BAB 1. PENDAHULUAN. demokratisasi, partisipasi aktif masyarakat setempat dan akuntabilitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kemajuan Sekolah di SMP Kabupaten Karanganyar

T E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH. ( Studi Situs SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Sukoharjo) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai suatu pendekatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo. Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DANSARAN. dari ketiga fokus yaitu Kesiapan implementasi Kurikulum 2013

PENILAIAN AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 BAN-PT

PENILAIAN AIPT. Skor AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bobot (dalam %) 90

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. khususnya melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam esensi pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TESIS

AS ADI NIM. Q

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang paling mendasar dan sedang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan prestasi murid adalah guru. bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. alam, melainkan pada keunggulan sumberdaya manusianya. Perkembangan global

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang paling mendasar dan sedang dihadapi oleh

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang ikut menentukan kemajuan suatu negara. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB-1 PENDAHULUAN. terhadap keberbasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

Transkripsi:

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meyakini bahwa demokratisasi, partisipasi aktif masyarakat setempat dan akuntabilitas pendidikan merupakan satu-satunya pintu gerbang menuju peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Di dalam kerangka berpikir ini, berbagai keputusan yang menyangkut kebijakan dan penanganan masalah pendidikan di sekolah seyogyanya dibuat dan/atau dihasilkan oleh mereka yang berada di garis depan {line staff) pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru dan masyarakat setempat. Kepala sekolah, guru dan masyarakat setempat adalah pelaku utama dan garda terdepan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Karena yang bertanggung jawab atas dan terkena langsung akibatakibat dari berbagai kebijakan pendidikan yang dijalankan di sekolah. Melalui pengalihan kewenangan pengambilan keputusan dari Departemen Pendidikan Nasional/ Propinsi/Kabupaten ke tingkat sekolah sangat diharapkan bahwa sekolah dan guru akan secara mandiri menetapkan dan mengembangkan suatu kurikulum pembelajaran yang lebih match and link dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Perubahan dan pengalihan kewenangan kepada daerah dan/atau sekolah di satu sisi mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang sudah lama mengharapkan adanya otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan yang selama ini 1

dijalankan secara sentralistik-birokratik. Penyelenggaraan pendidikan oleh daerah dan atau sekolah diyakini akan membawa manfaat yang sangat besar karena lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah dan atau sekolah setempat Tetapi di sisi lain, perubahan dan pengalihan ini tetap harus diwaspadai terutama menyangkut bagaimana menjaga standar mutu pendidikan dalam menjawab berbagai tantangan global. Pelibatan warga sekolah dan masyarakat setempat di dalam perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dipercaya sebagai pintu gerbang menuju peningkatan mutu pendidikan. Kepercayaan ini dibangun di atas keyakinan bahwa semakin besar tingkat partisipasi warga sekolah dan masyarakat setempat, semakin besar pula sense of belonging terhadap sekolah. Semakin besar partisipasi dan sense of belonging warga sekolah dan masyarakat, semakin besar pula tanggung jawab dan dedikasi mereka terhadap sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan pelibatan warga sekolah dan masyarakat setempat di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (Haryono, 2004) menjelaskan bahwa pelibatan itu harus mempertimbangkan skills batas kewenangan dan relevansinya terhadap tujuan pendidikan yang mau dicapai. Setiap ada isu tentang rendahnya mutu lulusan dari setiap jenjang pendidikan, tudingan cenderung diarahkan pertama kepada kemampuan guru sebagai penyebabnya (Joni, 1991). Guru sering kali dipandang sebagai awal dari semua kegagalan dan/ atau keterpurukan mutu pendidikan yang dilangsungkan di negeri ini. Realitas ini tidak bisa dielakkan mengingat 2

guru sebagai tenaga pendidikan yang menduduki posisi dan memegang peranan yang sangat menentukan (Suyanto, 2001). Dengan kata lain, kualitas pendidikan di sekolah tidak pernah lepas dari peranan guru. Kinerja guru dapat sangat berpengaruh terhadap kelangsungan seluruh proses pembelajaran di dalam kelas dan pada akhirnya akan mempengaruhi pula kualitas lulusan. (Bafadal, 2006) menegaskan bahwa semua komponen yang ikut berpengaruh terhadap pembentukan pengalaman belajar seperti program pembelajaran, murid, sarana dan prasarana pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala sekolah, tidak akan berguna bagi peserta didik kalau tidak didukung oleh guru yang profesional. Guru yang profesional dituntut untuk menyusun program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, menganalisa hasil evaluasi, menyusun program perbaikan dan pengayaan (Depdiknas, 1994). Kinerja guru merujuk kepada perilaku guru di dalam melaksanakan pekerjaan keguruannya. yaitu mengajar. (Gaynor, 1998) menegaskan sebagai berikut: "performance relates to what teachers do in the classroom and how that affects student learning" (kinerja bertalian erat dengan apa yang para guru lakukan di dalam kelas dan bagaimana hal itu berpengaruh kepada kegiatan belajar siswa). Berdasarkan pandangan ini, yang dimaksudkan dengan kinerja guru adalah perilaku yang terkait dengan dengan aktivitas mengajar yang dijalankan oleh seorang guru di dalam kelas. Pada umumnya, perilaku guru yang diharapkan adalah perilaku yang 3

mendatangkan prestasi belajar yang maksimal bagi siswa. Tidak mengherankan jika prestasi belajar siswa yang memuaskan dipandang sebagai cerminan prestasi kerja para guru. Guru diyakini sebagai komponen terpenting di dalam seluruh proses pembelajaran karena mampu menggerakkan dan menggunakan berbagai perangkat belajar seperti laboratorium dan alat peraga lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut (Sahertian, 2000), guru yang memiliki kinerja baik adalah guru yang selalu: a. Melayani peserta didik secara individual dan kelompok; b. Membuat persiapan/perencanaan pengajaran; c. Mampu menggunakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan; d. Mengikutsertakan peserta didik di dalam berbagai pengalaman belajar; dan e. Menempatkan diri sebagai pemimpin yang aktif bagi peserta didik. Sistem pengelolaan (manajemen) sekolah yang efektif dan efisien bertendensi kepada peningkatan kualitas pendidikan, demikian juga sebaliknya. Kepala sekolah merupakan salah satu instrumental process yang mengemban tugas dan tangggung jawab yang sangat menentukan keberlangsungan proses pendidikan di sekolah (Idris, 2005). Dalam kerangka berpikir ini, kepemimpinan kepala sekolah harus segera dikembangkan karena merupakan salah satu faktor utama yang menentukan 4

prestasi sekolah (Suryadi dan Tilaar, 1994) atau faktor yang menentukan mutu pendidikan (Kummerer dan Lynch, 1990). Salah satu peranan dan tanggung jawab kepala sekolah adalah sebagai manejer pendidikan. Seorang pemimpin pendidikan dituntut memiliki keterampilan manajerial yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada lingkup lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah, yaitu ketuntasan belajar para anak didik. Sebagai manejer pendidikan, kepala sekolah bertanggungjawab untuk merencanakan {planning), mengorganisasikan (organizing), melaksanakan {actuating), memimpin {leading) dan mengendalikan {controlling) seluruh kegiatan sekolah dan mendayagunakan semua sumber daya (manusia dan material) yang ada di sekolahnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterampilan dan kemampuan manejer dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial tersebut akan berdampak kepada keefektifan kerja organisasi sekolah. Kepala sekolah yang profesional memiliki visi dan harapan yang kokoh tentang masa depan sekolah, guru dan anak didiknya. Kepala sekolah yang profesional tidak berpuas diri dengan berbagai pencapaian pada masa lampau, tetapi sebaliknya selalu memandang ke masa depan, ke 'tempat' di mana sekolah, guru dan anak didiknya dibawa. Kepala sekolah yang profesional akan menemani dan mengawasi penampilan guru dan anak didiknya di sekolah (di kelas), memberikan masukan yang positif dan konstruktif untuk perbaikan dan pengembangan sistim dan metode 5

pembelajaran, mendorong pemanfaatan waktu dan semua fasilitas belajar secara efektif dan kreatif (Scheerens & Bosker, 1997). Kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah akan dipersepsi oleh guru-guru, dan selanjutnya akan membentuk perasaan dan/atau sikap tentang bagaimana harus berperilaku dalam melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Kepala sekolah yang selalu mendorong dan mengarahkan guruguru untuk mengembangkan diri dan kemampuannya akan membangkitkan semangat juang dalam diri guru-guru dan pada gilirannya akan membuat guru-guru merasa senang dan betah berada di sekolah dan berusaha untuk bekerja dan mengabdikan diri-nya secara maksimal (Mantja, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh (Khasanah, 2005), terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Gresik, menemukan adanya kontribusi yang signifikan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru. Hal senada ditemukan juga oleh (Sion, 2005) yang, dalam penelitiannya terhadap guru- guru SD Negeri pada daerah terpencil di Kabupaten Gunung Mas Propinsi Kalimantan Selatan, mengungkapkan bahwa semakin baik keterampilan manajerial kepala sekolah, semakin baik performansi mengajar guru. Hal yang sama diungkapkan juga oleh (Kempa, 2009) yang, dalam penelitiannya terhadap guru-guru SD Negeri di kota Ambon, mengungkapkan bahwa semakin baik keterampilan manajerial kepala sekolah, semakin baik kinerja guru. Faktor lain yang turut meramaikan pembincangan tentang carutmarutnya mutu pendidikan di Indonesia adalah status sosial-ekonomi guru. 6

(Eggen & Kauchak, 2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa status sosial-ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) guru hanya mempunyai arti apabila diarahkan juga kepada upaya untuk mewujudkan pembangunan ekonomi guru. Apabila keuangan rumah tangga guru tidak tercukupi, guru tidak akan bisa bekerja dengan tenang. Pikirannya sangat kacau karena banyak urusan ekonomi rumah tangga yang belum terselesaikan. Akibatnya, kinerja guru di sekolah dan, terutama, di dalam kelas menjadi sangat terganggu. Ada banyak peristiwa yang menimbulkan masalah bisa saja terjadi karena kondisi kejiwaan guru yang tidak tenang (Sahertian, 2000). Untuk dapat merealisasikan maksud mulia pendidikan, yaitu mengantarkan anak-anak bangsa meraih kesuksesan hidup di masa yang akan datang dibutuhkan guru yang profesional dan berdedikasi tinggi. Namun, beban kehidupan yang semakin berat disebabkan oleh gaji guru yang relatif kecil dan terus meningkatnya biaya transportasi dan harga barang-barang kebutuhan pokok di Yogyakarta, maksud mulia tersebut seringkali terhambat oleh guru-guru yang sibuk berusaha mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, entah dengan menjadi guru les privat ataupun dengan bertani, beternak dan/atau berdagang kecilkecilan. Dalam penelitiannya (Kummerer dan Lynch, 1990) menyimpulkan bahwa para guru tidak memiliki cukup waktu untuk merencanakan, 7

menganalisa dan mengevaluasi pekerjaan siswa karena harus mencari uang tambahan untuk kebutuhannya. B. Motivasi Penelitian Penelitian ini termotivasi oleh alasan-alasan sebagai berikut, Pertama, penelitian ini menarik untuk diteliti, karena penelitian ini diadakan di Kota Yogyakarta, alasannya bahwa peneliti menduga adanya perbedaan tentang pengaruh keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosisal ekonomi guru terhadap kinerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, seperti perilaku dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian penelitian ini diharapakan dapat mencerminkan hasil yang memuaskan. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosial ekonomi guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dalam penelitian ini SMK yang dijadikan sampel penelitian adalah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 8

D. Rumusan Masalah Dari uraian pendahuluan daiatas maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah keterampilan manajerial kepala sekolah berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta? 2. Apakah status sosial ekonomi guru berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta? 3. Apakah keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosial ekonomi guru secara bersama-sama berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta? E. Maksud dan Tujuan 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Status sosial ekonomi guru terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Status Sosial Ekonomi Guru secara bersama-sama Terhadap Kinerja Guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 9

F. Manfaat Penelitian Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; 1. Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur di Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, khususnya mengenai pengaruh keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosial ekonomi guru terhadap kinerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 2. Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi sekolah tingkat SMU/SMK di Kota Yogyakarta. 3. Memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan di bidang Kinerja Guru dan untuk menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, 4. Memberikan kontribusi untuk SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta agar menjadi lebih baik lagi dalam hal kinerja guru. 10