INTRUSI AIR ASIN KE DALAM AKUIFER DI DARATAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PEMANFAATAN AIRTANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air.

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

INTRUSI AIR LAUT. Inem Ode *

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Pengelolaan Airtanah

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

LD NO.5 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

EDUKASI FENOMENA AMBLESAN-INTRUSI AIR LAUT DAN PENANGGULANGANNYA DI SEMARANG UTARA

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan sumber. Proses ini berawal dari permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Intrusi air laut terhadap kualitas air tanah dangkal dari pantai kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) :

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI SRAGEN,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGUSAHAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TEKNIS PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI E

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PACITAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

STUDI PENENTUAN PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA JAYAPURA

BUPATI BOYOLALI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH,

Transkripsi:

Dr. Heru Hendrayana Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University Email : heruha@ugm.ac.id Website : www.heruhendrayana.staff.ugm.ac,id Tahun 2002 INTRUSI AIR ASIN KE DALAM AKUIFER DI DARATAN I. PENDAHULUAN Air bawah tanah atau Air Bawah Tanah yang merupakan sumberdaya alam terbarukan (renewable natural resources) saat ini telah memainkan peran penting pada penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri. Masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari dan untuk kebutuhan lainnya. Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, maka air untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama, di atas segala keperluan yang lain. Hal ini berarti fungsi air sebagai air minum harus diupayakan sebaikbaiknya agar memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitasnya, serta digunakan sebaikbaiknya bagi kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat peran air bawah tanah semakin penting, maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan pada keseimbangan dan kelestarian air bawah tanah itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan air bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. II. PERMASALAHAN Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di dunia, dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan pesat. Fenomena ini telah menyebabkan dampak negatif terhadap kuantitas maupun kualitas Air bawah tanah, antara lain penurunan muka Air bawah tanah, fluktuasi yang semakin besar serta penurunan kualitas air bawah tanah, serta terjadinya intrusi air laut di beberapa wilayah. Dengan demikian perlu dilakukan upaya nyata dan DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 1

terpadu untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta. III. DAMPAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH YANG TIDAK TERKONTROL Pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan di semua sektor idan jasa masih mengandalkan air bawah tanah sebagai bahan baku dan pasokan air bersih, sehingga banyak menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air bawah tanah maupun lingkungan, antara lain : - Penurunan muka air bawah tanah - Intrusi air laut - Amblesan tanah Penurunan Muka Air bawah tanah Pemanfaatan air bawah tanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka air bawah tanah yang cukup signifikan. Hasil rekaman muka air bawah tanah pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan air bawah tanah secara intensif, seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan, Mojokerto menunjukkan kecenderungan muka air bawah tanahnya yang terus menurun. Intrusi Air Laut Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air dari laut ke arah daratan. Intrusi air laut telah terjadi teramati di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan, serta beberapa kota besar di daerah pantai. Amblesan Tanah Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan air bawah tanah yang berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 2

Amblesan tanah tidak dapat dilihat seketika, namun dalam kurun waktu yang lama dan terjadi pada daerah yang luas, sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lain, antara lain : - Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, sehingga menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah. - Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga mengganggu lalu lintas. Secara regional amblesan tanah mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan mempersempit kolong jembatan. - Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung tinggi, sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan yang lain. IV. INTRUSI AIR ASIN Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin/air laut di dalam akuifer pada daerah pantai. Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah. Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum. Penyusupan air asin ini dapat terjadi antara lain akibat : 1. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai. 2. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai. 3. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau pun cekungan lainnya. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 3

IV.1. Hukum Ghyben - Herzberg. Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben - Herzberg. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan keduanya. Hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai seperti ditunjukkan pada gambar 1. Tekanan hidrostatis di titik A = B PA = PB ρ.g.h = ρ.g.h + ρ.g.h ρf h s = hf ρs-ρf h = 40 hf s s f f f s s ρs = kerapatan (berat jenis) air laut = 1,025 gr/cm 3 ρf = kerapatan (berat jenis) air bawah tanah tawar = 1 gr/cm 3 g = percepatan gravitasi hs = kedalaman muka air laut dari titik A. hf = kedalaman muka air bawah tanah dari muka laut. Persamaan tersebut hanya berlaku : 1. Muka air bawah tanah (bid. pisometrik) berada di atas muka alaut. 2. Muka air bawah tanah (bid. pisometrik) miring ke arah laut. Pada kondisi yang dinamis, hukum Ghyben - Herzberg tidak sepenuhnya berlaku. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 4

Gambar 1 : Hubungan air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 5

Gambar 2 : Garis batas sesungguhnya antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada kondisi dinamis. Gambar 2 menunjukkan garis batas sesungguhnya antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada kondisi dinamis. Pada gambar tersebut juga tampak, bahwa garis aliran air bawah tanah ada yang berarah cenderung naik. Pada kondisi pantai yang landai perbedaan bidang batas yang sesuai dengan Hukum Ghyben - Herzberg dengan bidang batas yang sebenarnya relatif kecil, sedangkan pada pantai yang curam perbedaan tersebut cukup besar. Bentuk bidang batas tersebut miring ke arah daratan, seperti pada gambar 3. Dan secara matematis dapat diterangkan sebagai berikut : Gambar 3 : Bentuk bidang batas antara air asin dengan air bawah tanah tawar. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 6

dh sinδ = = ds ρ f sin ε = ρ ρ s V K f dh ds sin ε=40 V K sin ε = 40 sinδ Dengan, V = kecepatan K = Koefisien kelulusan air Dengan demikian jelas, bahwa bidang batas tersebut sangat curam dibandingkan dengan kemiringan muka air bawah tanah. Panjang penyusupan air laut pada akuifer tertekan dapat dijelaskan dengan gambar 4. Gambar 4 : Panjang penyusupan air laut pada akuifer tertekan. L = panjang penyusupan air laut b = tebal akuifer. K = koefesien kelulusan air q = aliran air bawah tanah tawar (debit aliran air bawah tanah per satuan luas akuifer) Dengan hukum Darcy : q = 1/ 2 ( ρ - s ρf) ρf L = Kb 2 80q 2 kb L DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 7

Sedangkan pada akuifer bebas, dengan zone jenuh air setebal h dapat dihitung panjang penyusupan L dengan rumus : L = Kh 2 80q Dengan demikian panjang penyususpan air laut pada akuifer pantai tergantung : 1. Tebal akuifer atau tebal zone jenuh air. 2. Koefesien kelulusan air (harga K) 3. Debit air bawah tanah per satuan luas akuifer. IV.2. Intrusi air asin di suatu pulau kecil. Yang dimaksud dengan pulau kecil pada pembahasan ini, adalah pulau yang berada ditengah lautan dan biasanya berbentuk relatif bulat yang tersusun oleh batuan lulus air / permeable. Di bagian sisi atau pinggir pulau akan terjadi kontak langsung antara air bawah tanah tawar dengan air laut, seperti gambar 5. R = jari-jari pulau Q = debit K = koefesien kelulusan air W = recharge (air hujan) Gambar 5. Penyusupan air laut di pulau kecil. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 8

Dengan menggunakan Asumsi Du Poit dan Hukum Ghyben Herzberg, maka : 1. q = 2π rk (1,025h) d(0,025h) dr 2. dq = 2 r W dr 3. Q = r 2 W 1 & 3 Wr dr 0,00512 K = h dh. Dengan kondisi batas h = 0, jika r = R 2 h = 2 2 W (R - r ) 0,00512 K Dengan demikian batas kedalaman air bawah tanah tawar di suatu tempat di pulau kecil tergantung : 1. Banyaknya air hujan. 2. Ukuran pulau. 3. Koefesien kelulusan air. Pemanfaatan air bawah tanah di pulau kecil dengan sistem pemboran-dalam sanatlah tidak cocok. Sebaiknya dilakukan dengan penurapan air bawah tanah secara mendatar melalui serambi, yaitu misalnya dengan menggunakan pipa atau dibuat kanal untuk pengumpulan air bawah tanah. Apabila pemanfaatan air bawah tanah di pulau kecil dengan menggunakan sistem penurapan secara tegak, yaitu dengan sumur bor dalam, maka lama kelamaan yang terpompa keluar adalah air asin. Gambar 6 : Penurapan air bawah tanah dengan sumur bor di suatu pulau kecil. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 9

IV.3. Penentuan intrusi air asin pada akuifer pantai. Penyusupan air asin/air laut pada akuifer pantai, mengakibatkan perubahan komposisi kimiawi air bawah tanah. Perubahan ini dapat terjadi dengan cara : 1. Reaksi antara air laut dengan mineral-mineral yang terdapat dalam akuifer. 2. Reaksi sulfat dan penambahan karbon atau asam lemah yang lain. 3. Terjadi pelarutan dan pengendapan. Perubahan total hanya terjadi pada item yang ketiga, yaitu terjadinya pelarutan dan pengendapan. Pada kasus ini akan diketahui, bahwa ion Cl dan Na lebih dominan pada air laut, sedang pada air bawah tanah tawar ion yang dominan adalah CO 3 dan HCO 3. Komposisi kimiawi air bawah tanah akan bertambah dengan kandungan ion Cl. Untuk mengetahui adanya penyusupan tersebut dapat ditentukan dengan analisis kimia yang disebut perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio") ; yaitu = - Cl = CO + HCO 3-3 satuan dalam bpj Contoh kasus di California menunjukkan, bahwa : Harga perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio") = = 1/2 adalah air bawah tanah tawar. = 1,3 terjadi pengaruh air laut sedikit. = 2,8 terjadi pengaruh air laut sedang. = 6,6 terjadi pengaruh air laut agak tinggi. = 15,5 terjadi pengaruh air laut tinggi. = 200 adalah air laut. IV.4. Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai. Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. Dengan mengurangi pemompaan di aderah pantai. 2. Membuat pengisian buatan ("artificial recharge") pada akuifer pantai. 3. Memompa air laut yang berada pada akuifer pantai. 4. Membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 10

IV.4.1. Mengurangi pemompaan di daerah pantai. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan akan menggangu kesetimbangan, sehingga muka air bawah tanah atau bidang pisometrik akan turun dan dengan mudah air laut mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh air bawah tanah tawar, maka dapat terjadi penyusupan tersebut (Gambar 7 ). Gambar 7 : Pemompaan pada akuifer tertekan di daerah pantai dan hubungannya dengan penyusupan air laut. IV.4.2. Membuat pengisian air bawah tanah secara buatan. Pengisian air bawah tanah secara buatan dilakukan dengan cara memasukkan kembali air yang ada di permukaan ke dalam akuifer dengan melalui beberapa metoda, antara lain dengan cara : 1. Spreading 2. Sumur pengisian atau sumur injeksi Cara Spreading adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan kelebihan air permukaan melalui parit-parit yang dibuat di daerah pantai, sehingga melalui parit tersebut terjadi penambahan air bawah tanah. Cara sumur injeksi adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan dengan membuat sumur dalam yang menembus akuifer dan menginjeksi atau memasukkan air permukaan ke dalam akuifer tersebut. IV.4.3. Memompa air laut yang terletak pada akuifer pantai. Dilakukan dengan cara pemboran di daerah pantai dan pada akuifer yang berisi air asin dikonstruksi/dipasang pipa saringan seperti halnya konstruksi sumur produksi biasa. Bedanya, pada kasus ini yang dipompa adalah air asin, dan dengan keluarnya DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 11

air asin, maka air bawah tanah tawar akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh air asin, akibatnya bidang batas antara air asin dan air bawah tanah tawar pada akuifer tersebut bergeser ke arah laut. IV.4.4. Membuat Penghalang di bawah tanah di daerah pantai. Penghalang yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga tekanan pematang air bawah tanah yang dekat atau sejajar dengan pantai, tetap berada di atas muka laut, sehingga tidak terjadi pendesakan air bawah tanah tawar oleh air asin. Penghalang ini dapat dibuat dengan : 1. Menyebarkan air tawar di permukaan dan air tersebut akan meresap ke dalam tanah, sehingga di bawah tempat penyebaran air tawar tersebut akan menjadi tinggi seolah-olah seperti penghalang. 2. Menginjeksi air tawar ke dalam akuifer di tepi panati seperti pada gambar 8. Gambar 8 : Membuat penghalang di bawah tanah dengan injeksi air tawar melalui sumur bor dalam pada akuifer tertekan. Selain dengan berbagai cara seperti tersebut di atas dapat pula dilakukan dengan membuat semacam bendungan di bawah tanah yang membatasi antara air bawah tanah tawar dengan air asin. Bendungan tersebut dapat berupa lapisan kedap air atau lapisan aspal dan sebagainya. Cara ini tentunya sangat mahal dan memerlukan teknologi, maka perlu dipertimbangkan dari segala sisi. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 12

V. CONTOH KASUS INTRUSI AIR ASIN DI DAERAH PANTAI Intrusi air laut telah terdeteksi di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan dan daerah-daerah pantai lainnya, dimana telah terjadi pemanfaatan air bawah tanah secara berlebihan. V.1. Cekungan Jakarta Batas sebaran zona air bawah tanah payau/asin pada setiap sistem akuifer (Juni- Agustus 1993) berikut perubahannnya selama 2 tahun terakhir, yakni antara periode 1991 1993 adalah sebagai berikut : Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tidak tertekan (< 40 m) Batas antara air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar pada sistem akuifer ini kurang lebih melewati daerah Pakuaji Salembaran Cengkareng Grogol Pulogadung Tambun Rawarengas selatan Babelan. Sebaran zone ini secara umum relatif meluas ke arah timur. Pada periode Juni-Agustus 1993, jarak batas zona air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar di beberapa lokasi adalah : Daerah Cengkareng Pedongkelan Grogol Gambir antara 5,0 6,0 km Daerah Pulogadung Cakung Tambun Rawarengas antara 8,0 11,5 km Dibandingkan dengan periode sebelumnya (1991-1993), sebaran zone ini mempunyai pola yang relatif sama, namun di beberapa tempat menunjukkan pergeseran sebagai berikut : Di daerah Pulogadung, Cakung dan Tambun Rawarengas batas zona pada periode 1993 bergeser ke arah darat antara 0,5 1,5 km, dengan pergeseran terbesar terjadi di Pulogadung. Di sekitar Babelan, pergeseran ke arah darat mencapai sekitar 3,0 km. Di tempat lain, khususnya di bagian barat daerah pantai, batas zona relatif tidak berubah dibandingkan pada periode 1992. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 13

Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tertekan atas (40-140 m) Batas zona air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar melewati daerah : selatan Pekayon- selatan Bandara Soekarno Hatta- selatan Cengkareng Pedongkelan Gambir Kelapagading- Bojongkaratan. Jarak garis batas ini, dari garis pantai, adalah : Daerah antara Pekayon Bandara Soekarno Hatta antara 5,0 13 km Cengkareng Pedongkelan - Grogol- Kelapagading antara 8,0 10 km Di bagian timur di sekitar Bojongkaratan antara 3,0 6,0 km. Selama dua tahun terakhir, yakni antara 1991 hingga 1993 garis batas ini menunjukkan pergeseran ke arah darat. Dibandingkan dengan hasil survei pada Juni-Agustus 1993, pergeseran yang mencolok terjadi dibagian barat dataran pantai, yaitu antara daerah Pekayon sampai Cengkareng (Bandara Soekarno Hatta). Namun hal ini disebabkan perluasan daerah studi pada periode 1993 dan penambahan perolehan data. Adapun pergeseran batas zona yang disebabkan oleh perubahan salinitas air bawah tanah adalah : Daerah antara Cengkareng Pedongkelan dan grogol terjadi pergeseran ke arah darat antara 0,25 1,5 km. Daerah antara Kelapagading Bojongkaratan bergeser 0,75 6,0 km ke arah darat Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tertekan bawah (>140 m) Sebaran zona ini hanya terbatas di dataran pantai antara Kapuk, Jakarta Kota, dan Cilincing. Sebaran di bagian barat, yakni antara Kapuk dan Jakarta Kota relatif lebih luas dibandingkan di bagian timur. Jarak batas zona air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar, didaerah Kapuk Jakarta Kota mencapai 5,75 km, sementara didaerah Walang- Cilincing sekitar 2,5 km. Pergeseran batas zona air bawah tanah payau/asin ke arah darat di dataran antara Kapuk dan Jakarta Kota, pada periode antara 1991-1993 mencapai sekitar 0,50 km. Namun antara periode 1992-1993, sebarannya cukup meluas mulai dari Tamansari sampai daerah Cilincing. DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 14

V.2 Cekungan Semarang Daerah Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di beberpa wilayah industri di bagian utara, miksalnya daerah sekitar Muara Kali Garang, Tanah Mas, Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut diatas adalah berdasarkan hasil pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar, maupun dari kualitas sumur bor di beberapa tempat. Didaerah Semarang penyusupan air asin ini diperkirakan sudah mencapai sejauh 2 km ke arah selatan garis pantai. Daerah Kendal penyusupan air asin, dideteksi di utara Kaliwungu, Murorejo, Kumpulrejo sampai sekitar Sukolilan. Sumurbor yang dikelola oleh PDAM Kendal yakni di Kamp. Pegandon air bawah tanahnya sudah dipengaruhi oleh penyusupan air asin, yang diperkirakan berasal dari aliran air sungai K. Bodri, akibat kurang sempurnanya sistem konstruksi sumurbor. Nilai (DHL) air sumurbor tersebut melebihi 2000 umhos/cm, dengan jarak lokasi sumurbor dari garis pantai kurang lebih 5 km. VI. PENUTUP Dengan meningkatnya permasalahan air bawah tanah di Indonesia yang semakin komplek, khususnya mulai terjadinya intrusi air asin ke daerah pantai, yaitu seperti yang terjadi di kota-kota besar sudah selayaknya dilakukan usaha-usaha pengendalian dan pengawasan terhadap kelestarian lingkungan berupa program penyelamatan yang mendesak yaitu : 1. Mengurangi pemompaan air bawah tanah di daerah-daerah tertentu misalnya daerah pantai. 2. Memperketat pemberian izin pembuatan sumur bor. 3. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor. 4. Menambah cadangan air bawah tanah dengan pengisian buatan ("artificial recharge"). 5. Membuat sumur bor pantau di tempat-tempat tertentu yang dilengkapi dengan pencatat muka air bawah tanah ("water level recorder"). DR. Heru Hendrayana- GED - UGM 15