Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Para Pakar Geografi pada seminar dan lokakarya di Semarang tahun 1988 dalam (Cut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan faktor penunjang utama dalam maju atau

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam usaha pembangunan diberbagai. bidang jelas diperlukan stimulasi dan pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada Era globalisasi yang ditandai persaingan kualitas atau mutu,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

KOMPETENSI: WAWASAN KEPENDIDIKAN, AKADEMIK, DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PADA EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP DI SMK

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

IMPLEMENTASI SERTIFIKASI PENDIDIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU BK MELALUI PENILAIAN KINERJA DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Siti Fitriana

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK MELALUI KEBIJAKAN SERTIFIKASI Oleh: Louisa Nicolina Kandoli Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas TeknikUNIMA ABSTRAK Guru adalah suatu jabatan professional yang harus memenuhi kriteria professional, yang meliputi syarat-syarat fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi profesional guru selain bersumber dari bakat seseorang untuk menjadi guru juga pendidikan yang diselenggarakan pada pendidikan guru memegang peranan penting. Di dalam merumuskan jenis kompetensi guru professional dapat dilihat dari segi tanggung jawab guru, yakni tanggung jawab moral, tanggung jawab pendidikan di sekolah, misalnya memberikan bimbingan dan pengajaran, melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, mendiaknosis kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar, tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, dan tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan. Untuk menentukan jenis kompetensi guru juga dilihat segi fungsi dan peranannya, yakni guru sebagai pendidik dan pengajar, guru sebagai anggota masyarakat, guru sebagai pelaksana administrasi ringan. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak yang terkait dengan dunia pendidikan terutama pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik professional. Pemerintah bertekad untuk meningkatkan mutu guru melalui uji kompetensi dan sertifikasi guru. Kebijakan yang diajukan adalah standart dan sertifikasi dipilih dan dipilah guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi dan guru yang tidak profesional tidak berhak mendapatkannya. Keywords: Kompetensi, Profesional, Guru SMK, Kebijakan, Sertifikasi A. Pendahuluan Kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisahkan. Diantara ketiga jenis kompetensi itu saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru. Kompetensi guru penting dalam hubungannya dengan penyusunan kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebahagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. Untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik profesional, meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran, pelatihan, berorganisasi dan kegiatan ilmiah lainnya serta memanfaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan. Sertifikasi guru yang merupakan sertifikat pendidik yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Syarat guru peserta sertifikasi yaitu memiliki kualifikasi akademik yang memiliki ijazah minimal S1/D-IV. Selain itu juga harus memenuhi persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Nilai yang muncul dalam rangka sertifikasi adalah penjaminan mutu yang berlangsung secara berkelanjutan bagi guru. Dalam pasal 8 Undang-undang guru dan dosen (UUGD) dikemukakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 441

B. Pentingnya Kompetensi Guru Dalam setiap studi tentang ilmu kependidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa disinggung bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri ditengah-tengah ilmu pendidikan yang begitu luas dan kompleks. Dewasa ini perhatian itu bertambah besar sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya. Secara gamblang dapat kita lihat bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program pembangunan pendidikan di negara kita. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru SMK dalam jenjang pendidikan adalah kompetensi profesional guru, dan juga jenis kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Ketiga jenis kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru SMK yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjastment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru SMK. Berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan itu. Secara lebih spesifik, apakah suatu LPTK berhasil mendidik para calon guru SMK akan ditentu oleh berbagai komponen dalam institusi tersebut. Salah satunya adalah komponen kurikulum. Oleh karena itu kurikulum pendidikan guru SMK harus disusun atas dasar kompetisi yang diperlukan oleh setiap guru SMK. Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru SMK secara khusus. Dengan demikian guru SMK mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Proses belajar dan hasil belajar para siswa SMK sebahagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru SMK yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa SMK dapat belajar pada tingkat optimal. Kriteria Profesional Guru SMK Guru SMK adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, sebagai berikut. a. Fisik - Sehat jasmani dan rohani - Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. b. Mental/kepribadian - Berkepribadian/berjiwa Pancasila - Mampu menghayati GBHN - Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik. - Berbudi pekerti yang luhur. - Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal. - Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa. - Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya. - Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. - Bersifat terbuka, peka dan inovatif. - Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. - Ketaatannya akan disiplin - Memiliki sense of humor. c. Keilmiahan/pengetahuan - Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. - Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik. - Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. - Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. - Senang membaca buku-buku ilmiah. - Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi. - Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar d. Keterampilan 442

- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. - Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi. - Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP) - Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. - Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. - Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru SMK. C. Karakteristik Kompetensi Guru SMK Guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. Guru SMK yang dinilai kompeten secara profesional apa bila: a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. b. Mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil. c. Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah. d. Mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas. Karakteristik itu ditinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar. Manusia dapat disebut bertanggung jawab apabila dia mampu membuat pilihan dan membuat keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dalam dirinya, maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya. Setiap guru SMK yang profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, ia bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Setiap guru SMK yang profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral Pancasila itu serta nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. Dengan demikian, setiap guru SMK harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan Pancasila. Kemampuan menghayati berarti kemampuan untuk menerima, mengingat, memahami, dan meresapkan ke dalam pribadinya sehingga moral Pancasila mendasari semua aspek kepribadiannya. Peran utama guru SMK adalah sebagai pengajar dan pendidik. Peran tersebut akan terlaksana apabila guru tersebut memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Ia akan mampu mendidik dan mengajar apabila ia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan. Selain tugas pokok sebagai pengajar, guru juga sebagai anggota masyarakat. Agar seorang guru khususnya guru SMK mampu mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, ia perlu menguasai psikologi sosial, khususnya mengenai hubungan antar manusia dalam rangka dinamika kelompok. Ia juga harus memiliki keterampilan dalam membina kelompok, keterampilan bekerja sama dalam kelompok, dan keterampilan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. Dengan demikian jelaslah betapa banyaknya kompetensi-kompetensi yang perlu dikuasai oleh seorang guru profesional. D. Sertifikasi Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru, dijelaskan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sedangkan nilai sertifikasi adalah penjaminan mutu yang berlangsung secara berkelanjutan bagi guru. Hal tersebut berarti bahwa sertifikasi guru adalah proses pemberian pengakuan bahwa seorang guru telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas profesional dalam mengajar 443

atau layanan pendidikan dalam jenjang pendidikan tertentu setelah melalui uji kompetensi yang dilaksanakan lembaga sertifikasi. Menurut Mulyasa (2006), sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan nasional pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Dalam pasal 8 Undang-Undang Guru dikemukakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut dalam Pasal 11 dikemukakan bahwa: sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain dikemukakan dalam Bab VI PP.19/2005 tentang Standarisasi Nasional Pendidikan, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D IV) atau Sarjana S1. Sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait dengan amanat Undang-Undang Guru. Karena melalui standart dan sertifikasi diharapkan dapat dipilih dan dipilah guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi dan guru yang tidak profesional sehingga tidak berhak mendapatkannya (Mulyasa, 2006). Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi untuk mengetahui apakah guru-guru benar-benar memenuhi standar guru Indonesia. Memahami persoalan sertifikasi dan peningkatan profesional guru, maka kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan merupakan dimensi fundamental dari semua profesi (Duke dan Canady, 1992). Ternyata hanya sedikit guru yang mau pensiun untuk menyegarkan keterampilan, perolehan keterampilan baru dan memperdalam pengetahuan dalam mata pelajaran dan masalah murid. Persoalan utama adalah bagi pembuat kebijakan bagaimana yang terbaik untuk memajukan guru dan memberikan penggajian bagi kelangsungan pengembangan dalam kesibukan profesional. Lebih lanjut Duke dan Canady mengatakan bahwa pengembangan profesional dipahami bahwa proses yang merupakan secara minimal meninggikan level kompetensi guru dari berbagai kompetensi profesional dan mengembangkan pemahaman mereka tentang diri, peran, konteks, dan karir. Dengan perkataan lain, pengembangan staf adalah usaha untuk menolong kelompok guru untuk mencapai kebutuhan organisasi sekolah dan sistem sekolah. Tujuan dari perbaikan ini adalah pertumbuhan individual, yang akhirnya bertujuan pada peningkatan organisasi sekolah. Seseorang mendorong keragaman dan yang lain mengembangkan kebersamaan dalam arah yang umum. Sekolah akan menjadi dinamis dan responsif karena adanya pengembangan staf di setiap sekolah. Tampak pada beberapa sekolah unggulan sudah memulai melakukan kebijakan pengembangan staf karena tidak dilakukan, maka keunggulan yang dikejar untuk menjadikan sekolah terbaik akan mendapat hambatan. Berbeda dengan sekolah-sekolah negeri yang belum merata strategi pengembangan staf atau guru, karena kewenangan sekolah itu sendiri. Disini KKG atau kelompok kerja guru di jenjang sekolah dasar, dan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) disekolah menengah perlu diberdayakan sebagaimana mestinya. Boleh dikatakan bahwa diperlukan strategi dan aktivitas yang terencana oleh setiap sekolah sebagai kebijakan pengembangan guru. Menurut Duke dan Canady (1991), strategi dan aktivitas kebijakan pengembangan staf mencakup beragam level dan komitmen finansial atas bagian dari sistem sekolah. Dengan demikian, tidak hanya satu strategi saja yang dapat dilakukan dengan pengembangan staf dan guru seperti diskusi pengembangan kurikulum, metodologi pembelajaran, workshop, tetapi dapat pula melakukan studi banding, mendatangkan ahli, pendidikan lanjutan, atau pelatihan berjenjang dalam kompetensi keguruan. Diperlukan kebijakan lokal dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mempercepat pengembangan guru dalam merespons kebijakan nasional sertifikasi guru. Tentunya tidak hanya menyiapkan guru yang sudah memenuhi persyaratan sertifikasi, tetapi juga memberikan pendidikan lanjutan bagi guru yang belum memperoleh jenjang pendidikan S1. bagi daerah-daerah yang memiliki dukungan sumber daya pembiayaan dari beberapa sumber maka baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maupun sekolah dapat menyingkronkan sistem pengembangan guru yang benar-benar merespons kebijakan sertifikasi guru sehingga peluang ini menjadi janji terbaik bagi para guru dalam memperbaiki nasib dan status sosial yang terabaikan salama ini. Untuk itu, bagi pengambil kebijakan pendidikan, baik anggota legislatif di DPRD, pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan/pengajaran, serta kepala sekolah menjadi pengambil 444

kebijakan yang arif, cerdas dan antisipatif untuk memajukan pendidikan di daerah mencapai keunggulan lokal dan nasional. E. Simpulan Kompetensi profesional guru penting untuk dipelajari, oleh sebab kompetensi guru dapat dijadikan sebagai dasar atau alat untuk merumuskan kriteria penyaringan dalam rangka penerimaan dan penempatan seorang guru. Kriteria ini sangat diperlukan dalam memilih guru yang dapat diterima dan ditempatkan sesuai kebutuhan. Berdasarkan kompetensi yang diharapkan bagi setiap guru sangat penting dalam rangka membimbing guru bersangkutan, dan juga dapat dijadikan titik tolak dalam merumuskan kegiatan dan hasil belajar para siswa. Dalam menentukan jenis kompetensi guru yang harus dilihat dari segi tujuan instruksional sekolah dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap para siswa sehingga menuntut kompetensi tertentu bagi guru. Sertifikat pendidik sebagai bukti formal dan pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional adalah merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan sertifikat kepada guruguru yang berkompeten. DAFTAR PUSTAKA Ditjen Pendidikan Tinggi, Depdiknas. 1993. Profesional Jabatan Guru. Jakarta Hamalik Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. PT Bumu Aksara. Jakarta. Mulyasa, E. 2006. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Remaja Rosdakarya. Bandung Raka.Joni. 1992. Pokok=pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Konsorsium Ilmu Pendidikan. Jakarta. Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Tangkilisan, Hessel N S. 2003. Implementasi Kebijakan Publik Lukman Offset. Yokyakarta. Tilaar,H.A.R. 2000. Standardisasi Pendidikan Nasional. Reka Cipta. Jakarta 445

446