PERANCANGAN ANTENA 5/8λ BERPOLARISASI CIRCULAR PADA BAND VHF ( MHz)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN ANTENA 5/8 λ PADA BAND VHF ( MHz) DENGAN SISTEM POLARISASI CIRCULAR

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

RANCANG BANGUN ANTENA MONOFILAR AXIAL-MODE HELICAL PADA BAND UHF TV ( MHz)

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

BAB 2 LANDASAN TEORI

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI VHF (VERY HIGH FREQUENCY) DAN UHF (ULTRA HIGH FRQUENCY)

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Makalah Peserta Pemakalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERANCANGAN PROTOTYPE ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY FREKUENSI 2,76 GHz UNTUK APLIKASI ANTENA RADAR MARITIM

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

PERANCANGAN PROTOTYPE ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY FREKUENSI 2,76 GHz UNTUK APLIKASI ANTENA RADAR MARITIM

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA V-VERTICAL GROUNDPLANE UNTUK KOMUNIKASI RADIO TRANSCEIVER PADA PITA VHF DAN UHF

PERANCANGAN ANTENA QUADRIFILAR HELICOIDAL PADA BAND FREKUENSI UHF TV ( MHz)

Perancangan dan Unjuk Kerja Antena Mikrostrip Biquad Ganda pada Wireless Fidelity b

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA V-VERTICAL GROUNDPLANE UNTUK KOMUNIKASI RADIO TRANSCEIVER PADA PITA VHF DAN UHF

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

BAB II SALURAN TRANSMISI

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI VHF (VERY HIGH FREQUENCY) DAN UHF (ULTRA HIGH FRQUENCY)

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum 1.2 Jenis Media Saluran Transmisi

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

RANCANG BANGUN ANTENA 2,4 GHz UNTUK JARINGAN WIRELESS LAN

Pengaruh Beamwidth, Gain dan Pola Radiasi terhadap Performansi Antena Penerima

ANTENA TELEKOMUNIKASI

PERANCANGAN ANTENA MONOPOLE 900 MHz PADA MODUL ARF 7429B

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II TINJAUAN TEORITIS

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Antena adalah komponen pada sistem telekomunikasi nirkabel yang

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

BAB II DASAR TEORI ANTENA MIKROSTRIP DAN WIRELESS LAN

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA 3G UNTUK WIRELESS INTERNET ABSTRAK

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

DESAIN ANTENA TEKNOLOGI ULTRA WIDEBAND

BAB II TINJAUAN TEORITIS

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi

PEMBUATAN ANTENA HELICAL PORTABLE 1/4 λ 2,4 GHZ

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

Perancangan Antena Dipole-Helix pada Frekuensi 137 MHz untuk Aplikasi Receiver NOAA

Perancangan dan Realisasi Antena Double Cross Dipole Untuk Stasiun Bumi Sebagai Antena Penerima Sinyal Satelit NOAA

CARA PEMASANGAN RADIO KOMUNIKASI DAN ANTENA I. Alat yang harus disiapkan 1. Radio Transceiver VHF/HF 2. Power Supply /Accu 12 Volt min 20 Amp 3.

BAB IX SISTEM TELEMETRI

DESAIN ANTENA HELIX DAN LOOP PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 430 MHz UNTUK PERANGKAT GROUND STATION SATELIT NANO

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

ANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz

Transkripsi:

PERANCANGAN ANTENA 5/ BERPOLARISASI CIRCULAR PADA BAND VHF (30-300 MHz) 1 Yuli Christiyono, 2 Imam Santoso, Budi Setiawan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, S.H., Tembalang, Semarang, Indonesia, 50275 E-mail: 1 yuli@undip.ac.id, 2 immstso@gmail.com Abstract. Since Hertz and Marconi, antennas have became increasingly important to our society until now they are indispensable. They are everywhere: at home and workplaces, on cars and aircraft, also in ships and satellites. So far most used antenna is an antenna with a single polarization, the horizontal polarization or vertical polarization only. The advantage of circular polarization is the radiation of antenna can be well received by the vertical receiving antenna or horizontal receiving antenna. The purpose of this research is to design and build a circular polarized antenna. Then the values of the parameters measured using Hewlett Packard 656B Signal Generator as a transmitter and Hewlett Packard 901A Modulation Analyzer as a receiver. Both measuring devices were used to determine the frequency and power generated by the antenna. SX- 00 SWR meter as a measuring VSWR and analog VU meters are used to determine the signal strength of the antenna. The result shows that the antenna works well on a predetermined frequency (144 MHz), has omni directional radiation pattern and its VSWR is 1.09. The result of the antenna radiation can also be well received, using vertical and horizontal polarization antenna. VU meter shows that the highest value when antenna used as transmitter is µv and 11 µv when antenna is used as receiver antenna. Keywords: Antenna, vertical polarization, horizontal polarization, circular polarization. Selama ini antena yang dirancang sebagai antena pemancar maupun antena penerima kebanyakan hanya berpolarisasi vertikal maupun horisontal saja. Tetapi dalam kenyataannya polarisasi sinyal dapat berubah selama dalam perjalanan dari pemancar ke penerima yang disebabkan oleh beberapa faktor, sehingga jika menggunakan polarisasi tunggal kadang-kadang sinyal yang diterima tidak terlalu bagus. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan antena berpolarisasi sirkular pada penerima supaya dapat menerima sinyal dengan polarisasi vertikal maupun horizontal. Dari hal tersebut, maka muncul gagasan untuk merancang-bangun suatu antena dengan polarisasi sirkular untuk frekuensi kerja pada band VHF (30 MHz 300 MHz). Antena 5/ Antena menurut Kraus adalah suatu piranti transisi antara saluran transmisi dengan ruang bebas dan sebaliknya. Antena terbuat dari bahan logam yang berbentuk batang atau kawat dan berfungsi untuk memancarkan atau menerima gelombang radio. Antena memiliki berbagai bentuk rangkaian dan model, bila sebuah antenna dipakai ia memiliki dua kegunaan yaitu (1) memancarkan sinyal gelombang elektromagnetik (2) menerima sinyal gelombang elektromagnetik Gelombang pemandu berjalan sepanjang jalur transmisi, kemudian diradiasikan menjadi gelombang ruang bebas. Menurut Kraus konsep dasar antena diilustrasikan seperti gambar 1. Gambar 1 Konsep dasar antena 53

54 Transmisi, Jurnal Teknik Elektro, Jilid 11, Nomor 1, Maret 2009, hlm. 53-59 Panjang gelombang adalah jarak yang Pola radiasi adalah penggambaran ditempuh gelombang selama satu perioda. Rumus perhitunganya adalah sebagai berikut : pancaran energi antena sebagai fungsi koordinasi ruang, seperti pada Gambar 3. Antena diletakkan = c/f (1) pada titik asal koordinat ruang. Pancaran energi yang dimaksud adalah intensitas medan listrik dengan =panjang gelombang (m), c=kecepatan dan daya. Kraus menggambarkan pola radiasi cahaya (3. m/s), f= frekuensi (Hz). frekuensi antena sebagai (Hz) berikut: Antena memiliki frekuensi resonansi, sehingga panjangnya tertentu. Bentuk dasar sebuah antenna adalah antenna 1/2 (half wave antenna). Antena 1/2 merupakan sepotong kawat yang panjangnya : 1/2 (c/f) = 1/2 (3 )/f = 150/f meter (2) Panjang bahan antena ini adalah panjang listrik atau panjang ruang bebas bagi antena tersebut (electrical length/free space lenght). Antena terbentang antara tanah dan udara, antena membutuhkan penyekat terhadap tanah. Udara dan penyekat menyebabkan efek kapasitif, sehingga mempengaruhi kecepatan rambat gelombang elektromagnet. Oleh karena itu, panjang antena dikoreksi dengan faktor K menjadi : L = (150 K/f) meter (3) L disini merupakan panjang mekanik atau panjang fisik antena (physical length). Besar nilai K dapat dilihat dapat dilihat pada gambar 2, yaitu tergantung pada besar perbandingan 1/2 terhadap diameter batang konduktor (bahan antena). Semakin besar diameter batang konduktor, semakin kecil perbandingan 1/2 terhadap diameter batang konduktor, dan semakin kecil nilai K. Pada gambar 2 juga digambarkan hubungan antara diameter batang konduktor dengan resistansi saat resonansi. Semakin besar diameter batang konduktor, kapasitas bertambah, induktansi berkurang, resistansi berkurang, faktor kualitas (Q) berkurang, dan kurva antenna tajam namun lebar jalur (bandwidth) semakin lebar. Gambar tentang nilai K menurut Auerbach adalah sebagai berikut. Gamber 2 Faktor K Terhadap Diameter Bahan Gambar 3 Pola radiasi antena Polarisasi gelombang didefinisikan sebagai arah dari vektor medan listrik terhadap arah rambatan. Polarisasi antena dibagi menjadi: 1) Polarisasi horizontal dan polarisasi vertikal, gelombang radio yang terdiri dari medan listrik dan magnet yang saling tegak lurus. Saat komponen listrik horizontal maka gelombang dikatakan terpolarisasi horizontal, maka gelombang akan teradiasi pada kutubkutub horizontal. Sebagai acuan dapat dilihat pada permukaan bumi. Jika medan listrik yang terjadi vertikal maka kutub-kutub vertikal akan mempolarisasi gelombang secara vertkal pula. 2) Polarisasi circular (melingkar), Pada saat dua gelombang yang sama diantaranya saling mendahului 90 derajat maka medan listrik tersebut akan berputar dengan kecepatan sebesar frekuensi pembawanya dan akan terpolarisasi melingkar. Hanya pada kasus khusus di mana komponen horizontal dan vertikal sama sama kuat dengan beda fasa 90 derajat maka disebut radiasi circular Polarization. Polarisasi gelombang dikelompokkan menjadi polarisasi linear, lingkaran (circular), dan elips. Polarisasi linear seperti Gambar 4 adalah vektor medan listrik yang berada pada bidang yang sama dengan arah rambatan. Suatu gelombang disebut terpolarisasi tegak (vertical), bila vektor medan listrik tegak lurus terhadap permukaan bumi. Dan terpolarisasi mendatar (horizontal), jika vektor medan listrik sejajar dengan permukaan bumi. Dalam keadaan tertentu, vektor medan listrik dapat berputar terhadap garis rambatan. Ini disebabkan oleh interaksi gelombang dengan

Christiyono, Perancangan Antena 5/ Berpolarisasi Circular pada Band VHF (30-300 MHz) 55 medan magnet bumi pada lapisan F 2 dari ionosfer. Perputaran vektor listrik dapat juga dihasilkan oleh jenis antena yang digunakan. Alur yang digambarkan oleh ujung dari vektor medan listrik bisa berbentuk elips dan disebut polarisasi elips yang diilustrasikan oleh Gambar 4(b). Untuk dimensi dan parameter elemen primer antena helix adalah seperti gambar 5. Gambar 5 Konstruksi Antena Helix Gambar 4 Polarisasi Antena Bila perputarannya sesuai dengan arah jarum jam jika dilihat dalam arah rambatan, maka polarisasinya disebut sebagai tangan kanan (right handed) dan jika berlawanan dengan arah jarum jam, polarisasinya adalah ke kiri (left handed). Keadaan khusus dari polarisasi elips disebut polarisasi lingkaran seperti pada Gambar 4(c). Agar dapat menerima sinyal yang maksimum, polarisasi antena penerima harus sesuai dengan polarisasi antena pemancar. Misal suatu antena memancarkan gelombang pada polarisasi vertikal, maka antena penerima harus diarahkan sejajar dengan vektor medan listrik agar diperoleh penerimaan yang maksimum. Antena 5/ adalah antena dengan bentuk geometri dasar berupa tiga dimensi, merupakan kombinasi bentuk garis lurus, lingkaran, dan silinder. Ada beberapa karakteristik dasar dari antena 5/ kawat tunggal ragam sumbu ini, yaitu. 1) Antenna 5/ memiliki polarisasi sirkular. Dengan elemen pencatu berpolarisasi sirkular diharapkan rugi polarisasi silang berkurang. 2) Dimensi antena mempunyai hubungan linier dengan panjang gelombang frekuensi tengah operasi, sehingga dimensinya akan semakin kecil dengan meningkatnya frekuensi kerja. 3) Pengarahan dan penguatan yang baik pada rentang frekuensi yang lebar. 4) Impendasi masukan adalah resistif dan relatif konstan pada rentang frekuensi kerja, sehingga memudahkan untuk realisasi penyepadan impedansi. 5) VSWR yang relatif konstan. dengan D = diameter helix, C= sirkumferensi helix= π.d, S= jarak antar putaran helix, α= sudut pitch = tg -1 (S/πD), L= panjang satu putaran, n = jumlah putaran, A = panjang sumbu helix = n.s, D= diameter konduktor helix = 2a Beberapa dimensi helix kadang dituliskan dengan panjang gelombang (), misalnya C dan S. Simbol tersebut melambangkan dimensi yang bersangkutan diukur berdasarkan nilai panjang gelombang. Jika satu putaran helix dibentangkan pada bidang datar, hubungan antara S, C, L dan α merupakan suatu hubungan segitiga seperti pada gambar 6. Gambar 6 Hubungan antara S,C, L dan α Antena 5/ dapat diumpankan secara aksial, dengan sisi luar ditempatkan ground plane. Konduktor dalam dari kabel coaxial terhubung ke antena 5/ dan konduktor luar menuju ground plane. Ground plane dapat berbentuk lingkaran maupun kotak dengan diameter atau dimensi sisi setidaknya ¾. Nilai Impedansi terminal antena helix dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut 150 R( Ω ) = (4) C Namun pada umumnya saluran transmisi yang digunakan pada televisi yaitu kabel coaxial dengan impedansi karakteristik 75 ohm, sedangkan impedansi antena helix sekitar 150 ohm. Sehingga harus dilakukan matching (penyepadan) impedansi antara antenna dan

56 Transmisi, Jurnal Teknik Elektro, Jilid 11, Nomor 1, Maret 2009, hlm. 53-59 saluran transmisinya. Salah satu caranya adalah dengan membuat kawat dari ¼ putaran terakhir helix untuk dipipihkan atau diruncingkan secara berangsur-angsur sampai dengan sepenuhnya pada terminal, seperti pada gambar di bawah ini Gambar 7 Penyepadanan Impedansi Perancangan Antena 5/ Dalam merancang suatu antena terlebih dahulu ditentukan parameternya. Adapun parameter yang harus diperhatikan perancangan antena ini adalah sebagai berikut (1)Menentukan frekuensi kerja dan panjang gelombang. (2) Menentukan jarak lengkung antena 5/ (3) Nilai impedansi antena 5/.(4) Nilai VSWR. Tahap-tahap perancangan elemen primer dari antena 5/ adalah sebagai berikut: a) Menentukan frekuensi kerja dan panjang gelombang Lebar pita frekuensi yang diinginkan merupakan band VHF, sebagai band operasi dengan bandwidth 30MHz 300MHz. Frekuensi kerja antena yang dirancang pada 144 MHz, sedang diameter bahannya adalah d = 1,905 cm. Untuk mencari panjang gelombangnya : c 3 = = 2,0 m 20 cm f 6 144 Hasil tersebut masih disebut sebagai panjang listrik (electrical length) untuk mendapat panjang fisik antena (physical lenght) perhitungannya adalah sebagai berikut: perbandingan 1/2 diameter bahan = 0, 5 d 20 0,5 = 54,6 cm 1,905 54,6 tersebut dikoreksi dengan factor K, harga K tersebut diperoleh dengan melihat kurva pada gambar 2 maka hasil yang didapat adalah K = 0.96, sehingga : = 20 0,96 = 199,7 cm Sedang antena yang dibuat adalah 5/ (5/ = 0,625) sehingga menjadi : 5 = 199,7 0,625 = 124 cm Agar dihasilkan antena yang maksimal dan optimal maka hasil yang didapat tadi dibagi menjadi 3 bagian sehingga perhitungannya menjadi : 124, 1/3 bagian = = 42 cm 3 b) Menentukan jarak lengkung antena 5/ Berdasarkan Gambar 6 maka jarak antar putaran helix berkaitan dengan sudut angkat (α ). Oleh sebab itu terlebih dahulu o ditentukan sudut angkatnya yaitu α = 12, karena sudut angkat (pitch angel) yang optimal berkisar 12 o s.d. 14 o. Sehingga jarak antar putaran antena 5/ adalah: S S α = arctan tanα = C C o S tan12 = S = 0,21 124, = 26cm 124, Sedangkan untuk nilai S adalah S 26 S = = = 0,21 124, c) Nilai Impedansi Antena 5/ Berdasarkan Persamaan (4) maka nilai impedansi antena 5/ adalah 50 50 R = = = 50Ω 1 C d) Nilai VSWR Pada umumnya saluran transmisi yang digunakan pada pemancar radio yaitu kabel coaxial dengan impedansi karakteristik 50 ohm, sedangkan impedansi antena 5/ sebesar 50 ohm, maka nilai VSWR adalah sebagai berikut Z L 50 VSWR = = 1 Z 50 = O Sebagai konduktornya dipilih bahan alumunium yang memiliki konduktivitas cukup baik yaitu sebesar 3.72 x 7 mho/m. Bahan alumunium juga banyak tersedia di pasaran dan harganya terjangkau. Diameter alumunium yang digunakan adalah sekitar 1,905 cm, karena

Christiyono, Perancangan Antena 5/ Berpolarisasi Circular pada Band VHF (30-300 MHz) 57 diameter sebesar itu tidak terlalu kaku untuk dibuat melengkung. Penyepadanan impedansi dibuat dengan cara, yaitu kawat dari ¼ putaran terakhir untuk dipipihkan atau diruncingkan secara berangsurangsur sampai dengan sepenuhnya pada terminal, seperti pada Gambar 7. Untuk langkah-langkah pembuatan atau pembangunan dari antena 5/ adalah sebagai berikut 1) Membuat kerangka antena 5/ sebagai mast boom dari pipa alumuniaun, sesuai dengan ukuran yang telah dirancang dan diperhitungkan, seperti pada gambar berikut : Gambar Kerangka Antena 5/ sebagai Mast Boom 2) Untuk membuat radiator melengkung dilakukan dengan cara pipa alumunium langsung dirol pada alat pengerol. 3) Selanjutnya mengatur jarak antar radiator sesuai dengan perhitungan. Agar radiator tidak bergerak, maka dipasang klem untuk menjepit pipa almunium pada mast boom. 4) Penyepadanan impedansi dibuat dengan cara yaitu kawat dari ¼ putaran terakhir untuk dipipihkan atau diruncingkan dengan kikir secara berangsur-angsur sampai dengan sepenuhnya pada terminal. 5) Groundplane dibuat dari bronze dan diatasnya diberi Teflon berbentuk kros melingkar dimal dan dibentuk dengan mesin bubut sebagai tumpuan antena (feeding point) yang akan dirancang. Gambar 9 Feeding Point Konektor dipasang menempel pada groundplane dengan konduktor luar disolder terhubung pada groundplane dan konduktor dalam disolder terhubung dengan antena yang dirancang. Adapun konstruksi antena 5/ secara keseluruhan adalah seperti pada gambar. Gambar. Konstruksi real antena 5/ Pengujian Antena Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi resonansi dan lebar pita frekuensi dari antena yang diuji. Dalam pengujian ini menggunakan alat ukur Signal Generator Hewlett Packard 656B, Modulation Analyzer Hewlett Packard 901A, antena radio, dan konektor secukupnya. Adapun konfigurasi pengujian adalah seperti pada Gambar 12. Gambar 11. Konfigurasi Pengujian Frekuensi Apabila antena 5/ akan diuji sebagai antena penerima, maka antena 5/ dihubungkan pada alat ukur Modulation Analyzer HP 901A. Sedangkan sebagai pemancarnya menggunakan antena teleskopik yang dihubungkan pada Signal Generator HP 656B. Sebaliknya, bila antena 5/ akan diuji sebagai antena pemancar maka dihubungkan pada Signal Generator HP 656B, dan penerimanya menggunakan antena teleskopik yang dihubungkan pada Modulation Analyzer HP 901A. Begitu pula untuk pengujian frekuensi dari antena jenis lainnya dengan langkah yang sama. Pada Signal Generator terlebih dahulu diatur frekuensi dan daya sinyal yang dibangkitkan. Untuk frekuensinya diatur dari 30 MHz sampai dengan 300 MHz dengan daya sinyal 13dBm (daya maksimal yang dapat dibangkitkan). Dengan kelipatan 2 MHz, dicatat daya sinyal yang dapat diterima oleh Modulation Analyzer dan selanjutnya dapat dibuat grafiknya.

5 Transmisi, Jurnal Teknik Elektro, Jilid 11, Nomor 1, Maret 2009, hlm. 53-59 Gambar 12 hasil uji frekuensi sebagai Pemancar (kiri) dan Penerima Dari hasil-hasil data di atas dapat diketahui bahwa antena 5/, yang diujikan sudah bekerja pada frekuensi yang diharapkan yaitu dapat menerima dan memancarkan sinyal pada rentang frekuensi 30 MHz sampai 300 MHz. Untuk frekuensi resonansi antena 5/ sudah sesuai yang ditentukan yaitu tepat pada frekuensi 144 MHz. Pengujian pola radiasi bertujuan untuk mengetahui pola radiasi antena yang diuji. Dalam pengujian ini menggunakan alat ukur Signal Generator Hewlett Packard 656B, Modulation Analyzer Hewlett Packard 901A, Adapun konfigurasi pengujian adalah seperti pada Gambar 12 Pada pengujian ini, hasil pola radiasi yang diperoleh sudah sesui dengan yang diharapkan. Meskipun dalam penggambarannya masih terlihat kasar karena dalam pengujian dilakukan secara manual dan skala kelipatan sudutnya sebesar. Pengujian VSWR bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai VSWR dari masingmasing antena yang diuji. Dalam pengujian ini menggunakan alat ukur Signal Generator Hewlett Packard 656B, SWR Meter SX-00, dan konektor secukupnya. Adapun konfigurasi pengujian adalah seperti pada Gambar 15. Gambar 15 Konfigurasi Pengujian VSWR Pada pengujian ini, frekuensi dan daya sinyal yang akan dibangkitkan oleh Signal Generator terlebih dahulu diatur. Untuk frekuensinya diatur mulai dari 30 MHz sampai dengan 300 MHz dan daya sinyalnya sebesar 13 dbm. Dengan kelipatan frekuensi 2 MHz dari pembangkit, dapat dicatat nilai VSWR yang ditunjukkan oleh SWR Meter dan selanjutnya dapat dibuat grafiknya. Gambar 13 Konfigurasi Pengujian Pola Radiasi Sama halnya pada pengujian frekuensi, antena yang akan diuji dapat dijadikan sebagai pemancar maupun penerima. Namun pada pengujian ini frekuensi pada Signal Generator diatur hanya pada frekuensi resonansi dari antena uji, yang mempunyai nilai daya sinyal tinggi. Untuk mendapatkan hasil pola radiasi, antena uji diputar 360 dengan setiap kelipatan dicatat daya sinyal yang dapat diterima oleh Modulation Analyzer. Kemudian dari hasil tersebut, dibuat pola radiasinya dengan menggunakan program MATLAB 7.01. Hasilnya seperti gambar berikut. Pola Radiasi Antena 5/ lamda 120 90 0.05 0.04 60 Gambar 16 Hasil Pengujian VSWR Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa antena yang uji memiliki penyepadanan impedansi yang baik. Karena memiliki nilai VSWR lebih kecil dari 1,25 pada frekuensi resonansi. Pada tahap pengujian dengan radio, antena uji secara langsung pada pesawat radio AC2N dengan VU meter analog. Adapun konfigurasi pengujian adalah seperti pada Gambar 17 150 0.03 0.02 0.01 30 10 0 2 330 240 270 300 Gambar 14 Pola Radiasi Antena 5/ Gambar 17 Konfigurasi Pengujian VU Meter

Christiyono, Perancangan Antena 5/ Berpolarisasi Circular pada Band VHF (30-300 MHz) 59 Antena 5/ digunakan sebagai antena penerima, sedangkan sebagai antena pemancar digunakan antena helical dan antena teleskopik. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 1. V U M e te r (µ V ) 16 14 12 6 4 2 0 Grafik Pengujian Menggunakan VU Meter 0 50 0 150 200 250 300 350 Frekuensi (MHz) Grafik Pengujian Menggunakan VU Meter 16 14 12 6 4 2 0 0 50 0 150 200 250 300 350 V U M e te r ( µ V ) Frekuensi (MHz) Gambar 1 hasil uji pemancar antena Helical (kiri) dan antena Teleskopik PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian antena 5/ yang dirancang sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu beresonansi pada frekuensi 144 MHz. Pola radiasi antena 5/ berbentuk melingkar. Hasil pengujian pola radiasi antena 5/ nilai daya terkecil adalah 0,046 mw daya terbesar diperoleh 0,049 mw. Antena 5/ sebagai penerima, antena helical dan antena teleskopik sebagai pemancar didapat nilai VU meter analog sebesar 11 µv. Hasil pengujian VSWR antena 5/ diperoleh nilai VSWR terbesar sebesar 1,23 untuk nilai VSWR terkecil 1,09 tepat pada frekuensi yang ditentukan yaitu 144 MHz.Adapun saran untuk penelitian selanjutnya dalam pengujian, skala untuk hasil pengujian dapat diperkecil untuk memperoleh hasil yang akurat, misalnya, untuk pola radiasi digunakan skala pengujiannya sebesar 2. Untuk mendapatkan polarisasi yang benarbenar circular atau melingkar maka pembuatan antena ini distek lebih dari satu (2,4,6,..dst.) Dapat dikembangkan pula untuk rancang bangun antena jenis lainnya, selain antena 5/ dan antena yang sudah beredar di pasar. DAFTAR RUJUKAN Amos, Kamus elektronika, Cetakan ke-3, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1996. Carr, J.J, Practical Antena Hand Book, 4 th ed., Mc. Graw Hill, USA, 2001. Kraus and Marhefka, Antennas : for All Applications, 3 rd ed., Mc. Graw Hill, New York, 2002. Wasito, Vademekum Elektronika, PT. Gramedia, Jakarta, 195.