Tata Usaha dan Urusan Dalam (Taud) Sahli Kapolri. BAB..

10 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Penasihat Ahli Kapolri yang diangkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/203/V/2009 tanggal 6 Mei 2009 tentang Pengangkatan Penasihat Ahli Kapolri, masih tetap melaksanakan tugas dan wewenangnya sampai dengan terbentuknya Penasihat Ahli Kapolri berdasarkan Peraturan Kapolri ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kapolri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2011 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2011 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR Paraf: 1. Kadivkum Polri : 2. Koorsahli Kapolri : 3. Kasetum Polri : 4. Wakapolri : BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR