KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

b. bahwa dalam rangka kebutuhan transportasi dan penanggulangan muatan lebihdi pulau Jawa, diperlukan penetapan kelas jalan;

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ANGKUTAN BARANG PADA JEMBATAN TIMBANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

2 2015, No.1297 Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TERTIB PEMANFAATAN JALAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1999 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN BARANG ATAU ALAT BERAT YANG MELEBIHI KELAS JALAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 62 TAHUN 2011 PENGATURAN WAKTU OPERASI KENOARAAN ANGKUTAN BARANG 01 JALAN TOL OALAM KOTA 01 OKI JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

2017, No Bermotor dan Penutupan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pada Masa Angkutan Lebaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JALAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PELAKSANAAN UJI COBA SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN UNTUK DAERAH BALI DAN SUMATERA BAGIAN UTARA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DRAFT RANCANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN KELAIKAN OPERASI JEMBATAN TIMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, telah diatur ketentuan mengenai penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan; b. bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480) jo. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); 4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1994; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT. 002/Phb-80 dan KM 164/OT 002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 1991;

7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pemeriksaan Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor di Jalan; M E M U T U S K A N : dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: 461/AJ.403/Phb-82 tentang Penataan Kembali Jembatan Timbang di Jalan Raya; Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya; 2. Satuan Kerja Unit Pelaksana Penimbangan adalah unit kerja di bawah Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap berat kendaraan beserta muatannya dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada setiap lokasi tertentu; 3. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; 4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat; 5. Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah adalah Instansi vertikal Departemen Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Perhubungan. BAB II PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN Bagian Pertama Penentuan Lokasi Alat Penimbangan

Pasal 2 (1) Penentuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus memperhatikan : a. rencana umum tata ruang; b. jaringan transportasi jalan; c. volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk angkutan barang; d. kelancaran arus lalu lintas; e. kelas jalan; f. kondisi topografi lokasi; g. tersedia lahan sekurang-kurangnya 4.000 (empat ribu) m2; h. efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya. (2) Lokasi alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Bagian Kedua Pengadaan, Pemasangan dan/atau Pembangunan Pasal 3 a. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan yang dipasang secara tetap atau pengadaan alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal. b. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan oleh instansi lain setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal. Pasal 4 (1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilengkapi dengan fasilitas penunjang. (2) Fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. gedung operasional; b. lapangan parkir kendaraan; c. fasilitas jalan keluar masuk kendaraan; d. gudang penyimpanan barang; e. lapangan penumpukan barang; f. bangunan gedung untuk generator set; g. pagar; h. perambuan untuk maksud pengoperasian. (3) Alat penimbangan dan fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 5 Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan penghubung sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol dilakukan oleh penyelenggara jalan tol setelah mendengar pendapat Menteri. Pasal 6 Alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan, harus memenuhi persyaratan teknis meliputi : a. alat penimbangan elektronis yang dapat mengumpulkan, mengolah, dan mencetak data hasil penimbangan; b. mampu mendukung berat kendaraan beserta muatan pada setiap roda sekurangkurangnya 10 (sepuluh) ton dan/atau setiap sumbu sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) ton. Bagian Ketiga Pengoperasian Pasal 7 (1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dioperasikan oleh Unit Pelaksana Penimbangan. (2) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan keputusan tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Kepala Kantor Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan penimbangan dan dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan instansi terkait. Pasal 8 Pengaturan jumlah dan waktu kerja Petugas Unit Pelaksana Penimbangan dalam pengoperasian alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dilakukan oleh Unit Pelaksana Penimbangan yang bersangkutan dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah setempat. Pasal 9 Pengoperasian alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan dilaksanakan oleh pejabat penyidik dan/atau petugas pemeriksa kendaraan bermotor di jalan. Pasal 10 Penimbangan kendaraan beserta muatannya dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

a. penimbangan kendaraan beserta muatannya dan penimbangan terhadap masingmasing sumbu; b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil penimbangan kendaraan beserta muatannya dengan berat kendaraan yang telah ditetapkan dalam buku uji; c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara membandingkan berat muatan yang ditimbang dengan daya angkut yang diizinkan dalam buku uji atau pelat samping kendaraan bermotor; d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil penimbangan setiap sumbu dengan muatan sumbu terberat pada kelas jalan yang dilalui. e. kelebihan berat muatan atau muatan pada tiap-tiap sumbu sebesar 5 % (lima prosen) dari yang ditetapkan dalam buku uji, tidak dinyatakan sebagai pelanggaran. Pasal 11 (1) Apabila terjadi pelanggaran kelebihan berat muatan atau kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara pelanggaran, sebagaimana dalam Lampiran I contoh 1 Keputusan ini. (2) Dalam hal petugas penimbangan bukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, petugas penimbangan melaporkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada Kantor Wilayah setempat. Pasal 12 (1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau petugas penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) melarang pengemudi meneruskan perjalanan, apabila pelanggaran berat muatan melebihi 5 % ( lima prosen) dari daya angkut yang ditetapkan dalam buku uji. (2) Pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat meneruskan perjalanan setelah menurunkan kelebihan muatan. (3) Kegiatan membongkar dan/atau memuat kelebihan muatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan pada tempat yang ditentukan oleh pejabat dan/atau petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Resiko kehilangan dan/atau kerusakan sebagai akibat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), menjadi tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan. Pasal 13 (1) Pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang dapat menggunakan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan yang telah tersedia pada unit pelaksana penimbangan. (2) Penggunaan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh petugas

unit pelaksana penimbangan sebagaimana dalam Lampiran I contoh 2 Keputusan ini. (3) Kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan pada gudang dan/atau lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan. Pasal 14 Mobil barang yang tidak bermuatan, mobil barang pengangkut peti kemas, alat berat, bahan berbahaya, dan mobil barang yang mengangkut barang dengan menggunakan tangki tidak diwajibkan untuk dilakukan penimbangan. Pasal 15 (1) Pengoperasian alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan penghubung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol untuk memeriksa berat kendaraan beserta muatannya yang diizinkan memasuki jalan tol. (2) Kegiatan penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya untuk menyeleksi kendaraan yang diizinkan memasuki jalan tol. Pasal 16 Pelaksanaan penimbangan kendaraan bermotor oleh Unit Pelaksana Penimbangan tidak dipungut biaya. Pasal 17 (1) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), wajib memberikan laporan mingguan kepada Kepala Kantor Wilayah mengenai kegiatan penimbangan sebagaimana dalam Lampiran II contoh 1. (2) Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan laporan bulanan kepada Direktur Jenderal, selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya sebagaimana dalam Lampiran II contoh 2. Bagian Keempat Pemeliharaan Pasal 18 (1) Pemeliharaan dan perbaikan alat penimbangan beserta fasilitas penunjangnya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah. (2) Alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib ditera oleh instansi yang berwenang, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS Pasal 19 (1) Direktur Jenderal melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan. (2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. penentuan persyaratan teknis alat penimbangan; b. penentuan petunjuk teknis, yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan/atau tata cara penyelenggaraan alat penimbangan; c. pemberian bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrampilan teknis para penyelenggara penimbangan kendaraan bermotor. (3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan penimbangan; b. kegiatan pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan penimbangan. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Unit Pelaksana Penimbangan yang belum memenuhi persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam Keputusan ini, tetap dapat beroperasi sebagai Unit Pelaksana Penimbangan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 Pebruari 1995 MENTERI PERHUBUNGAN Dr. HARYANTO DHANUTIRTO

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Para Menteri Kabinet Pembangunan VI; 2. KAPOLRI; 3. Sekjen,Irjen,Dirjen dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; 4. Para Gubernur KDH Tk.I; 5. Para Kepala Kepolisian Daerah; 6. Para Kadit. di lingkungan Ditjen. Hubdat; 7. Para Kakanwil Departemen Perhubungan; 8. Para Kepala Dinas LLAJ Tingkat I.